Sumber daya manusia Kondisi Umum Perikanan di Provinsi Jawa Barat

19 2 Jumlah kapal dengan motor tempel Periode tahun 1998-2002, jumlah perahukapal perikanan di laut menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 12.30, yaitu dari 10,789 buah pada tahun 1998 menjadi 13,201 buah pada tahun 2002. Sedangkan pada dua tahun terakhir juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 21.85. 3 Jumlah kapal tanpa motor Periode tahun 1998-2002, jumlah perahukapal perikanan di laut menunjukkan penurunan rata-rata sebesar –2.61, yaitu dari 2,596 buah pada tahun 1998 menjadi 2,096 buah pada tahun 2002. 4 Total kapal yang beroperasi di Jawa Barat Periode tahun 1998-2002, jumlah perahukapal perikanan di laut menunjukkan peningkatan rata-rata sebesar 17.70, yaitu dari 15,459 buah pada tahun 1998 menjadi 15,918 buah pada tahun 2002. Begitu juga pada dua tahun terakhir mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5.38, yaitu dari 13,524 buah pada tahun 2001 menjadi 15,918 buah pada tahun 2002. 2 Produksi Periode tahun 1998-2002, perkembangan produksi perikanan tangkap Provinsi Jawa Barat meningkat pada tahun 2001 – 2002 rata-rata 7,18, yaitu dari 147,042 ton pada 2001 menjadi 157,600 ton pada tahun 2002. 3 Nilai produksi Pada periode 1998-2002, perkembangan nilai produksi perikanan tangkap Provinsi Jawa Barat meningkat pada tahun 2001 – 2002 rata-rata 17,97, yaitu dari 918,020 milyar rupiah pada tahun 2001 menjadi 1,083 trilyun rupiah pada tahun 2002.

2.3.3 Sumber daya manusia

Suksesnya pembangunan perikanan pada umumnya tidak lepas dari keadaan sumber daya manusia sebagai faktor produksi sekaligus sebagai pasar yang potensial. Sebagai faktor produksi maka jumlah penduduk, tingkat pengetahuan serta kemampuannya akan sangat mempengaruhi gerak laju pembangunan. Sebagai pasar potensial, jumlah penduduk Jawa Barat yang cukup besar bahkan terbanyak di Indonesia dengan laju pertumbuhan setiap tahunnya 20 cukup pesat merupakan potensi pasar yang cukup besar, namun dari segi kemampuan daya beli dan kesadaran akan arti pentingnya ikan sebagai bahan makanan yang bergizi tinggi masih cukup rendah, sehingga daya serap pasar akan produk perikanan oleh konsumen lokalregional juga masih cukup rendah. Potensi konsumen yang besar dan terus meningkat ini hakekatnya dapat merangsang tumbuh kembangnya usaha perikanan sistem agribisnis dan bisnis kelautan serta perluasan kesempatan kerja. Namun, kondisi nelayan sebagai produsen yang masih lemah dari aspek sosial ekonomi menyebabkan produktivitasnya juga rendah. Rendahnya produktivitas usaha mereka disebabkan oleh rendahnya pendidikan, pengetahuan, keterampilan, penguasaan teknologi serta peralatan yang dimiliki. Disamping itu, kondisi dukungan permodalan serta manajemen usaha juga masih sangat tidak memadai. Berdasarkan data statistik, pada tahun 2003 jumlah rumah tangga perikanan RTP perikanan Jawa Barat sebanyak 531.652 RTP setara dengan 2.658.260 jiwa atau sekitar 7 dari jumlah penduduk Jawa Barat. Sebagian besar dari jumlah RTP perikanan tersebut memiliki kondisi sosial ekonomi yang masih berada dibawah garis kemiskinan bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya. Kemiskinan yang dihadapi meliputi: material, pendidikan dan status sosial, yang semuanya itu bukan disebabkan karena terbatasnya sumber daya ikan, tetapi erat hubungannya dengan terjadinya perubahan ekonomi, belum meratanya pembangunan, serta disebabkan oleh prilaku budaya sebagian besar nelayan yang belum mendukung ke arah perubahan yang positif. Memperhatikan kondisi semacam itu, maka perhatian khusus perlu diberikan kepada upaya perlindungan dan pengembangan perikanan skala kecil dalam rangka meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan serta memajukan desa pantai. Dalam kaitan ini peran KUD perlu semakin ditingkatkan dengan mengikutsertakan sektor swasta dan BUMNBUMD dengan meningkatkan peran pemerintah sebagai fasilitator.

2.3.4 Teknologi pemanfaatan sumber daya