71 Tabel 5. Standar keputusan berdasarkan indeks kapabilitas proses lanjutan
1 C
p
1.3 1 C
pk
1.3 Proses akan menimbulkan proporsi yang keluar dar
spesifikasi Tindakan koreksi
diperlukan 1 C
p
1.3 C
pk
1 Proses akan menimbulkan
proporsi yang keluar dari spesifikasi
Tindakan koreksi diperlukan
1 C
p
C
pk
1 Kapabilitas proses tidak baik,
proses akan selalu memberikan proporsi yang
tinggi terhadap terhadap produk yang keluar dari
spesifikasi Menurunkan
variabilitas, melakukan
peninjauan kembali terhadap
nilai spesifikasi
Prosedur Nestle SPC dalam Marianty 2004 Nilai C
p
dan C
pk
dari hasil analisis kapabilitas proses lebih besar dari 1.33. Oleh karena itu, tidak ada tindakan koreksi yang perlu dilakukan. Akan
tetapi, hal ini tidak menjamin bahwa proses akan selamanya berjalan dengan baik, sehingga analisis bagan kendali dan analisis kapabilitas proses untuk
bilangan peroksida produk RBDPO harus terus dilakukan secara berkala untuk memantau jalannya proses.
D. IDENTIFIKASI FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB MASALAH
Hasil analisis bagan kendali X -R menunjukkan bahwa proses produksi RBDPO belum terkendali secara statistik bila dilihat dari segi kadar
ALB-nya. Identifikasi faktor-faktor penyebab masalah perlu dilakukan untuk mengambil tindakan koreksi yang tepat. Tindakan koreksi diperlukan sebagai
upaya untuk menghilangkan penyebab khusus special causes pada variasi mutu produk. Upaya menghilangkan penyebab khusus ini akan membawa
proses ke dalam pengendalian statistik, dimana variasi mutu hanya disebabkan oleh penyebab umum common causes.
Faktor-faktor penyebab naiknya kadar ALB dari hasil pengamatan dan brainstorming secara lengkap dapat dilihat dalam diagram sebab-akibat
fishbone diagram pada Gambar 24. Faktor penyebab kenaikan kadar ALB pada produk RBDPO digolongkan ke dalam empat faktor utama, yaitu mesin,
bahan, metode dan manusia.
72
Kenaikan Kadar ALB
Metode
Ketelitian analisis
Kalibrasi dan ketelitian alat
Standardisasi larutan Setting
mesin Perawatan
mesin
Bahan
ALB CPO awal tinggi
Vakum tidak stabil Steam boiler drop
Suhu pemanasan kurang
HP boiler trip
Mesin
Mati listrik
Manusia
Skill pekerja Pendidikan
Pengalaman Motivasi
Kejenuhan kerja Sistem reward
Awareness Kedisiplinan
Gambar 24. Diagram sebab-akibat terjadinya kenaikan kadar ALB pada produk RBDPO 57
73 1. Mesin
Steam boiler drop yang disebabkan kurangnya energi pemanasan pada pembakaran di boiler induk atau overload pemakaian steam akan
mengakibatkan tekanan vakum yang dihasilkan tidak stabil. Tekanan vakum yang tidak sesuai dengan kondisi yang ditentukan akan
menyebabkan pemisahan ALB dari minyak tidak optimal sehingga kadar ALB produk akan naik.
HP boiler berperan sebagai pemanas untuk mencapai suhu proses deodorisasi. Ketika HP boiler ini mengalami gangguan maka suhu proses
yang berkisar 255-260
o
C tidak tercapai, akibatnya proses penguapan ALB yang bersifat volatil pada suhu tinggi pun terhambat dan menyebabkan
kenaikan kadar ALB. Sedangkan, gangguan mati listrik akan menyebabkan mesin produksi berhenti dan penyalaan genset juga
membutuhkan waktu yang mengakibatkan terdapat jeda dimana proses tidak berada dalam kondisi yang optimal. Hal ini juga berpengaruh
terhadap kadar ALB pada produk yang dihasilkan. 2. Bahan
Faktor yang paling berpengaruh pada bahan baku adalah kadar ALB awal pada CPO. Kadar ALB awal yang tinggi akan membutuhkan
setting alat dan kondisi proses yang lebih tinggi dalam menghilangkan kadar ALB-nya. Oleh karena itu, incoming CPO harus benar-benar sesuai
dengan spesifikasi bahan baku yang telah ditentukan. 3. Metode
Setting mesin yang kurang tepat dapat menyebabkan naiknya kadar ALB produk RBDPO. Kecepatan laju alir proses, suhu pemanasan serta
tekanan vakum yang digunakan harus disesuaikan dengan kadar ALB awal pada CPO yang digunakan. Perawatan mesin khususnya pada sensor-
sensor yang terdapat pada mesin harus dilakukan secara teratur. Kalibrasi pada sensor-sensor ini juga harus dilakukan secara berkala agar tidak
terjadi salah dalam pembacaan kondisi proses aktual. Sensor yang kotor atau rusak memberikan data yang kurang akurat dan dapat mempengaruhi
74 keputusan operator dalam mengambil tindakan. Sebagai contoh, apabila
tekanan vakum naik, operator seharusnya mengantisipasi dengan menurunkan laju alir proses. Apabila sensor kotor, nilai aktual tekanan
vakum tidak dapat diketahui sehingga operator mungkin baru mengambil tindakan setelah pengujian sampel per jam dilakukan oleh bagian Quality
Control. Tindakan pengendalian yang terlambat menyebabkan terdapatnya produk yang sudah keluar dari spesifikasi dan memerlukan rework proses.
