Nilai organoleptik Penelitian Utama

4.2.2 Nilai organoleptik

Penilaian organoleptik merupakan cara yang paling banyak dilakukan dalam menentukan tanda-tanda kesegaran ikan karena lebih mudah dan lebih cepat dikerjakan, tidak memerlukan banyak peralatan, serta tidak memerlukan laboratorium Hadiwiyoto 1993. Penetapan kemunduran mutu ikan secara subjektif organoleptik dilakukan menggunakan score sheet yang telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional SNI 01-2346-2006 BSN 2006 serta menggunakan 15 orang panelis. Parameter yang diamati, yakni keadaan mata, insang, lendir permukaan badan, daging, bau, dan tekstur. Pengamatan organoleptik untuk keadaan mata, insang, lendir permukaan badan, bau, dan tekstur dilakukan terhadap ikan gurami utuh, tetapi khusus untuk pengamatan terhadap daging dilakukan pada ikan gurami yang telah disayat dagingnya. Hasil uji organoleptik terhadap ikan gurami dengan berbagai macam umur panen dapat dilihat dari data di lampiran 3a, 3b, 3c, dan 3d. Perbandingan rata-rata nilai organoleptik antara ikan gurami pada masing-masing umur panen saat penyimpanan suhu chilling dapat dilihat dari Gambar 12. 9 6,65 5,84 2,15 9 6,15 4,25 2,35 9 6,1 4,25 2,2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 24 30 36 180 198 228 234 264 324 pre- rigor rigor post-rigor busuk Waktu tiap fase pada penyimpanan jam N il a i or ga nole pt ik ikan A ikan B ikan C Gambar 12 Rata-rata nilai organoleptik dari ikan gurami pada berbagai umur panen selama penyimpanan suhu chilling Gambar 12 menunjukkan bahwa nilai organoleptik ikan gurami baik ikan gurami A, B, dan C semakin menurun dengan semakin lamanya waktu penyimpanan. Namun ikan gurami A memiliki waktu kemunduran mutu yang lebih panjang dibandingkan dengan ikan gurami B dan C. Hal ini disebabkan adanya pengaruh perbedaan ukuran tubuh ikan dan perbedaan umur panen dari ikan sehingga kemunduran mutu ikan gurami A menjadi lambat, ditandai dengan nilai organoleptik yang menurun lebih lama. Ikan berukuran besar secara umum mengalami penurunan mutu yang lebih lambat dibandingkan dengan ikan kecil sebab kandungan glikogen pada ikan yang berukuran besar lebih banyak dibanding ikan kecil, selain itu pada ikan yang besar memiliki luas permukaan tubuh yang besar sehingga penyerangan mikroorganisme lebih lama. Ikan berbentuk pipih dapat disimpan lebih lama dari pada ikan berbentuk bulat. Ikan berlemak rendah dapat dipertahankan lebih lama dari ikan berlemak tinggi pada kondisi aerobik FAO 1995. Proses perubahan pada ikan setelah mati terjadi karena aktivitas enzim dan mikroorganisme. Kedua hal itu menyebabkan tingkat kesegaran ikan menurun. Penurunan tingkat kesegaran ikan ini terlihat dengan adanya perubahan kimia, fisik, dan organoleptik pada ikan. Cepat atau lambatnya kemunduran mutu ikan dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal yang bekaitan dengan ikan itu sendiri dan eksternal yang berkaitan dengan lingkungan dan penanganan FAO 1995.

4.2.3 Nilai total plate count TPC