Pengembangan aktifitas dan fasilitas wisata pesisir

pemecah gelombang di dekat pantai. Arus yang tinggi dilokasi tertentu dapat tetap dipertahankan dan dikembangkan untuk aktifitas berselancar surfing. Pada topografi laut yang curam dapat dilakukan pemasangan batas bouy untuk aktifitas wisata. Topografi yang curam dengan terumbu karang yang bagus dapat dikembangkan untuk aktifitas menyelam diving. Lebar pantai menentukan jumlah wisatawan yang dapat ditampung. Dengan demikian, aktifitas wisata dapat tetap dilakukan namun dengan jumlah fasilitas dan jumlah wisatawan yang dibatasi. Topografi darat yang curam dapat dihindari dengan pemasangan pagar dan tanda bahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan saat berwisata. Topografi curam juga merupakan potensi karena dapat dikembangkan untuk aktivitas panjat tebing wall climbing. Daerah bahaya dan waspada gunung berapi merupakan kendala dalam wisata karena akan membahayakan wisatawan disaat gunung berapi aktif. Namun aktifitas gunung berapi juga merupakan obyek wisata yang menarik. Untuk dapat tetap mengembangkan tapak tersebut sebagai tapak wisata dapat dilakukan penelitian lebih dalam mengenai bahaya gunung berapi dan jalur tumpahan lava, sehingga pada lokasi yang aman wisatawan dapat menyaksikan aktifitas gunung berapi. Kendala lain pada zona wisata rendah adalah minimnya ketersediaan obyek dan atraksi wisata, dan rendahnya tingkat preferensi peluang kegiatan ekonomi wisata. Kendala ini dapat dikurangi dengan pengembangan potensi obyek dan atraksi wisata secara kreatif untuk meningkatkan ketersediaannya bagi wisata. Tingginya ketersediaan obyek dan atraksi wisata dapat menarik minat wisatawan untuk datang ke suatu tapak. Peluang kegiatan wisata yang rendah disebabkan oleh kurangnya ketrampilan lain selain bidang pekerjaannya saat ini. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian ketrampilan bagi masyarakat sehingga dapat membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berperan dalam kegiatan ekonomi wisata. Contohnya dengan diberikan pelatihan untuk menjadi pemandu wisata, pengrajin souvenir, dan sebagainya.

