Aspek lembaga keuangan Rekomendasi kebijakan pola pengembangan perikanan tangkap di pantai selatan Jawa Barat

103 oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta dan nelayan, bahkan ada yang kombinasi dari ketiganya. Sinergitas di dalam berinteraksi dari komponen-komponen tersebut tentu merupakan hal ideal yang diharapkan oleh semua pihak. Namun demikian, munculnya ega sektor, berlaku nya otonomi daerah dan tumpang tindih kepentingan seringkali memunculkan suatu aktivitas interaksi yang antagonis dan tumpang tindah di antara komponen -komponen tersebut. Kondisi inilah yang dapat menghambat tercapainya keterpaduan yang berhasil guna dan b erdaya guna dari komponen -komponen perikanan tangkap. Memperhatikan hal tersebut di atas, serta mengacu kepada pengertian kelembagaan, maka untuk menghasilkan sinergitas kinerja dari ketujuh komponen perikanan tangkap tersebut, diperlukan kelembagaan yang akan mengatur keterpaduan semua komponen pengembangan perikanan tangkap yang terdiri dari lembaga pemerintah, lembaga swasta dan lembaga masyarakat. Untuk mendukung pola pengembangan perikanan tangkap diperairan selatan Jawa Barat agar berjalan secara sinergis, maka lembaga yang diperlukan adalah sebagai berikut: 1 Lembaga pemerintah, yang terdiri dari: 1a Dinas Perikanan pada setiap KabupatenKota Pesisir Provinsi Jawa Barat, b2 Unit Pelakasana Teknis UPT Pelabuhan Perikanan, 3c Unit Perekayasaan Teknologi, dan 4d Unit Pelatihan dan Penyuluhan. 2 Lembaga swasta, yaitu asosiasiorganisasi pengusaha unit penangkapan ikan kapal, alat penangkap ikan, mesin kapal, perlengkapan dan alat bantu penangkapan ikan, asosiasiorganisasi pengusaha galangan kapal, asosiasiorganisasi pengolah dan pemasaran hasil perikanan. 3 Lembaga masyarakat terdiri asosiasiorganisasi anak buah kapal ABK, buruh nelayan, pengolah hasil perikanan, dan kelompok pengawas pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap,

4.3.3 Aspek lembaga keuangan

Pengembangan perikanan tangkap dapat berjalan secara optimal, diantaranya membutuhkan adanya investasi dan permodalan bagi masyarakat nelayan. Peningkatan laju usaha dari komponen-komponen perikanan tangkap dapat dicapai 104 melalui du kungan investasi yang memadai dibutuhkan oleh para pelaku bisnis. Investasi yang diperlukan sangat diharapkan berasal dari para investor yang didukung pihak perbankan. Peningkatan kesejahteraan melalui dukungan permodalan adalah syarat mutlak bagi para pelaku usaha perikanan skala kecil yang banyak dilaksanakan oleh nelayan. Modal yang diperlukan sangat diharapkan berasal dari kredit perbankan yang diberikan kepada koperasi dan atau individu nelayan. Dengan adanya aktivitas pelabuhan perikanan di Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN Pelabuhan Ratu dan Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Pangandaran menurut informasi dari Kepala PPN dan PPI tersebut, maka terjadi perputaran uang di pelabuhan tersebut sampai mencapai Rp. 2 milyarhari. Aliran uang sebesar itu selain dari aktivitas penangkapan ikan juga dari pengolahan, pemasaran, docking kapal serta kegiatan jasa lainnya. Adanya investasi, penguatan modal dan aliran uang dalam kegiatan perikanan tangkap terpadu tentu akan memberikan kelancaran dalam mewujudkan suatu upaya pengembangan perikanan tangkap yang optimal di perairan selatan Jawa Barat. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan di dalam suatu pola atau model menjadi strategis, sebagai penjamin adanya aliran keuangan. Lembaga keuangan yang minimal diperlukan dan harus ada dalam pen e g e mbangan sub -sektor perikanan tangkap adalah: 1a perbankan, 2b koperasi, 3c pegadaian, dan 4d lembaga asuransi.

