a. Metode Substitusi
Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi dilakukan dengan cara mengganti mensubtitusi salah satu variabel dengan
variabel lainnya.
Contoh:
Persamaan dan
Karena , maka pada persamaan
Gantilah dengan , sehingga:
Jadi, dan
b. Metode Eliminasi
Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan mengeliminasi salah satu variabel.
Contoh:
Persamaan dan
.
Jadi, dan
. Sugijono, 2004:59-60
c. Metode Grafik
Untuk menyelesaikan system persamaan linear dua varibel dengan metode grafik dilakukan dengan membuat grafik dari kedua persamaan yang diketahui
dalam satu diagram. Koordinat titik potong kedua garis yang telah dibuat merupakan penyelesaian
dari system persamaan.
Contoh:
Gunakan metode grafik, tentukanlah penyelesaian SPLDV berikut. a.
b. Langkah pertama, menentukan titik potong terhadap sumbu dan pada
masig-masing persamaan linear dua variabel. a.
Persamaan Titik potong dengan sumbu , berarti = 0.
Diperoleh dan = 0, maka diperoleh titik potong dengan
sumbu dititik 2,0. Titik potong dengan sumbu , berarti .
Diperoleh dan
maka diperoleh titik potong dengan sumbu
b. Persamaan
Titik potong dengan sumbu berarti .
Diperoleh dan
maka dipeoleh titik potong dengan sumbu dititk 2,0. Tiitk potong dengan sumbu , berarti
.
Diperoleh x = 0 dan y = 6 maka diperoleh titik potong dengan sumbu y dititik 0, 6.
Langkah kedua, gambarkan ke dalam bidang koordinat Cartesius. Persamaan x + y = 2 memiliki titik potong sumbu di 2, 0 dan 0, 2.
Persamaan 3x + y = 6 memiliki titik potong sumbu di 2, 0 dan 0, 6 Perhatikan grafik berikut
Langkah ketiga, tentukan himpunan penyelesaian SPLDV berikut. Perhatikan gambar tersebut, titik potong antara garis x + y = 2 dan 3x + y
= 6 adalah 2, 0 Jadi, Hp = {2, 0}. Agus, 2007:77-78.
2.11 Karangka Berpikir
Berdasarkan data OECD dalam setiap konten matematika yang diujikan dalam studi PISA, rata-rata siswa Indonesia menduduki peringkat level 2 ke
bawah. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan literasi siswa Indonesia hanya sampai
pada kompetensi
reproduksi yaitu
kemampuan siswa
untuk mengoperasikan matematika pada konteks yang sederhana. Hal ini berarti
kemampuan literasi matematis level 3-6 untuk siswa Indonesia masih rendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat siswa-siswa
Indonesia untuk mempelajari matematika masih rendah. Matematika masih dianggap sebagai kumpulan angka-angka dan rumus-rumus. Siswa hanya
menghafalkan rumus-rumus matematika tanpa tahu makna dan cara mengaplikasikan konsep-konsep tersebut dalam permasalahan yang dihadapi
sehari-hari. Akibatnya, matematika dianggap sebagai mata pelajaran hafalan yang mudah terlupakan.
Untuk itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan literasi matematis peserta didik. Salah satu model
pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan literasi matematis adalah model pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan PMRI.
Model PBL merupakan upaya menggali pengetahuan baru siswa melalui pemecahan suatu masalah yang diberikan oleh guru. Pada pembelajaran PBL
siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, untuk setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa. Belajar dalam kelompok dengan PBL dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memulai belajar dengan memahami
permasalahan kontekstual terlebih dahulu, kemudian terlibat dalam diskusi kelompok untuk menemukan berbagai solusi, sehingga mereka dapat berpikir
kreatif untuk mencari penyelesaian dari permasalahan yang diberikan. Selain itu peserta didik juga dapat menyampaikan pendapatnya secara bebas, serta dilatih
untuk dapat bekerjasama serta menghargai pendapat orang lain. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia PMRI adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang diawali dengan masalah kontekstual untuk mengarahkan siswa dalam memahami suatu konsep matematika.
Selain menggunakan model PBL dengan pendekatan PMRI, penelitian ini juga menggunakan media Edmodo. Media Edmodo dipilih karena membuat
pembelajaran tidak bergantung pada waktu dan tempat, sehingga di luar kelaspun dapat melangsungkan pembelajaran, selain itu memberikan kesempatan kepada
orangtuawali siswa untuk memantau aktivitas belajar dan prestasi putra-putrinya. Medai Edmodo dapat memfasilitasi kerja kelompok yang multidisiplin.
Diagram 2.1 Alur kerangka berpikir
Pembelajaran Model PBL dengan pendekatan PMRI
berbantuan Edmodo Teori Piaget,
Kontruktivisme, dan Ausebel
Pembelajaran dengan pendekatan PMRI
berbantuan Edmodo Hasil Presentase Penguasaan Materi SPLDV
Ujian Nasional SMPMTs belum mencapai KKM Kemampuan Literasi matematis
siswa masih rendah
Penerapan Pembelajaran Model PBL dengan pendekatan PMRI berbantuan
Edmodo
Pembelajaran Model PBL dengan pendekatan PMRI berbantuan Edmodo pada materi SPLDV
dapat meningkatkan Kemampuan Literasi Matematis Siswa
2.12 Hipotesis