Faktor kondisi Kt HASIL DAN PEMBAHASAN

Hal ini terlihat dari pola pertumbuhan ikan bada keseluruhan yang sama dengan pola pertumbuhan ikan bada betina dengan alat tangkap lukah yaitu allometrik positif. Hal lain yang memperkuat dugaan ini adalah berdasarkan nilai faktor kondisi sub bab 4.7 ikan bada baik jantan maupun betina dengan alat tangkap lukah yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan faktor kondisi ikan pada stasiun Sungai Tampang, Muko-muko, dan Bayur. Sehingga diduga bahwa nilai b3 pada ikan betina dengan alat tangkap lukah tidak disebabkan oleh faktor lingkungan, makanan yang lebih banyak, ataupun faktor tingkat kematangan gonad.

4.6. Faktor kondisi Kt

Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan panjang total Kt. Faktor kondisi rata-rata ikan bada jantan dan betina di Sungai Tampang yaitu 1,1052±0,1187 dan 1,263±0,0908. Pada stasiun Muko-muko dengan alat tangkap jaring insang faktor kondisi rata-rata ikan jantan dan betina yaitu 1,0594±0,0823 dan 1,0644±0,1102; selanjutnya faktor kondisi rata-rata ikan bada jantan dan betina dengan alat tangkap bagan yaitu 0,9973±0,0749 dan 0,9845±0,0803. Faktor kondisi rata-rata ikan bada jantan pada stasiun Bayur dengan alat tangkap jaring insang dan lukah adalah 1,0773±0,0781 dan 1,0185±0,0715 dan faktor kondisi rata-rata ikan bada betina pada kedua alat tangkap tersebut adalah 1,0827±0,0916 dan 0.9707±0,0572. Nilai faktor kondisi ikan bada pada masing- masing stasiun disajikan pada Gambar 13-17 berikut: F a k to r k on d is i Betina Jantan 1,75 1,50 1,25 1,00 0,75 0,50 1,1052 1,1263 Sungai Tampang Gambar 13. Faktor kondisi ikan bada pada stasiun Sungai Tampang F a k to r k on d is i Betina Jantan 1,75 1,50 1,25 1,00 0,75 0,50 1,0594 1,0644 Muko-muko Gambar 14. Faktor kondisi ikan bada pada stasiun Muko-muko F a k to r k on d is i Betina Jantan 1,75 1,50 1,25 1,00 0,75 0,50 0,9973 0,9845 Muko-muko bagan Gambar 15. Faktor kondisi ikan bada pada stasiun Muko-muko dengan alat tangkap bagan F a k to r k on d is i Betina Jantan 1,75 1,50 1,25 1,00 0,75 0,50 1,0773 1,0827 Bayur Gambar 16. Faktor kondisi ikan bada pada stasiun Bayur F a k to r k on d is i Betina Jantan 1,75 1,50 1,25 1,00 0,75 0,50 1,0185 0,9707 Bayur lukah Gambar 17. Faktor kondisi ikan bada pada stasiun Bayur dengan alat tangkap lukah F a kt or ko n di si Betina Jantan 1,75 1,50 1,25 1,00 0,75 0,50 1,0421 1,0609 Gambar 18. Faktor kondisi ikan bada jantan dan betina Secara keseluruhan nilai faktor kondisi rata-rata ikan bada betina pada masing-masing stasiun relatif lebih besar dibandingkan dengan faktor kondisi rata-rata ikan jantan seperti disajikan pada Gambar 18 di atas. Setelah dilakukan uji statistik terhadap beda nilai tengah faktor kondisi ikan jantan dan betina =0,05 Lampiran 8 diketahui bahwa secara keseluruhan faktor kondisi rata- rata ikan bada betina yaitu 1,0610±0,1050 lebih besar dibandingkan faktor kondisi ikan bada jantan yaitu 1,0421±0,0888 p0,05. Faktor kondisi ikan bada juga dibedakan berdasarkan lokasi penangkapan yaitu pada pantai barat Sungai Tampang dan Muko-muko dan pantai timur Bayur Danau Maninjau seperti disajikan pada Gambar 19 berikut ini: F a kt o r k on d is i Pantai timur Pantai barat 1,75 1,50 1,25 1,00 0,75 0,50 1,0712 1,0457 Gambar 19. Faktor kondisi ikan bada pada pantai barat dan pantai timur Berdasarkan lokasi penangkapan terdapat perbedaan nilai faktor kondisi rata-rata ikan bada pada pantai barat dan pantai timur Danau Maninjau. Setelah dilakukan uji statistik terhadap beda nilai tengah faktor kondisi ikan bada di pantai barat dan pantai timur =0,05 Lampiran 8 diketahui bahwa faktor kondisi ikan bada di pantai barat lebih besar yaitu 1,0710±0,1070 dibandingkan faktor kondisi rata-rata di pantai timur yaitu 1,0457±0,0917 p0,05. Faktor kondisi digunakan untuk membandingkan berat dan panjang ikan contoh atau antar individu ikan tertentu. Faktor kondisi sesuai untuk memban- dingkan ikan yang berbeda dalam spesies yang sama. Faktor kondisi juga akan berbeda tergantung jenis kelamin ikan, musim, atau lokasi penangkapan Ricker, 1975; umur Lagler, 1970; dan King 1995 menambahkan bahwa faktor kon- disi juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan gonad dan kelimpahan makanan. Oleh karena itu, perbedaan nilai faktor kondisi ikan bada di Danau Maninjau baik antar lokasi penangkapan maupun antara jantan dan betina bisa saja terjadi. Perbedaan faktor kondisi ikan jantan dan betina secara keseluruhan dipengaruhi oleh berat gonad. Ikan betina memiliki faktor kondisi yang lebih besar daripada ikan jantan. Walaupun pada selang panjang tersebut ikan jantan telah matang gonad dan kemungkinan pada tingkat kematangan gonad yang lebih tinggi, namun berat gonad ikan jantan tidak berpengaruh terlalu besar terhadap berat total ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi 1997 bahwa pertambahan berat gonad ikan betina sebesar 10-25 dari berat tubuh dan pada ikan jantan 5-10. Faktor penyebab perbedaan nilai faktor kondisi ikan bada pada pantai barat dan pantai timur diduga karena faktor makanan alami yang lebih banyak di pantai barat. Goetz 1983 in Nasution 2008 menjelaskan bahwa pada daerah tropis makanan baik jenis maupun jumlahnya merupakan faktor yang penting. Pantai barat merupakan wilayah dengan substrat tepian danau berbatu, arus yang relatif lebih lemah dibandingkan pantai timur, dan terdapat relatif lebih banyak pohon di tepian danau. Faktor-faktor tersebut mendukung ketersediaan makanan alami yang kemungkinan lebih disukai dan diperlukan ikan bada. Menurut Scott 1979 in Nasution 2008 tempat yang dangkal, berarus lemah, dan banyak terdapat tumbuhan air merupakan tempat yang banyak terdapat makanan. Hal ini menyebabkan pada panjang dan tingkat kematangan gonad yang relatif sama ikan bada di pantai barat memiliki faktor kondisi yang lebih besar.

4.7. Parameter pertumbuhan panjang