Status dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan unggulan

59 Tabel 20 Seleksi komoditas unggulan di perairan Selatanselatan Jawa Barat dengan metode skoring Nama Komoditi Ikan Nilai Produksi Rp Fungsi Nilai Harga Rpkg Fungsi Nilai W ilayah Pemasar - an Fungsi Nilai Nilai Tambah Fungsi Nilai Nilai Gabung- an Rataan Fungsi Nilai RANG- KING Kakap 4.547.801.840 0,004 12.617 0,074 2 0,500 2 0,500 1,078 0,269 8 Cucut 5.741.361.791 0,054 4.894 0,002 2 0,500 2 0,500 1,056 0,264 9 Pari 4.457.606.116 0,000 6.049 0,012 2 0,500 2 0,500 1,012 0,253 10 Bawal Putih 11.644.033.730 0,305 32.773 0,263 1 0,000 1 0,000 0,568 0,142 11 Kembung 12.553.306.973 0,343 16.654 0,112 1 0,000 1 0,000 0,455 0,114 12 Tenggiri 10.709.175.523 0,265 21.604 0,158 2 0,500 2 0,500 1,423 0,356 7 Layur 28.049.676.413 1,000 6.137 0,013 2 0,500 2 0,500 2,013 0,503 5 Tuna 11.259.054.534 0,288 10.044 0,050 3 1,000 3 1,000 2,338 0,585 3 Cakalang 8.263.274.562 0,161 4.722 0,000 3 1,000 3 1,000 2,161 0,540 4 Tongkol 12.327.024.017 0,334 7.663 0,028 3 1,000 2 0,500 1,861 0,465 6 Udang 5.565.521.015 0,047 99.693 0,890 3 1,000 2 0,500 2,437 0,609 2 Lobster 4.457.173.183 0,000 111.429 1,000 3 1,000 2 0,500 2,500 0,625 1 Keterangan : Untuk Wilayah Pemasaran : 1 = Lokal; 2 = Nasional; 3 = Internasional Untuk Nilai Tambah : 1 = Rendah; 2 = Tinggi; 3 = Sangat Tinggi

4.2.2 Status dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan unggulan

Berdasarkan hasil survei lapangan, kuisioner dan wawancara dengan nelayan serta pendekatan analisis aspek pemasaran di daerah penelitian diperoleh 5 lima jenis komoditi ikan unggulan, yaitu lobster, udang, tuna, cakalang, dan layur. Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat pengusahaannya, maka perlu diketahui besarnya potensi atau stok dari sumber daya ikan unggulan tersebut. Berdasarkan informasi dari Aziz 1989 dan Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumber Daya Ikan Laut 1998, estimasi stok ikan di Indonesia dilakukan dengan 6 metod e pendekatan, yaitu sensustransek, swept area , akustik, surplus production, tagging dan ekstraintra -polasi. Diantara, keenam metode pendekatan tersebut, pendekatan dengan metode surplus production adalah yang relatif paling murah, cepat dan sederhana dalam pengerjaannya. Kunci keberhasilan penggunaan metode ini adalah keakuratan sumber data yang digunakannya. Penggunaan metoda surplus production memerlukan data time series hasil tangkapan dan upaya penangkapan ikan di tempat pendaratan ikan. Dalam 60 analisis estimasi stok dari sumber daya ikan unggulan ini, digunakan pendekatan metode surplus production, walaupun diakui bahwa metode ini masih banyak menggunakan asumsi untuk menghitungnya. Menurut Zulkarnain dan Dar mawanwaman 1997, penggunaan metode surplus production dengan Model Schaefer pada kondisi tertentu, bisa digunakan dalam menghitung dan menentukan batas hasil tangkapan yang diperbolehkan, yaitu untuk memberikan kelonggaran dan keleluasaan bagi nelayan untuk memanfaatkan potensi sumber daya ikan yang ada. Suatu stok dianggap sebuah gumpalan besar biomasa dan sama sekali tidak berpedoman atas umur dan ukuran panjang ikan. Dengan pertimbangan bahwa jumlah biomasa stok tetap dan adanya aktivitas usaha perikanan. Dengan demikian dapat diduga bahwa sema kin banyak jumlah kapal, maka akan semakin kecil bagian masing -masing kapal Gulland, 1983. Selanjutnya, Bland 1986 dan Widodo 2003 menjelaskan bahwa kejadian tangkap lebih overfishing dapat dideteksi dengan suatu kombinasi sejumlah indikator stok, seperti : 1i penurunan hasil tangkapan per unit upaya, 2ii penurunan total hasil tangkapan yang didaratkan, 3iii penurunan rata-rata bobotukuran ikan, 4iv perubahan struktur umurstruktur ukuran, dan atau 5v perubahan komposisi spesies dalam populasi. Hasil analisis estimasi potensi sumber daya ikan dengan metode surplus production dan tingkat pemanfaatan untuk semua komoditi unggulan tersebut, dapat dilihat pada Tabel 21 dan secara rinci pada Lampiran 1-5. Tabel 21 Potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan untuk komoditi unggulan di perairan Selatanselatan Provinsi Jawa Barat . No. Jenis Ikan PotensiMSY ton f optimum trip C terakhir ton Tingkat Pemanfaatan Peluang Pengembangan 1 Lobster 457,39 268.139,37 351.84 76,92 Cukup besar 2 Udang 4,089.10 202.965,48 1.036,50 25,35 Sangat besar 3 Tuna 1.155,35 209.671,47 317,70 27,50 Sangat besar 4 Cakalang 30.051,11 797.060,34 709,62 2,36 Sangat besar 5 Layur 2.559,89 107.920,97 1.206,10 47,12 Besar For m a t t e d: Space Aft er: 9 pt, Line spacing: single 61 Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa hampir semua komoditi ikan unggulan di perairan Selatan selatan Provinsi Jawa Barat, tingkat pemanfaatannya dibawah 50 , kecuali untuk lobster. Dengan demikian semua komoditi unggulan tersebut masih memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan Setelah mengetahui bahwa semua jenis komoditi ikan unggulan yang terdapat di pantai selatan Provinsi Jawa Barat ini masih memiliki peluang cukup besar untuk dikembangkan, maka tahap selanjutnya adalah menentukan jenis teknologi penangkapannya. Menurut Monintja 200 30 , pemilihan suatu teknologi penangkapan ikan yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan perikanan tangkap perlu mempertimbangkan: 1 teknologi yang ramah lingkungan, 2 teknologi yang secara teknis dan ekonomis menguntungkan, dan 3 teknologi yang berkelanjutan Nurani, 2002.

4.2.3 Aspek teknis