Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
5 Siswa SMP Sekolah Menengah Pertama termasuk dalam kategori
remaja dan tergolong dalam remaja awal. Piaget Hurlock, 1980: 206, mengemukakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana
individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Remaja yang dimaksud ialah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Sifat-sifat remaja sebagian sudah tidak menunjukkan sifat-sifat masa kanak- kanaknya, tetapi juga belum menunjukkan sifat-sifat sebagai orang dewasa.
Menurut Desmita 2009: 190, batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu
usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu: 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja
akhir. Dengan perubahan yang terjadi dari usia dan status yang baru yaitu dari usia anak-anak menjadi remaja, tentunya siswa SMP mulai berkembang. Hal
tersebut terlihat dari tugas perkembangan remaja yang harus dipenuhi dan tentu saja tugas perkembangan berbeda ketika ia masih duduk di bangku SD.
Tugas perkembangan sebagai remaja akan lebih berat dibandingkan tugas perkembangan ketika anak-anak dan menuntut perubahan besar dalam sikap
dan pola perilaku anak. Menurut Havighurst Rita Eka Izzaty, dkk, 2008: 126, tugas perkembangan masa remaja yang harus dilalui dalam masa itu, salah
satunya adalah mempersiapkan karir ekonomi.
6 Berdasarkan tugas perkembangan di atas, siswa SMP diharapkan dapat
menyelesaikan tugas perkembangannya di bidang karir. Bidang karir yang dimaksud yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan yang
sesuai dengan minat karir siswa. Pilihan awal pada jenjang SMP memberikan pengaruh yang besar dalam menjalani pendidikan dan pekerjaan di masa
depan. Dengan perkembangan zaman yang penuh persaingan, mempersiapkan karir sejak dini dapat menjadi alternatif untuk menciptakan SDM Sumber
Daya Manusia yang kompetitif. Dalam hal ini orangtua, guru atau orang dewasa lainnya hendaknya mulai memperkenalkan berbagai jenis pekerjaan
dan pendampingan karir pada remaja, sehingga mereka mulai menyadari adanya tantangan yang besar, dan hubungan antara sekolah yang dipilih
dengan pekerjaan nantinya. Teori perkembangan karir dipengaruhi oleh kematangan bekerja dan
konsep diri sebagai dasar perkembangan karir. Setiap orang mempunyai potensi, minat, dan kepribadian yang berbeda. Terdapat pula tiga tahapan
penting dalam perkembangan karir, yaitu fantasi khayalan tentang karir, tentatif pilihan karir mengalami perkembangan, dan realistik memasuki
dunia pendidikan tinggi atau dunia karir yang sesuai. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bimbingan dan konseling
SMPN 1 Panggang, minat karir pada siswa belum dapat dipahami sepenuhnya. Dapat diartikan bahwa sebagian besar siswa khususnya kelas VIII belum
memikirkan tentang karir. Saat guru bimbingan dan konseling memberikan layanan BK kepada siswa, banyak siswa yang justru ramai di kelas. Siswa
7 susah menerima informasi dan menganggap layanan bimbingan dan konseling
kurang penting bagi dirinya. Hal tersebut terlihat dari jarangnya siswa memanfaatkan layanan BK seperti konsultasi. Melalui diskusi dengan guru
bimbingan dan konseling, disepakati untuk mencari cara memberikan bimbingan karir yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Peneliti
mengusulkan metode biblioterapi yang pada akhirnya disepakati sebagai salah satu cara untuk meningkatkan minat karir siswa. Biasanya guru bimbingan
dan konseling memberikan layanan pilihan karir saat siswa berada di kelas IX yaitu pandangan tentang SMA dan SMK dengan metode ceramah. Padahal
layanan tentang karir akan sangat membantu jika diberikan lebih awal seperti pada kelas VII dan VIII, sehingga siswa dapat memikirkan arah karirnya
dengan lebih matang. Selain itu, guru bimbingan dan konseling juga memberikan layanan dengan metode ceramah, diskusi, dan layanan informasi.