e. Pengembangan aktifitas dan fasilitas wisata pesisir

Pengembangan aktifitas di lokasi penelitian dibedakan menjadi aktifitas wisata, aktifitas kehidupan masyarakat dan aktifitas perlindungan sumber daya alam dan lingkungan. Aktifitas wisata pesisir diarahkan pada aktifitas yang bersifat mengajak pengunjung terlibat langsung dalam berbagai atraksi wisata agar memperoleh pengalaman baru yang menyenangkan sehingga pengunjung memiliki keinginan untuk menjaga kelestarian lingkungan Teluk Konga. Aktifitas wisata pesisir sangat dipengaruhi oleh ruang wisata serta obyek dan atraksi wisata yang ada didalamnya. Aktifitas kehidupan masyarakat ialah aktifitas yang terkait keseharian dan budaya masyarakat. Aktifitas masyarakat dipengaruhi oleh mata pencaharian dan budaya masyarakat. Aktifitas terkait perlindungan sumber daya alam dan lingkungan mengarah pada pencegahan bahaya di pesisir dan pelestarian kawasan pesisir agar berkelanjutan. Fasilitas yang direncanakan untuk dikembangkan di lokasi penelitian berdasar pada peluang aktivitas wisata dengan memanfaatkan gaya arsitektur lokal. Fasilitas wisata pesisir yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung dan masyarakat agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan nyaman, namun aktifitas keseharian masyarakat juga dapat tetap berjalan dengan baik. Tabel 23 menyajikan aktifitas dan fasilitas yang diusulkan untuk dikembangkan di Teluk Konga. Arsitektur lokal dianalisis berdasarkan gaya arsitektural bangunan lokal yang terdapat di Teluk Konga. Pada umumnya bangunan lokal terbuat dari bahan alami yang banyak terdapat di sekitar lokasi penelitian, yaitu alang-alang untuk bahan atap, kayu angsana sebagai tiang penyangga, bambu untuk bahan dinding, dan anyaman bambu atau tanah untuk lantai. Menurut Vatter 1984, rumah penduduk lokal dibangun di atas tanah yang ditinggikan dengan batu atau kayu penyangga agar terlindungi dari kelembaban tanah dan serangga yang terdapat dalam lapisan teratas tanah. Lebih lanjut diungkapkan bahwa bangunan rumah berukuran kecil dan beratap rendah agar terhindar dari angin kencang dan dapat memberi kehangatan pada malam hari dan pada musim hujan. Beberapa rumah juga memiliki bale-bale di bagian depan rumah yang sering digunakan pada siang hari. Hal ini dipengaruhi oleh suhu siang hari yang sangat panas, sehingga lebih nyaman untuk beraktivitas dan beristirahat di luar rumah. Contoh arsitektur bangunan lokal ialah bangunan rumah adat, bangunan rumah penduduk, dan juga Tabel 23 Rencana aktifitas dan fasilitas yang akan dikembangkan di Teluk Konga Aspek Aktifitas Fasilitas Wisata • photo hunting • mempelajari ekosistem • mengamati satwa • menikmati keindahan alam • mengamati fenomena alam • tracking sungai • berkemah • berjemur • snorkelling • canoeing • berperahu • menyaksikan kehidupan sosial • budaya masyarakat lokal • menyaksikan upacara-upacara adat • mengunjungi galeri • pusat informasi • tempat parkir • rest room dan toilet • dek lokasi photo hunting • outdoor classroom • menara pandang • observation hide • deck pengamatan dengan teropong • boardwalk dan tracking primitif • camping ground • home stay • glass bottom boat • perahu dan sampan • dermaga • galeri • papan interpretasi • rambu-rambu • pemandu wisata Kehidupan masyarakat • bertani dan berkebun • menjual produk pertanian • menangkap ikan di laut • mengumpulkan hasil laut non-ikan • menjual hasil tangkapan • mengolah hasil laut ikan • mengolah hasil laut non-ikan • membuat dan menjual kerajinan • melakukan ritual adat • lokasi lumbung padi • pasar lokal • pelabuhan nelayan • tempat pelelangan ikan • pasar ikan • pasar seni • koperasi • rumah adat • balai tempat berkumpul Perlindungan sumber daya alam dan lingkungan • melindungi garis pantai dengan memperbaiki hutan mangrove • membuat batas buoy lokasi aktivitas wisata di laut agar tidak menggaggu kegiatan budidaya mutiara dan penangkapan ikan • mencegah tumbuh dan berkembangnya nyamuk penyebab malaria • mencegah eksploitasi sumber daya alam • mencegah terjadinya kecelakaan di tebing pantai dan tebing sungai • mencegah terjadinya banjir dengan menanam kembali hutan • mencegah terjadinya longsor pada tanah yang tidak stabil • perlindungan terhadap bahaya tsunami dan gempa • pembibitan mangrove • pemasangan buoy • kolam di lokasi mata air tawar dan menggunakan ikan mujair untuk mencegah timbulnya bibit nyamuk • pagar di tebing pantai dan sungai • perbaikan hutan di daerah hulu sungai • retaining wall • sistem peringatan dini early warning system • jalur dan lokasi evakuasi tsunami • papan tanda larangan • papan tanda bahaya lumbung padi. Gaya ketiga arsitektur lokal ini dapat dijadikan acuan disain fasilitas wisata, seperti tempat makan, shelter, home stay, dan sebagainya. a b c Gambar 23 Bangunan dengan arsitektur lokal : a rumah adat b rumah tinggal c lumbung padi. Rumah adat korke dengan arsitektur lokal berupa bangunan panggung berbentuk bale-bale tanpa dinding yang dibangun di atas delapan tiang kayu penyangga utama dimana masing-masing tiang penyangga terdapat ukiran yang menjadi penanda keberadaan suku-suku utama. Kayu penyangga tersebut berupa kayu angsana. Lantainya berupa susunan bambu yang diikat, sedangkan atapnya terbuat dari alang-alang dengan rangka atap yang terbuat dari bilah bambu. Arsitektur bangunan rumah adat dapat dilihat pada Gambar 23a. Rumah penduduk dengan arsitektur lokal dibagi atas area inti dan area pelayanan. Area pelayanan berada dibangunan yang terpisah dengan area inti. Area inti terdiri atas ruang tamu, ruang makan dan kamar tidur, sedangkan area pelayanan terdiri atas dapur, gudang dan kamar mandi. Bangunan inti dibangun di atas susunan tanah dan batu kecil. Susunan tanah batu kecil ini juga menjadi lantai rumah. Bangunan area inti diperkokoh dengan batu-batu besar untuk menahan tanah di sekitar area inti agar tidak tererosi diwaktu hujan. Dinding rumah terbuat dari bambu, sedangkan atapnya dari susunan alang-alang yang diperkuat dengan rangka bambu. Bangunan area pelayanan berada di atas tanah dengan dinding menyentuh tanah dan tanpa batu besar untuk penahan air hujan. Bahan bangunan yang digunakan sama dengan bahan bangunan yang digunakan pada area inti. Arsitektur rumah penduduk dapat dilihat pada Gambar 23b. Lumbung padi dengan arsitektur lokal memiliki keunikan tersendiri. Bangunan lumbung merupakan bangunan panggung yang tertutup rapat. Lumbung memiliki tempat beristirahat di bagian samping berupa bale-bale kecil yang menempel pada bangunan lumbung dan berfungsi sebagai tempat beristirahat petani. Arsitektur lumbung padi dapat dilihat pada Gambar 23c.

2. Perencanaan Wisata Pesisir Berkelanjutan a.