Kesesuaian tapak untuk wisata pesisir

peluang pemberdayaan sedang. Zona ini meliputi desa Watotika Ile. Distribusi zona peringkat akseptibilitas dan peluang ekonomi dapat dilihat pada Gambar 21. Gambar 21 Peta hasil analisis zona peringkat akseptibilitas dan peluang ekonomi masyarakat Teluk Konga.

d. Kesesuaian tapak untuk wisata pesisir

Kesesuaian tapak untuk wisata pesisir dihasilkan melalui overlay peta zona tingkat kepekaan lingkungan pesisir, peta zona wisata berdasarkan ketersediaan obyek dan atraksi wisata, dan peta zona peringkat akseptibilitas dan peluang ekonomi masyarakat. Hasil overlay tersebut berupa tiga zona pengembangan wisata Gambar 22, yaitu 1 zona pengembangan wisata pesisir tinggi, meliputi desa Lewolaga dan Konga, selanjutnya ditetapkan sebagai kawasan wisata utama yang akan dikembangkan dahulu karena memenuhi persyaratan tertinggi sebagai kawasan wisata. 2 zona pengembangan wisata pesisir sedang, meliputi desa Lamika, Lewoingu, Nobokonga, dan Nurri, yang selanjutnya akan dikembangkan dengan terlebih dahulu meningkatkan potensi untuk memenuhi persyarakat sebagai kawasan wisata. 3 zona pengembangan wisata pesisir rendah, meliputi desa Watotika Ile, yang akan dikembangkan kemudian karena belum sepenuhnya memenuhi persyaratan sebagai kawasan wisata. Gambar 22 Peta hasil analisis kesesuaian tapak untuk wisata pesisir di Teluk Konga. Berdasarkan hasil kesesuaian ini, maka pengembangan selanjutnya akan difokuskan pada zona pengembangan wisata pesisir tinggi, yaitu desa Lewolaga dan Konga. Untuk zona pengembangan wisata pesisir sedang dan rendah memiliki tingkat kepekaan tapak sedang hingga tinggi, ketersediaan obyek dan atraksi wisata yang kurang, dan rendahnya tingkat preferensi terhadap peluang kegiatan ekonomi wisata. Pengembangan untuk wisata di kedua zona tersebut dapat dilakukan apabila tingkat kepekaan menjadi rendah, ketersediaan obyek dan atraksi wisata meningkat, dan peluang kegiatan ekonomi wisata tinggi. Salah satu kendala yang terdapat pada zona pengembangan wisata sedang hingga rendah ialah tingkat kepekaan yang sedang hingga tinggi, seperti kecepatan arus tinggi, topografi laut curam, pantai yang kurang lebar, topografi darat yang curam hingga terjal dan termasuk dalam daerah bahaya dan waspada gunung berapi. Kendala ini dapat dikurangi dengan memasukkan beberapa teknologi. Kecepatan arus yang tinggi dapat dikurangi dengan memasang pemecah gelombang di dekat pantai. Arus yang tinggi dilokasi tertentu dapat tetap dipertahankan dan dikembangkan untuk aktifitas berselancar surfing. Pada topografi laut yang curam dapat dilakukan pemasangan batas bouy untuk aktifitas wisata. Topografi yang curam dengan terumbu karang yang bagus dapat dikembangkan untuk aktifitas menyelam diving. Lebar pantai menentukan jumlah wisatawan yang dapat ditampung. Dengan demikian, aktifitas wisata dapat tetap dilakukan namun dengan jumlah fasilitas dan jumlah wisatawan yang dibatasi. Topografi darat yang curam dapat dihindari dengan pemasangan pagar dan tanda bahaya untuk mencegah terjadinya kecelakaan saat berwisata. Topografi curam juga merupakan potensi karena dapat dikembangkan untuk aktivitas panjat tebing wall climbing. Daerah bahaya dan waspada gunung berapi merupakan kendala dalam wisata karena akan membahayakan wisatawan disaat gunung berapi aktif. Namun aktifitas gunung berapi juga merupakan obyek wisata yang menarik. Untuk dapat tetap mengembangkan tapak tersebut sebagai tapak wisata dapat dilakukan penelitian lebih dalam mengenai bahaya gunung berapi dan jalur tumpahan lava, sehingga pada lokasi yang aman wisatawan dapat menyaksikan aktifitas gunung berapi. Kendala lain pada zona wisata rendah adalah minimnya ketersediaan obyek dan atraksi wisata, dan rendahnya tingkat preferensi peluang kegiatan ekonomi wisata. Kendala ini dapat dikurangi dengan pengembangan potensi obyek dan atraksi wisata secara kreatif untuk meningkatkan ketersediaannya bagi wisata. Tingginya ketersediaan obyek dan atraksi wisata dapat menarik minat wisatawan untuk datang ke suatu tapak. Peluang kegiatan wisata yang rendah disebabkan oleh kurangnya ketrampilan lain selain bidang pekerjaannya saat ini. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian ketrampilan bagi masyarakat sehingga dapat membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berperan dalam kegiatan ekonomi wisata. Contohnya dengan diberikan pelatihan untuk menjadi pemandu wisata, pengrajin souvenir, dan sebagainya.

e. Pengembangan aktifitas dan fasilitas wisata pesisir