Di sisi lain, faktor ketelitian analisis yang dilakukan oleh bagian Quality Control juga merupakan faktor yang sangat penting. Hasil analisis
ini yang digunakan sebagai patokan operator dalam mengambil langkah pengendalian proses. Apabila nilai hasil analisis kadar ALB masih stabil
meskipun terdapat gangguan dalam sistem produksi, maka operator tidak perlu merubah setting proses. Oleh karena itu, ketelitian analisis harus
selalu dijaga dengan melakukan kalibrasi terhadap alat pengujian serta standarisasi pada larutan atau pereaksi yang digunakan. Selain itu, faktor
ketelitian alat juga perlu diperhatikan. 4. Manusia
Faktor manusia yang berpengaruh terhadap mutu produk yang dihasilkan diantaranya adalah keahlian pekerja, motivasi, awareness, dan
kedisiplinan. Keahlian pekerja khususnya pada bagian operator refinery sangat berpengaruh pada pengendalian proses produksi. Operator yang
terampil dan berpengalaman akan dengan sigap melakukan tindakan koreksi yang tepat bila terjadi hal yang di luar standar.
Motivasi dari pekerja juga akan berpengaruh terhadap kinerjanya. Rasa nyaman dalam bekerja harus diciptakan agar dapat bekerja dengan
baik. Kejenuhan kerja juga harus dihindari dengan menerapkan sistem rolling serta sesekali memberikan tugas yang berbeda kepada pekerja agar
pekerja tidak merasa kehilangan tantangan dalam melaksanakan tugasnya. Salah satu cara untuk mempertahankan motivasi pekerja adalah dengan
menerapkan sistem reward yang tepat. Sistem jam kerja yang menggunakan shift membuat pengawasan
dari atasan tidak dapat dilakukan secara terus menerus. Hal ini dapat
75 mengakibatkan kedisiplinan kerja serta awareness pekerja menurun
khususnya pada shift 3 jam kerja 23.00-07.00. Menurunnya kedisiplinan dan awareness pekerja ini tentu berpengaruh terhadap kinerja. Ketelitian
analisis yang dilakukan oleh analist dapat berkurang, sedangkan kesigapan operator dalam menghadapi masalah juga tidak maksimal. Oleh karena itu,
selain sistem reward, perlu juga diberlakukan sistem punishment yang efektif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 8 minggu terhitung mulai 12 Maret - 6 Mei 2007, terdapat beberapa faktor yang dominan dalam
menyebabkan naiknya kadar ALB. Beberapa faktor penyebab tersebut adalah steam boiler yang tidak stabil, HP boiler yang bermasalah serta padamnya
listrik dari PLN. Hasil pengamatan ini dituangkan dalam diagram Pareto pada Gambar 25, sedangkan data hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 6.
C o
u n
t P
e rc
e n
t
masalah Count
14, 3 Cum
42, 9 71, 4
85, 7 100, 0
6 4
2 2
Percent 42, 9
28, 6 14, 3
lain-lain HP boiler bermasalah
mat i list rik st eam boiler drop
14 12
10 8
6 4
2 100
80 60
40 20
Gambar 25. Diagram Pareto penyebab kenaikan kadar ALB RBDPO Diagram Pareto digunakan untuk memusatkan perhatian pihak
manajemen atau digunakan dalam membuat prioritas langkah perbaikan yang akan diambil. Hasil analisis dari Gambar 25 menunjukkan faktor penyebab
76 kenaikan ALB yang paling dominan adalah turunnya tekanan steam boiler
yang menyebabkan tekanan vakum tidak stabil. Penurunan tekanan steam boiler ini mungkin disebabkan oleh kualitas batubara yang jelek atau
pemakaian steam yang melebihi kapasitas.
E. ALTERNATIF SOLUSI