Nilai pH Penelitian Utama

pada akhirnya terakumulasi dalam jumlah yang besar. Senyawa-senyawa ini merupakan sumber nutrien unsur hara bagi bakteri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Kreuzer 1965.

4.2.4 Nilai pH

Kesegaran ikan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH daging ikan. Produksi asam laktat dari hasil proses glikolisis secara anaerob setelah ikan mati akan menentukan perubahan pH pada daging ikan. Perubahan nilai pH pada ikan bergantung pada berbagai faktor seperti jenis ikan, cara menangkap, pemberian pakan dan kondisi lainnya Sakaguchi 1990. Pada dasarnya energi pada jaringan otot ikan setelah mati diperoleh secara anaerobik dari pemecahan glikogen menjadi glukosa dan produk-produk turunannya. Selanjutnya penguraian glukosa melalui proses glikolisis akan menghasilkan ATP dan asam laktat. Akumulasi asam laktat inilah yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan pH daging ikan dan dapat menekan aktivitas mikroba sehingga memperlambat proses deteriorasi. Besarnya penurunan pH ini tergantung pada jumlah glikogen awal yang terdapat dalam otot ikan Jiang 1998. Perbandingan nilai pH ikan gurami yang disimpan pada suhu chilling dengan berbagai umur panen disajikan pada Gambar 14. 6,67 5,94 6,72 6,85 6,64 5,92 6,68 6,62 5,92 6,7 6,87 6,85 1 2 3 4 5 6 7 8 24 30 36 180 198 228 234 264 324 pre- rigor rigor post-rigor deteriorasi Waktu tiap fase pada penyimpanan jam N ila i p H ikan A ikan B ikan C Gambar 14. Nilai pH ikan gurami dengan berbagai umur panen selama penyimpanan suhu chilling Ikan gurami A, B dan C pada fase pre-rigor memiliki nilai pH secara berturut-turut yakni 6,87 ; 6,85 ; dan 6,85. Nilai ini akan semakin menurun seiring semakin banyak asam laktat yang terbentuk dan penurunan ATP. Pada akhirnya pH akan semakin asam, yaitu pada fase post rigor awal. Nilai pH dari ikan gurami pada fase post rigor yakni 5,98 untuk ikan A; 5, 92 untuk ikan B dan ikan C. Nilai-nilai itu akan meningkat lagi pada fase deteriorasi karena pada fase ini terjadi akumulasi basa-basa volatil. Tabel 12 memperlihatkan nilai pH terendah berbagai jenis ikan pada fase post rigor. Tabel 12. Nilai pH terendah berbagai jenis ikan pada fase post rigor No. Jenis ikan Nilai pH pada fase post rigor Sumber 1. Nila 6,26 Muldani 1997 2. Patin mati menggelepar 6,46 Swasono 2007 3. Patin mati ditusuk 6,51 Swasono 2007 4. Cod 6,10 FAO 1995 5. Mackerel 5,80 FAO 1995 6. Tuna 5,40 FAO 1995 Terjadinya perubahan glikogen menjadi asam laktat disebut proses glikolisis Eskin 1990. Proses glikolisis yang menguraikan glukosa menjadi asam laktat disajikan sehingga terjadi penurunan pH terdapat pada Gambar 15. Glukosa Heksokinase Glukosa-6-fosfat fosfoglukosa isomerase Fruktosa-6-fosfat Fosfofruktokinase Fruktosa-1,6-difosfat Aldolase Dihidroksi asetonfosfat D-gliseraldehida-3-fosfat Asam laktat laktat dehidrogenase Asam piruvat Gambar 15. Proses glikolisis pada daging ikan Eskin 1990 Kecepatan perubahan nilai pH dipengaruhi oleh banyaknya kandungan glikogen dalam daging. Kondisi stres menjelang kematian akan menyebabkan peningkatan aktivitas otot sehingga cadangan glikogen pada daging berkurang Robb 2002. Pernyataan ini didukung penelitian Marx et al. 1997 yang menyebutkan ikan yang ditusuk seketika akan mengalami perubahan nilai pH yang lebih lambat dibandingkan dengan ikan yang dimatikan menggunakan aliran listrik atau CO 2 . Ikan yang dimatikan dengan aliran listrik atau CO 2 akan menghabiskan lebih banyak energi dibandingkan dengan ikan yang dimatikan secara seketika. Kecepatan penurunan pH juga dipengaruhi suhu yang digunakan untuk penyimpanan. Kecepatan penurunan pH akan semakin cepat jika suhu yang digunakan tinggi. Penurunan pH akan semakin lambat jika suhu yang digunakan rendah Price 1971. Nilai pH ikan gurami A, B, dan C yang didapat pada penelitian ini mengalami penurunan dari fase pre-rigor sampai fase post-rigor, lalu nilai pH akan meningkat kembali ketika ikan memasuki fase deteriorasi. Berdasarkan hasil uji ragam ANOVA α=0,05 dapat dikatakan bahwa faktor perbedaan umur panen dari masing-masing ikan gurami memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 terhadap nilai pH. Hal ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan kandungan glikogen pada masing-masing ukuran ikan. Ikan berukuran besar memiliki cadangan glikogen yang lebih banyak dibanding ikan berukuran kecil sehingga kecenderungan terjadinya proses glikolisis menjadi lebih lambat. Selain itu, terjadinya penurunan nilai pH pada ikan disebabkan proses aktivasi enzim katepsin dalam menguraikan protein daging ikan. Pada proses enzimatis, protein akan diuraikan menjadi pepton, polipeptida, dan asam-asam amino. Selain itu juga, aksi enzimatis tersebut akan menyebabkan perubahan- perubahan dalam komponen-komponen flavor, perubahan warna daging diskolorisasi dari warna asli menjadi coklat serta timbulnya akumulasi metabolit Ilyas 1983.

4.2.5 Nilai total volatile base TVB