Analisis karakteristik perairan Provinsi Jawa Barat bagian selatan Standardisasi upaya tangkap Analisis sumber daya ikan

26 arah atas inisiatif pewawancara dengan memakai panduan wawancara interview guide pada sekelompok responden yang telah ditentukan. Keunggulan in-depth interview ini ialah adanya jaminan kedalaman dan rincian detail informasi yang diperoleh. 2 Teknik pengamatan observasi Observasi meliputi segala hal yang menyangkut pengamatan aktivitas atau kondisi perilaku maupun non perilaku yang dikelompokkan dalam observasi non perilaku non behavioral observation dan observasi perilaku behavioral observation. Oleh sebab itu mengacu pada pengertian tersebut, dalam studi ini peneliti melakukan pengamatan denga n melihat kejadian secara terencana dan langsung pada tujuan obyek yang diteliti guna menghimpun data asli pada saat kejadiannya. 3 Teknik dokumentasi Teknik dokumentasi yang dimaksudkan dalam studi ini ialah proses pengumpulan dan pengkajian informasi data sekunder yang bersumber dari database, yaitu terbitan-terbitan berkala, bukuliteratur, informasi internet, dokumen, surat kabar, dan referensi statistik. Sumber data sekunder digolongkan menjadi sumber informasi organisasional internal, yaitu database dari instansi pernerintah, dan informasi eksternal berupa database dari lembaga non-pemerintah swasta.

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis karakteristik perairan Provinsi Jawa Barat bagian selatan

Karakteristik perairan Provinsi Jawa Barat bagian selatan dianalisis dengan statistik deskriptif baik secara induktif maupun deduktif berbasis literatur Subiyanto, 1995.

3.4.2 Standardisasi upaya tangkap

Fungsi standarisasi adalah untuk menyeragamkan satuan upaya tangkap terhadap upaya alat tangkap tertentu standar. Berdasarkan rumus Gulland 1983, proses standarisasi adalah sebagai berikut : HTSUs = HTSsFes 27 HTSUi = HTiFEi FPIi = HTSUiHTSUs Upaya penangkapan standar f = FPIi x jumlah upaya Keterangan : HTSUs = hasil tangkap alat tangkap baku per satuan upayanya HTSUi = hasil tangkap alat tangkap i per satuan upayanya HTs = hasil tangkap alat tangkap baku HTi = hasil tangkap alat tangkap i FEs = jumlah upaya alat tangkap baku FEi = jumlah upaya alat tangkap i FPIs = faktor daya tangkap jenis alat tangkap baku FPIi = faktor daya tangkap jenis alat tangkap i

3.4.3 Analisis sumber daya ikan

Analisis tingkat pemanfaatan sumber daya ikan dilakukan dengan menduga terlebih dahulu nilai produksi maksimal lestari atau Maximum Sustainable Yield MSY dengan menggunakan model Schaefer Pauly, 1983, yaitu dengan memplotkan hasil tangkapan persatuan upaya yang telah distandarisasi cf dalam satuan kgtrip dan upaya penangkapan yang telah distandarisasi f dalam satuan trip kemudian dihitung dengan model regresi linier, sehingga diperoleh nilai konstanta regresi b dan intersep a. Nilai intersep a dan konstanta regresi b kemudian digunakan untuk menentukan beberapa persamaan yang diperlukan, yaitu: 1 Hubungan antara HTSU dan upaya penangkapan standar f: HTSU = a – bf atau HTSU = cf 2 Hubungan antara hasil tangkapan c dan upaya penangkapan: c = af – bf 2 3 Upaya penangkapan optimum f opt diperoleh dengan cara menyatakan turunan pertama hasil tangkapan upaya penangkapan sama denga nol: c = af – bf 2 , c’ = a – 2bf = 0 f opt = a 2b 28 4 Produksi maksimum lestari MSY diperoleh dengan mensubstitusi nilai upaya penangkapan optimum ke dalam persamaan 2 di atas: c max = aa2b – ba 2 4b 2 MSY = a 2 4b Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sumber daya ikan diperoleh dengan mempersenkan jumlah hasil tangkapan pada tahun tertentu dengan nilai produksi maksimum lestari MSY: Tingkat pemanfaatan = 100 x MSY Ci Keterangan : Ci = jumlah hasil tangkapan ikan pada tahun ke-1 MSY = maximum sustainable yield Dalam penggunaan metode ini, sebagaimana metode- metode yang lain memiliki kelemahan, karena sangat dipengaruhi keberadaan dan keakuratan data dan informasi stok biomasa. Oleh karena itu data yang dikumpulkan berorientasi pada data dependen yang meliputi total tangkapan, jumlah upaya tangkapan dan kombinasi keduanya berupa CPUE. Selanjutnya spesies yang dideteksi adalah spesies unggulan yang secara tepat dapat dikenali. Oleh karena itu didalam penggunaan metode ini, beberapa asumsi dasar yang harus diperhatikan adalah : 1 Stok ikan dianggap sebagai unit tunggal dan sama sekali tidak berpedoman pada struktur populasinya. 2 Stok ikan selalu dalam keadaan yang cenderung menuju situasi steady state sesuai model pertumbuhan biomas seperti kurva logistik. 3 Hasil tangkapan dan upaya penangkapan merupakan data yang bersifat random. 4 Hasil tangkapan yang di daratkan berasal dari perairan di kawasan pantai selatan Provinsi Jawa Barat dan tidak ada hasil tangkapan yang di daratkan di luar kawasan. 5 Teknologi penangkapan tidak ada perubahan secara signifikan. 29

3.4.4 Analisis komoditi dan unit penangkapan ikan unggulan dengan metode skoring