II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi umum Danau Maninjau
Danau Maninjau terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Kecamatan Tanjung Raya terdiri dari sembilan nagari
desa yang terletak di sekeliling Danau Maninjau. Kesembilan nagari tersebut adalah Tanjung Sani, Sungai Batang, Maninjau, Bayur, Duo Koto, Paninjauan,
Koto Kaciak, Koto Gadang, dan Koto Malintang BPS Kabupaten Agam, 2006. Secara geografis Danau Maninjau terletak antara 0
2
’
26,63
”
LS- 25
’
02,80
”
LS dan 100 07
’
43,74
’
43,74
”
BT-100 16
’
22,48
”
BT pada ketinggian 461,5 m di atas permukaan laut Apip et al., 2003. Berikut ini pada Tabel 1
disajikan data morfologi Danau Maninjau Hartoto dan Nomosatryo, 2002:
Tabel 1. Data morfologi Danau Maninjau
No Parameter Nilai
1 Luas
permukaan air
9.737,50 ha 2
Panjang maksimum
16,46 km 3
Lebar maksimum
7,5 km 4 Volume
air 10.226.001.629,2 m
3
5 Kedalaman
maksimum 165 m
6 Kedalaman
rata-rata 105,02 m
7 Panjang
garis pantai
52,68 km
2
8 Shore line development
1,51 kmkm
2
Terdapat empat sungai di Danau Maninjau yaitu Batang Antokan, Batang Tumayo, Batang Amparan, dan Batang Kurambik. Batang Antokan
merupakan satu-satunya outlet di Danau Maninjau yang bermuara ke Samudera Hindia BPS Kabupaten Agam, 2006. Danau Maninjau merupakan salah satu
danau yang multiguna karena danau ini dimanfaatkan oleh banyak sektor yaitu sektor ekonomi, ekologi, dan sosial. Pemanfaatan danau dari segi ekonomi yaitu
pada bidang pariwisata, perikanan tangkap dan budidaya, sumber air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA yang terdapat di Muko-muko, Kenagarian
Koto Malintang dan sumber air untuk irigasi.
PLTA di Maninjau mulai dioperasikan pada tahun 1983. Hal ini menyebabkan sistem penggelontoran alami danau terganggu karena air tidak lagi
keluar melalui Batang Antokan melainkan melalui intake turbin dengan debit 13,39 m
3
s. Selain mengganggu sistem penggelontoran alami, tertutupnya Batang Antokan juga menghambat migrasi ikan panjang Anguilla mauritania yang akan
memijah sehingga saat ini ikan panjang merupakan ikan langka di Danau Maninjau.
Sektor pariwisata cukup berkembang, terbukti dengan tingginya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Danau Maninjau baik domestik maupun manca-
negara. Hal ini didukung oleh tersedianya fasilitas pendukung pariwisata yang memadai seperti transportasi, jenis wisata yang beragam, penginapan dan sifat
masyarakat yang ramah. Salah satu jenis wisata yang menjadi andalan yaitu wisata olahraga terjun payung dan telah menarik perhatian wisatawan mancanega-
ra. Wisata olahraga ini didukung oleh bentang alam kecamatan Tanjung Raya de- ngan adanya perbukitan yang mengelilingi danau.
Perikanan budidaya sangat berkembang di Danau Maninjau. Hal ini terlihat dari jumlah Karamba Jaring Apung KJA yang ada. KJA terdapat di
sekeliling danau. Hampir tidak ada nagari yang tidak memiliki KJA, bahkan KJA juga terdapat di kawasan yang peruntukannya untuk konservasi dan kawasan
wisata yaitu di Muko-muko, Koto Malintang. Pemilik KJA berasal dari dalam maupun dari luar Kecamatan Tanjung Raya. Pada tahun 2006 jumlah KJA
mencapai 4.484 unit dengan 1.610 pemilik dan pada awal 2008 jumlahnya sudah mencapai 12.106 unit. Hal ini berdasarkan komunikasi pribadi Juli, 2008
dengan petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan PEPERLA setempat. Pada umumnya jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan nila dan majalaya.
Hasil panen ikan didistribusikan ke wilayah di dalam dan luar Sumatera Barat. Perikanan tangkap berlangsung setiap hari dalam sepanjang tahun. Alat
tangkap yang digunakan oleh nelayan beragam yaitu jaring insang, perangkap, anco, bagan, dan tubo racun. Namun saat ini penggunaan tubo racun untuk
menangkap ikan sudah jarang dilakukan oleh nelayan. Jaring insang dengan ukuran mata jaring ¾ inch merupakan alat tangkap yang umum digunakan untuk
menangkap ikan bada, dan perangkap merupakan alat tangkap yang dioperasikan
pada saluran air masuk inlet Danau Maninjau. Ikan bada merupakan target tangkapan utama karena merupakan komoditas perikanan penting dan bernilai
ekonomi tinggi. Ikan bada dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi dalam bentuk segar maupun asap bada masiak Lampiran 2. Berdasarkan komunikasi pribadi
dengan masyarakat, nelayan, dan pedagang pada Juni-Juli 2008 harga ikan bada segar berkisar Rp.14.000-Rp.20.000 per kilogram dan harga ikan bada asap
mencapai Rp. 140.000 per kilogram. Menurut warga setempat harga ikan bada akan meningkat pada saat hari raya. Sejauh ini pemasaran ikan bada segar
terbatas di Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi. Selain ikan bada juga terdapat ikan panjang Anguilla mauritania, asang Osteochilus gnatopogon,
nilem Osteochilus hasselti, rinuak Rosterang ryroania, gariang Tor douronensis, T. tambroides, gabus Channa striata, baung Mystus nemurus
dan gastropoda yang sangat populer di Maninjau khususnya dan Sumatera Barat umumnya yaitu ”pensi”. Sumberdaya ikan yang terkenal dan menjadi ciri khas
Maninjau yaitu bada, rinuak, dan pensi. Danau Maninjau juga bermanfaat dari segi ekologi dan sosial. Secara
ekologi Danau Maninjau merupakan habibat dari beragam organisme, mengatur keseimbangan hidrologi dan sebagai pengatur iklim mikro. Secara sosial danau
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, cuci, dan kakus MCK.
2.2. Ikan bada Rasbora argyrotaenia