4.3.4 Rekomendasi kebijakan pola pengembangan perikanan tangkap di pantai selatan Jawa Barat

Tercapainya pengembangan perikanan tangkap yang bertanggungjawab dengan hasil optimal, ditentukan oleh suatu kebijakan perencanaan pengembangan yang tepat. Kebijakan perencanaan yang tepat dapat dirumuskan bila didukung dengan data dan informasi kuantitatif yang akurat. Selain itu, nilai kapasitas yang optimal dari setiap komponen yang berperan dalam pengembangan sub-sektor perikanan tangkap juga harus diketahui. Hal ini karena kebijakan perencanaan yang tepat harus berbasis pada daya dukung atau nilai kapasitas optimal dari setiap komponen yang ada, agar semua aktivitasnya dapat berjalan berimbang dan berkelanjutan. Beberapa rekomendasi kebijakan untuk pengembangan perikanan tangkap di perairan selatan Jawa Barat adalah sebagai berikut: For m a t t e d: Space Aft er: 6 pt, Line spacing: single 105 1.1 Penyesuaian komposisi jumlah dari lima jenis unit penangkapan ikan yang diprioritaskan untuk dikembangkan purse seine, payang, pancing ulur, jaring insang dan rampus secara rasional dan bertahap, hingga mencapai kondisi yang ideal atau optimum, yaitu: untuk purse seine 30 GT sebanyak 80 unit, payang 25 GT sebanyak 127 unit, pancing ulur 2 GT sebanyak 144 unit, jaring insang 2 GT sebanyak 70 unit, dan rampus 2 GT sebanyak 376 unit. 12 Penambahan fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara PPN sebanyak 1 unit dan Pangkalan Pendaratan Ikan PPI sebanyak 6 unit, serta mengoptimumkan fungsi semua prasarana pelabuhan yang telah dibangun. 23 Peningkatan luasan Tempat Pelelangan Ikan TPI yang ada hingga mencapai luasan minimum yang dibutuhkan sebesar 2.393 m 2 , dengan rincian di setiap PPN memerlukan luasan TPI minimum sebesar 987 m 2 , sedangkan di setiap PPI memerlukan luasan TPI minimum sebesar 21 m 2 . 34 Mengoptimumkan kapasitas industri pengolahan ikan hingga mencapai total kapasitas 23.875 tontahun. 45 Mengoptimumkan industri galangan kapal ikan hingga mencapai total kapasitas terpasang 7500 GTtahun. 56 Mengoptimumkan ketersediaan bahan jaring sebanyak 4.040.000 m 2 tahun dan alat pancing ulur sebanyak 282 unittahun. 67 Mengoptimumkan ketersediaan mesin kapal ikan dengan rincian ukuran 220 PK sebanyak 8 unittahun, ukuran 40 PK sebanyak 13 unittahun, dan ukuran 15 PK sebanyak 59 unittahun. 78 Dengan menggunakan kondisi yang ideal untuk usaha penangkapan ikan, maka perlu mengarahkan sebagian nelayan yang tidak terserap dalam pengalokasian ini, untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja pada pengembangan industri perikanan tangkap laut lepas, perairan ZEE Indonesia ZEEI dan perikanan laut dalam, melalui program peningkatan kualitas dan ketrampilan nelayan yang berstandar internasional. 89 M engembangkan armada penangkapan ikan berskala menengah keatas atau berukuran 30 GT keatas untuk pemanfaatan sumber daya ikan di perairan lepas pantai, ZEEI dan perairan dalam. For m a t t e d: Numbered + Level: 1 + Numbering St yle: 1, 2, 3, … + St art at: 1 + Alignment : Left + Aligned at: 0 cm + Tab after: 0,63 cm + I ndent at: 0,63 cm For m a t t e d: Font : I talic For m a t t e d: Font : I talic For m a t t e d: Bullets and Numbering 106 910 Selain itu, juga perlu melakukan reposisi nelayan, yaitu dengan mengalihkan pekerjaan nya ke komponen perikanan lainnya, seperti: sebagai tenaga kerja di pelabuhan perikanan, industri pengolahan ikan, galangan kapal, pabrik jaring, supir pengangkut hasil tangkapan dan produk ikan olahan dan lain sebagainya. 2.11 Kelembagaan yang diperlukan untuk mendukung pengembangan perikanan tangkap diwilayah ini adalah 1 Lembaga pemerintah, yaitu: dinas perikanan pada setiap kabupatenkota pesisir selatan Provinsi Jawa Barat, unit pelaksana teknis pelabuhan perikanan, unit perekayasaan teknologi dan unit pelatihan dan penyuluhan, 2 Lembaga swasta, yaitu: asosiasiorganisasi dari pengusaha unit penangkapan ikan, pengusaha galangan kapal, pengolah dan pemasaran hasil perikanan, dan 3 Lembaga masyarakat, yaitu: asosiasiorganisasi anak buah kapal ABK, buruh nelayan, pengolah hasil perikanan, dan kelompok pengawas pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap. 3.12 Lembaga keuangan yang diperlukan untuk menjamin adanya aliran keuangan didalam pengembangan perikanan tangkap di pantai selatan Provinsi Jawa Barat adalah: 1 lembaga perbankan, 2 koperasi, 3 penggadaian, dan 4 lembaga asuransi.

4.3.5 Dampak implementasi pola pengembangan perikanan tangkap di pantai selatan Jawa Barat