Metode indeksasi Metode Analisis Data

34 Kriteria kegiatan penangkapan ikan yang berkelanjutan terdiri dari : 1 Menerapkan teknologi penangkapan yang ramah lingkungan. 2 Jumlah hasil tangkapan tidak melebihi jumlah hasil tangkapan yang diperbolehkan TAC. 3 Menguntungkan. 4 Investasi rendah. 5 Penggunaan bahan bakar minyak rendah. 6 Memenuhi ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.

3.4.10 Metode indeksasi

Metode indeksasi adalah metode estimasi untuk menghitung kebutuhan optimum di waktu yang akan datang dengan pendekatan terhadap indeks ratio yang ideal Handoko, 2001. Indeks ratio yang ideal dapat ditentukan berdasarkan pedoman peraturan, referensi maupun asumsi berdasarkan scientificexpert judgement . Contoh metode indeksasi adalah ratio ideal antara tenaga kerja dengan jumlah produksi pengolahan ikan, seperti: untuk setiap satu orang tenaga kerja idealnya per hari dapat memproses lima puluh kilogram ikan. Pada penelitian ini, metode indeksasi digunakan untuk mengestimasi nilai optimum dari beberapa komponen utama perikanan tangkap, yaitu komponen sumber daya ikan, prasarana pelabuhan, masyarakat nelayan, unit pemasaran dan unit pengolahan hasil tangkapan. 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1 Sumber daya ikan unggulan di perairan selatan Jawa Barat berdasarkan pendekatan aspek pemasaran adalah lobster, udang, tuna, cakalang dan. layur 2 Jenis unit penangkapan pilihan untuk pemanfaatan komoditi unggulan di perairan selatan Jawa Barat berdasarkan pendekatan aspek teknis, finansial, lingkungan dan sosial adalah pukat cincin purse seine, payang, pancing, jaring insang gill net dan rampus trammel net. 3 Estimasi nilai optimum dari komponen perikanan tangkap di perairan selatan Jawa Barat adalah sebagai berikut: 1 Jumlah potensi tangkapan optimum untuk sumber daya ikan unggulan sebesar 30.650,27 tonthn, yang terdiri dari lobster 365,91 tonthn, udang 3.271,28 tonthn, tuna 924,28 tonthn, cakalang 24.040,89 tonthn, dan layur 2.047,90 tonthn; 2 Jumlah optimum untuk semua jenis unit penangkapan pilihan adalah sebanyak 797 unit, dengan alokasi sebagai berikut: unit penangkapan pukat cincin berukuran 30 GT sebanyak 80 unit, payang berukuran 25 GT sebanyak 127 unit, pancing ulur berukuran 2 GT sebanyak 144 unit, jaring insang berukuran 2 GT sebanyak 70 unit, dan rampus berukuran 2 GT sebanyak 376 unit; 3 Jumlah nelayan yang optimum adalah sebanyak 4.985 orang, dengan rincian 1200 orang untuk nelayan pukat cincin, 2159 orang untuk nelayan payang, 288 orang untuk nelayan pancing ulur, 210 orang untuk nelayan jaring insang, dan 1128 orang untuk nelayan rampus; 4 Jumlah pelabuhan perikanan yang optimum diperlukan untuk menunjang kondisi ideal ini adalah 22 unit, dengan rincian 2 unit untuk tipe Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN dan 20 unit untuk tipe Pusat pendaratan Ikan PPI; 120 5 Jumlah optimum dari sarana penunjang produksi yang perlu disediakan adalah 12 unit galangan kapal ikan berkapasitas 625 GTthn, 20.136.000 m 2 thn bahan jaring, 282 unitthn alat pancing ulur, 8 unitthn mesin kapal berukuran 220 PK, 13 unitthn mesin kapal berukuran 40 PK, dan 59 unitthn mesin kapal berukuran 15 PK; 6 Luasan optimum tempat pemasaran hasil tangkapan pertama atau identik dengan tempat pelelangan ikan TPI yang dibutuhkan adalah 2.393 m 2 , dengan rincian di setiap PPN memerlukan luasan TPI sebesar 987 m 2 , sedangkan untuk setiap PPI memerlukan luasan TPI sebesar 21 m 2 ; 7 Jumlah unit pengolahan ikan yang optimum untuk dibangun adalah 20 unit, yang terdiri dari 1 unit pengolahan lobster berkapasitas 0,5 tonhari atau 125 tonthn dan 19 unit pengolahan udang dan ikan yang berkapasitas 5 tonhari atau 1.250 tonthn. 4 Telah dirumuskan suatu model umum untuk pengembangan perikanan tangkap yang diberi nama “MODEL BANGKAKAP ”. Model ini mencakup 7 komponen utama perikanan tangkap, yaitu: sumber daya ikan, armada penangkap ikan, masyarakat, sarana penunjang produksi, pelabuhan perikanan, unit pemasaran hasil tangkapan, dan unit pengolahan ikan.

5.2 Saran