3.4. Pengambilan dan perlakuan ikan contoh
Pengambilan ikan contoh pada masing-masing stasiun dilakukan setiap minggu selama empat minggu. Menurut Carlander 1956 in Miller 1966
jumlah contoh yang diperlukan pada tingkat kepercayaan 99, 98, dan 95 adalah 550, 150, dan 30 dengan asumsi bahwa contoh yang diambil sudah
mewakili populasi yang sebenarnya. Selanjutnya menurut Lagler 1970 untuk memperoleh hasil yang baik dalam penggunaan metode frekuensi panjang maka
jumlah contoh harus banyak. Berdasarkan pertimbangan di atas dan hasil survei pendahuluan serta komunikasi dengan nelayan maka ditetapkan jumlah ikan
contoh yang diambil 20 dari hasil tangkapan nelayan pada masing-masing uku- ran mata jaring insang dan 50 ekor pada alat tangkap bagan dan perangkap
lukah. Hal ini dengan asumsi bahwa jumlah tersebut sudah memenuhi kriteria Carlander 1956 in Miller 1966 dan Lagler 1970.
Ikan contoh diukur panjang dan beratnya. Panjang ikan bada yang diukur yaitu panjang total. Panjang total adalah panjang ikan yang diukur mulai
dari ujung terdepan bagian kepala sampai ujung terakhir bagian ekornya. Panjang total bisa diukur ke unit terdekat di bawahnya Sparre dan Venema, 1999 atau ke
satuan terdekat King, 1995. Dalam hal ini panjang total diukur ke unit terdekat di bawahnya. Berat ikan bada yang akan diukur yaitu berat basah total. Berat
basah total adalah berat total jaringan tubuh ikan dan air yang terdapat di dalamnya. Pengukuran berat basah total merupakan cara pengukuran berat yang
paling mudah dilakukan di lapangan Busacker et al., 1990. Pengukuran panjang dan berat dibedakan berdasarkan jenis kelamin yaitu jantan dan betina. Penentuan
jenis kelamin berdasarkan ciri primer jenis kelamin ikan dengan melihat organ reproduksinya melalui pembedahan. Pada ikan yang sudah matang gonad ikan
jantan dan betina dapat dibedakan dengan menekan secara lunak bagian perut ikan. Ikan jantan akan mengeluarkan cairan berwarna putih susu dan ikan betina
akan mengeluarkan cairan berwarna kekuningan.
3.5. Pengamatan parameter lingkungan perairan
Beberapa parameter lingkungan diamati secara visual seperti ada atau tidaknya lapisan minyak, benda terapungsampah, tumbuhan air dan substrat zona
litoral perairan. Parameter suhu permukaan perairan Danau Maninjau diukur pada tiga lokasi berbeda yaitu Gasang, Bayur, dan Sungai Tampang masing-masing
selama tiga hari berturut-turut pada pagi, siang, dan sore hari.
3.6. Identifikasi kelompok ukuran
Kelompok ukuran ikan bada diidentifikasi atau dipisahkan menggunakan metode Battacharya Sparre dan Venema, 1999. Metode Battcharya merupakan
metode pemisahan kelompok umur secara grafis.
3.7. Pertumbuhan 3.7.1. Plot Ford-Walford L , K dan t
Plot Ford-Walford merupakan salah satu metode paling sederhana dalam menduga persamaan pertumbuhan von Bertalanffy dengan interval waktu
pengambilan contoh yang sama King, 1995. Berikut ini adalah persamaan per- tumbuhan von Bertalanffy:
[ ]
t
t t
K exp
1 L
L −
− −
=
∞
1 Keterangan: Lt
= panjang ikan pada saat umur t satuan waktu L = panjang maksimum secara teoritis panjang asimtotik
K =
koefisien pertumbuhan
per satuan
waktu t
= umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol Penurunan plot Ford-Walford didasarkan pada persamaan pertumbuhan
von Bertalanffy 1 dengan t sama dengan nol, maka persamaannya menjadi:
[ ]
Kt exp
1 L
L
t
− −
=
∞
2
[ ]
Kt exp
L L
L
t
− =
−
∞ ∞
3 Setelah L
t+1
disubstitusikan ke persamaan 2 maka diperoleh delta atau perbedaan persamaan baru tersebut dengan persamaan 2 sebagai berikut:
[ ]
[ ]
Kt exp
1 L
1 t
K exp
1 L
L L
t 1
t
− −
− +
− −
= −
∞ ∞
+
[ ] [ ]
K exp
1 Kt
exp L
− −
− =
∞
4 Persamaan 3 disubstitusikan ke persamaan 4 maka akan diperoleh
persamaan:
[ ]
K exp
1 L
L L
L
t t
1 t
− −
− =
−
∞ +
[ ] [ ]
K exp
L K
exp 1
L L
t 1
t
− +
− −
=
∞ +
5
L
t
dan L
t+1
merupakan panjang ikan pada saat t dan panjang ikan yang dipisahkan oleh interval waktu yang konstan 1=tahun, bulan, atau minggu
Pauly, 1984. Persamaan 5 merupakan persamaan linear dan jika L
t
sumbu x diplotkan terhadap L
t+1
sumbu y maka garis lurus yang dibentuk akan memiliki kemiringan slope
[ ]
K exp
b −
= dan titik potong dengan sumbu x
[ ]
K exp
1 L
a −
− =
∞
.
Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara terpisah menggunakan persamaan empiris Pauly Pauly, 1983 in Amir,
2006: K
log 1,038
L log
0,2752 0,3922
t log
− −
= −
∞
3.7.2. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi
Hubungan antara panjang L dan berat W ikan bada jantan dan betina secara umum adalah Pauly, 1984:
b
aL W
= Nilai a dan b diduga dari bentuk linear persamaan di atas yaitu:
L log
b a
log W
log +
= 1. Jika nilai b= 3 maka pertumbuhan berat adalah isometrik
2. Jika nilai b 3 maka pertumbuhan berat adalah allometrik. a. jika b 3 maka pertumbuhan berat adalah allometrik positif
b. jika b 3 maka pertumbuhan berat adalah allometrik negatif. Untuk menguji hipotesis nol bahwa
dapat dihitung t. Jika nilai t t
2, n-2
maka hipotesis nol ditolak dan jika t t
2, n-2
hipotesis nol gagal ditolak Steel dan Torrie, 1989.
Faktor kondisi dapat dihitung dengan rumus Bal dan Rao, 1984 in Yonvitner et al., 2008:
1. Jika pertumbuhan ikan isometrik maka faktor kondisi ditentukan dengan:
3 5
f s,
t,
L W10
K =
2. Jika pertumbuhan ikan allometrik maka faktor kondisi ditentukan dengan:
b f
s, t,
aL W
K =
Keterangan: W = berat aktual ikan tertentu
L = panjang ikan tertentu
a, b = koefisien persamaan hubungan panjang berat
3.8. Mortalitas dan laju eksploitasi E
Laju mortalitas total Z diduga dengan kurva tangkapan yang dilinearkan berdasarkan data komposisi panjang Sparre dan Venema, 1999
dengan tahap-tahap sebagai berikut: Langkah 1: Mengkonversikan data panjang ke data umur dengan menggunakan
inverse persamaan pertumbuhan von Bertalanffy:
−
− =
∞
L L
1 ln
K 1
t tL
Langkah 2: Menghitung waktu yang diperlukan oleh rata-rata ikan untuk tumbuh dari panjang L
1
ke L
2
t
−
− =
− =
∆
∞ ∞
2 1
1 2
L L
L L
ln K
1 tL
tL t
Langkah 3: Menghitung t+ t2
+
− −
= +
∞
2L L
L 1
ln K
1 t
2 L
L t
2 1
2 1
Langkah 4: Menurunkan kurva hasil tangkapan C yang dilinearkan yang dikonversikan ke panjang:
2 L
L t
Z c
L ,
L t
L ,
L C
ln
2 1
2 1
2 1
+ −
= Persamaan di atas adalah persamaan linear, dengan kemiringan b = -Z.
Laju mortalitas alami M diduga menggunakan rumus empiris Pauly 1980 in Sparre dan Venema 1999:
T ln
0,463 K
ln 0,6543
L ln
0,279 0,0152
M ln
+ +
− −
=
∞
lnM
e M
= Keterangan: M
= mortalitas
alami L
= panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy
K = koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan von
Bertalanffy T
= rata-rata suhu permukaan air C
Laju mortalitas penangkapan F ditentukan dengan :
M Z
F −
=
Laju eksploitasi ditentukan dengan membandingkan mortalitas penang- kapan F terhadap mortalitas total Z Pauly, 1984:
Z F
M F
F E
= +
=
Laju mortalitas penangkapan F atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland 1971 in Pauly 1984 adalah:
0,5 E
dan M
F
optimum optimum
= =
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Distribusi dan habitat
Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa ikan bada terdapat di sekeli- ling danau. Hal ini dilihat dari keberadaan nelayan ikan bada dan produk olahan-
nya yang terdapat di seluruh nagari di sekeliling Danau Maninjau. Menurut nela- yan setempat ikan bada berukuran kecil banyak terdapat pada bagian tepi danau
dan ikan berukuran besar relatif ke bagian tengah danau komunikasi pribadi, Mei 2008.
Berikut ini pada Tabel 3 disajikan hasil pengamatan dan pengukuran be- berapa parameter lingkungan perairan Danau Maninjau:
Tabel 3. Hasil pengukuran dan pengamatan beberapa parameter lingkungan
No Parameter Lingkungan
Hasil 1
Suhu permukaan:
a Pagi b Siang
c Sore d Rata-rata
a 26,4-27,8 C
b 28,3-30,7 C
c 27,5-29,2 C
d 28,3±0,1 C
2 Tumbuhan
air Enceng gondok dan kangkung
3 Sampah Ada
4 Lapisan
minyak Ada
5 Warna Jernih kehijaun
6 Bau Berbau
Suhu permukaan air danau berkisar antara 26,4 C-30,7
C dengan rata- rata suhu harian 28,3±0,1
C. Hasil ini tidak berbeda jauh dengan hasil pengu- kuran suhu permukaan yang dilakukan oleh Nomosatryo et al. 2002 yaitu
28,29 C Mei; 27,62
C September; dan 27,64 C November. Pada tahun
2005 Triyanto et al. 2008 juga melakukan pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas air habitat ikan bada dan diperoleh nilai suhu 28,8
C-29,2 C,
pH 7,42-8,45; oksigen terlarut 6,64-8,48 mgL, dan konduktivitas 0,107-1,097 mScm. Hasil Ekspedisi Sunda Pada tanggal 11 Maret 1929 menunjukkan bahwa