Ikan bada Rasbora argyrotaenia Analisis frekuensi panjang

pada saluran air masuk inlet Danau Maninjau. Ikan bada merupakan target tangkapan utama karena merupakan komoditas perikanan penting dan bernilai ekonomi tinggi. Ikan bada dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dalam bentuk segar maupun asap bada masiak Lampiran 2. Berdasarkan komunikasi pribadi dengan masyarakat, nelayan, dan pedagang pada Juni-Juli 2008 harga ikan bada segar berkisar Rp.14.000-Rp.20.000 per kilogram dan harga ikan bada asap mencapai Rp. 140.000 per kilogram. Menurut warga setempat harga ikan bada akan meningkat pada saat hari raya. Sejauh ini pemasaran ikan bada segar terbatas di Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi. Selain ikan bada juga terdapat ikan panjang Anguilla mauritania, asang Osteochilus gnatopogon, nilem Osteochilus hasselti, rinuak Rosterang ryroania, gariang Tor douronensis, T. tambroides, gabus Channa striata, baung Mystus nemurus dan gastropoda yang sangat populer di Maninjau khususnya dan Sumatera Barat umumnya yaitu ”pensi”. Sumberdaya ikan yang terkenal dan menjadi ciri khas Maninjau yaitu bada, rinuak, dan pensi. Danau Maninjau juga bermanfaat dari segi ekologi dan sosial. Secara ekologi Danau Maninjau merupakan habibat dari beragam organisme, mengatur keseimbangan hidrologi dan sebagai pengatur iklim mikro. Secara sosial danau dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci, dan kakus MCK.

2.2. Ikan bada Rasbora argyrotaenia

Menurut Nelson 1984 dan Kottelat 1993 ikan bada dimasukkan dalam klasifikasi: Filum : Chordata Kelas : Osteichthyes Ordo : Cypriniformes Famili : Cyprinidae Genus : Rasbora Spesies : Rasbora argyrotaenia Nama umum : Silver Rasbora Sterba, 1969 Nama Indonesia : Wader pati, Luncar andong, Luncar pare, Paray, Cecereh, Pantau, Seluang Saanin, 1968 Pada Gambar 1 berikut ini disajikan gambar ikan bada Rasbora argyrotaenia: Gambar 1. Ikan bada Rasbora argyrotaenia Sumber: Koleksi pribadi, 2008 Rasbora argyrotaenia memiliki ciri morfologi batang ekor dikelilingi 14 sisik; 1-1½ sisik antara gurat sisi dan awal sirip perut; garis warna gelap memanjang berawal dari operkulum sampai pangkal sirip ekor dan membatasi bagian belakang badannya; jarak dorso-hypural jika ditarik ke depan akan terletak pada mata atau di depan mata. Variasi bentuk badan dan warna pada spesies ini banyak sekali. Panjang standar ikan ini dapat mencapai 110 mm Kottelat, 1993 dan panjang total 17 cm Sterba, 1969. Daerah penyebaran Rasbora argyrotae- nia yaitu Jepang, China, Thailand, Kepulauan Malay Sterba, 1969, dan Indonesia di Sumatera, Borneo dan Jawa Kottelat, 1993. Ikan betina memiliki perut yang cembung dan semua sirip hampir tidak berwarna. Ikan jantan memiliki tubuh yang lebih langsing Sterba, 1969. Rasbora spp termasuk ikan yang aktif. Suhu lingkungan perairan yang sesuai untuk kelompok ikan ini adalah sekitar 24-25 C. Makanan kelompok Rasbora spp beragam khususnya krustasea kecil dan larva akan lebih disukai. Telur ikan yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-30 jam dan akan menempel pada tumbuhan air. Setelah menetas anak ikan dapat berenang bebas setelah 3-5 hari. Pertumbuhan ikan muda akan cepat jika makanan hidup tersedia.

2.3. Analisis frekuensi panjang

Semua metode pengkajian stok stock assessment pada intinya memerlukan masukan data komposisi umur. Pada perairan beriklim sedang, data komposisi umur biasanya dapat diperoleh melalui penghitungan terhadap lingkaran-lingkaran tahunan pada bagian-bagian keras seperti sisik dan otolith. Lingkaran-lingkaran ini terbentuk karena adanya fluktuasi yang kuat dalam berbagai kondisi lingkungan dari musim panas ke musim dingin dan sebaliknya Sparre dan Venema, 1999. Selanjutnya Sparre dan Venema 1999 menjelaskan bahwa penggunaan lingkaran-lingkaran musiman untuk menentukan umur sangat sulit, bahkan hampir tidak mungkin dilakukan di daerah tropis, karena perubahan musim yang sangat mencolok tidak terjadi. Belakangan ini sejumlah metode penentuan umur telah dikembangkan dengan menggunakan sejumlah struktur yang lebih lembut. Struktur ini disebut dengan lingkaran-lingkaran harian untuk menghitung umur ikan dalam jumlah hari. Namun metode ini memerlukan peralatan khusus yang relatif mahal dan tidak mungkin diaplikasikan di banyak tempat. Beberapa metode numerik telah dikembangkan yang memungkinkan dilakukannya konversi atas data frekuensi panjang ke dalam komposisi umur. Oleh karena itu kompromi paling baik bagi pengkajian stok dari spesies tropis adalah analisis sejumlah data frekuensi panjang. Analisis data frekuensi panjang bertujuan untuk menentukan umur terhadap kelompok-kelompok panjang tertentu. Dengan kata lain tujuannya adalah untuk memisahkan suatu distribusi frekuensi panjang yang kompleks ke dalam sejumlah kelompok ukuran Sparre dan Venema, 1999. Panjang ikan dapat ditentukan dengan mudah dan cepat dalam investigasi di lapangan. Karena panjang ikan dari umur yang sama cenderung membentuk suatu distribusi normal sehingga umur bisa ditentukan dari distribusi frekuensi panjang melalui analisis kelompok umur. Kelompok umur bisa diketahui dengan mengelompokkan ikan dalam kelas-kelas panjang dan menggunakan modus panjang kelas tersebut untuk mewakili panjang kelompok umur. Hasil identifikasi kelompok umur dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan atau laju pertumbuhan Busacker et al., 1990. Ketika suatu contoh dalam jumlah yang besar dan tidak bias diambil dari suatu stok ikan atau invertebrata, panjang masing-masing individu bisa diukur dan digambarkan sebagai diagram frekuensi panjang. Jika pemijahan terjadi sebagai suatu peristiwa diskret, hal ini akan menghasilkan kelompok ukuran atau kelas yang berbeda yang dibuktikan dengan puncak atau modus pada distribusi frekuensi panjang King, 1995. Setelah komposisi umur diketahui melalui analisis frekuensi panjang, maka parameter pertumbuhan dapat ditentukan dengan menggunakan metode- metode estimasi yang sesuai. Selain parameter pertumbuhan, mortalitas total juga dapat diduga dari hasil tangkapan yang dilinearkan dan metode ini merupakan metode berbasis panjang.

2.4. Pertumbuhan