Luas Areal Penangkaran HASIL DAN PEMBAHASAN

54 Tingginya sensitivitas pada sistem intensif ini diduga berkaitan dengan tingginya biaya operasional untuk menyelenggarakan penangkaran. Hal ini terlihat dari tingginya biaya tetap dan biaya variabel, sehingga perubahan sedikit saja dalam biaya operasional berdampak terhadap besarnya kuota panenan yang harus ditetapkan dan ukuran populasi awal yang harus disediakan. Sensitivitas pada sistem semi intensif dan ekstensif lebih rendah dibandingkan pada sistem intensif. Selain itu pada kedua sistem ini, laju pertumbuhan populasi lebih berpengaruh dibandingkan biaya operasional. Ukuran populasi awal akan turut mengalami kenaikan atau penurunan berdasarkan perubahan laju pertumbuhan populasi, walaupun pada saat yang sama terjadi perubahan pada biaya operasional. Pengaruh tersebut bersifat dua arah, artinya kenaikan laju pertumbuhan populasi akan mengakibatkan ukuran populasi awal menjadi berkurang, dan sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena perubahan laju pertumbuhan populasi akan mengakibatkan perubahan pada laju pemanenan, sehingga untuk mencapai kuota panenan tertentu maka ukuran populasi awal yang harus disediakan dapat bertambah atau berkurang sesuai dengan laju pemanenan populasi. Kecenderungan pengaruh laju pertumbuhan populasi tersebut hampir sama pada sistem semi intensif dan ekstensif. Selain itu perubahan ukuran populasi awal yang terjadi tidak terlalu besar atau melebihi 50, melainkan hanya berkisar antara 1,28 - 12,82.

5.6 Luas Areal Penangkaran

Untuk menjamin keberhasilan penangkaran pada setiap sistem penangkaran diperlukan areal yang memadai, terutama ditentukan oleh ukuran populasi awal. Semakin besar ukuran populasi awal semakin luas areal yang dibutuhkan. Untuk sistem semi intensif dan ekstensif, luas areal penangkaran ditentukan oleh produktivitas hijauan pakan. Semakin tinggi produktivitas hijauan pakan semakin sempit areal yang dibutuhkan. Produktivitas hijauan pakan pada sistem semi intensif merupakan produktivitas yang disediakan alam di dalam areal penangkaran dan yang disediakan manusia dengan sistem cut and carry di luar areal penangkaran, sedangkan produktivitas hijauan pakan pada sistem ekstensif hanya merupakan produktivitas yang disediakan alam. Berdasarkan luas 55 pada setiap lokasi dan asumsi yang digunakan, maka rata-rata terboboti produktivitas hijauan pakan rusa timor pada sistem ekstensif adalah sebanyak 4.442,29 kghath, dan pada sistem semi intensif sebanyak 8.155,36 kghath. Untuk sistem intensif, kebutuhan terhadap pakan bukan merupakan faktor pembatas, karena seluruh kebutuhan pakan disediakan oleh manusia dari luar penangkaran. Faktor pembatas pada sistem intensif adalah kebutuhan terhadap ruang. Semakin besar ukuran populasi awal maka semakin luas areal yang dibutuhkan. Menurut Semiadi Nugraha 2004 kebutuhan ruang untuk rusa betina dewasa adalah 1,75 – 2,25 m 2 per individu, dan rusa jantan dewasa adalah 2,00 – 2,75 m 2 per individu. Dalam perhitungan kebutuhan ruang pada sistem intensif di HP Dramaga ini digunakan kebutuhan ruang pada rusa jantan dewasa sebesar 2,75 m 2 untuk menghitung kebutuhan semua rusa yang ada. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa penggunaan kebutuhan maksimal dapat mengantisipasi kebutuhan ruang untuk semua kelompok rusa jantan, betina dan anak. Berdasarkan ukuran populasi awal, produktivitas hijauan pakan, dan kebutuhan ruang per individu, maka dapat ditentukan kebutuhan areal penangkaran berdasarkan sistem penangkaran dan waktu awal pemanenan sebagaimana disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Luas areal penangkaran berdasarkan ukuran populasi awal dan waktu awal pemanenan Sistem Intensif Sistem Semi Intensif Sistem Ekstensif Waktu Awal Panen tahun N ind A ha N ind A ha N ind A ha 4 376 0,1 89 31,87 78 51,27 8 138 0,04 42 15,04 46 30,24 12 51 0,01 20 7,16 28 18,40 16 19 0,01 9 3,22 16 10,52 20 7 0,002 4 1,43 10 6,57 Keterangan: N = ukuran populasi awal, A = luas areal penangkaran Hasil perhitungan pada Tabel 9 menunjukkan bahwa jika waktu awal pemanenan ditetapkan empat 4 tahun setelah awal penangkaran, maka luas lahan yang dibutuhkan pada sistem intensif untuk menampung 376 individu adalah seluas 0,1 ha. Pada sistem semi intensif, dibutuhkan areal seluas 31,87 ha untuk 56 menampung 89 individu, dan pada sistem ekstensif dibutuhkan areal seluas 51,27 ha untuk menampung 78 individu. Semakin lama waktu awal pemanenan dan semakin kecil ukuran populasi awal, maka semakin sempit areal yang dibutuhkan. Jika dihitung jumlah rusa yang dapat ditampung pada masing-masing areal penangkaran, maka diperoleh rata-rata kepadatan rusa pada sistem intensif sebanyak 3.634 individuha, pada sistem semi intensif sebanyak 2,8 individuha, dan pada sistem ekstensif sebanyak 1,5 individuha. Menurut Semiadi Nugraha 2004 kepadatan rusa pada padang rumput yang subur dengan sistem pedok atau sistem ekstensifsemi intensif berkisar antara 12 – 15 individuha untuk rusa dewasa atau 15 – 20 individu untuk rusa remaja 2 tahun. Rendahnya rata-rata kepadatan rusa pada sistem semi intensif dan ekstensif di penangkaran Hutan Penelitian Dramaga dapat disebabkan oleh rendahnya produktivitas hijauan pakan, sehingga jumlah rusa yang dapat ditampung sedikit.

5.7 Pemilihan Sistem Penangkaran