Dari hasil wawancara dengan siswa SMPN 1 Panggang mengenai minat karir diperoleh hasil yaitu belum banyak siswa khususnya kelas VIII
yang memikirkan tentang karir. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa mereka masih kecil, ingin fokus pada pelajaran dan sekolah dulu, ingin
sekolah yang tinggi meskipun belum menentukan pilihan karir yang akan dicapai, dan belum memiliki pandangan terhadap karir masa depannya. Dari
hasil penyebaran angket pada siswa kelas VIII, diperoleh hasil 57,48 siswa belum mempunyai pandangan karir. Dapat disimpulkan bahwa kelas VIII
mempunyai minat karir yang cenderung rendah seperti bingung menentukan sekolah lanjutan SMA atau SMK, masih mengikuti teman, mengikuti saran
8 orang tua saja, dan belum menentukan pekerjaan karir sesuai minat yang
akan diraih. Beberapa siswa juga mengatakan bahwa guru bimbingan dan konseling belum menggunakan beberapa layanan, salah satunya metode
biblioterapi dalam menangani permasalahan siswa. Biasanya guru bimbingan dan konseling menggunakan metode ceramah, diskusi, dan layanan informasi.
Metode biblioterapi merupakan salah satu teknik dalam bimbingan dan konseling yang menggunakan bacaan untuk membantu seseorang mengurangi
atau bahkan memecahkan masalahnya, memberikan inspirasi, informasi, dan pengetahuan. Langkah yang dilakukan dalam penggunaan biblioterapi yaitu
mengawali dengan motivasi, memberikan waktu yang cukup, inkubasi, tindak lanjut, dan evaluasi. Biblioterapi mempunyai tujuan, yaitu sebagai informasi
dan psikoterapi,
sehingga guru
bimbingan dan
konseling dapat
memanfaatkannya dalam setting kelompok maupun individual. Biblioterapi merupakan sebuah terapi ekspresif yang di dalamnya
terdapat hubungan individu dengan isi atau intisari buku, puisi, dan tulisan lain sebagai sebuah terapi Eva Imania Eliasa, 2009: 1. Biblioterapi dapat
digunakan dengan mudah dan murah karena dalam kehidupan sehari-hari buku mudah ditemui. Kelebihan dari biblioterapi yaitu dapat lebih menjamin
kebebasan pribadi, dapat terhindar dari resiko kekhawatiran mengemukakan masalah atau rahasia kepada orang lain, menambah wawasan, memahami diri
lewat membaca, dapat saling berdiskusi, dan dapat merangsang individu untuk menemukan cara memecahkan masalah. Biblioterapi juga membutuhkan suatu
ketertarikan lebih terhadap buku, bacaan, maupun literatur, karena tidak setiap
9 orang gemar dalam membaca. Berdasarkan penelitian Septya Muti Fadhila
2013, teknik biblioterapi dapat meningkatkan kemampuan mengelola emosi marah siswa kelas VIII SMP Negeri 15 Yogyakarta.
Dengan adanya minat karir yang relatif rendah pada siswa kelas VIII di SMPN 1 Panggang, peneliti akan menggunakan metode biblioterapi dengan
penelitian tindakan yang bertujuan meningkatkan kualitas pembelajaran atau memperbaiki situasi tertentu. Asumsinya adalah pelaksanaan biblioterapi
mudah dan murah, pendampingan tidak harus intens didampingi guru, dan biblioterapi belum pernah diterapkan oleh guru bimbingan dan konseling di
SMPN 1 Panggang. Di samping itu, siswa juga belum mengenal metode biblioterapi ini, sehingga guru bimbingan dan konseling dan peneliti ingin
mengenalkan metode biblioterapi kepada siswa karena dalam setiap layanan bimbingan dan konseling siswa merasa jenuh dengan metode yang sama.
Dengan penelitan tindakan, diharapkan minat karir siswa kelas VIII di SMPN 1 Panggang dapat meningkat dan karir yang dipilih untuk masa depan dapat
dipersiapkan sejak dini.