16
I. PENDAHULUAN A.
LATAR BELAKANG
Pertumbuhan industri pangan tidak terlepas dari pengembangan penguasaan teknologi, kemampuan inovasi dalam bidang proses dan produk
baru, serta pengendalian dan penguasaan mutu yang dikehendaki. Sejalan dengan pengembangan IPTEK serta dalam rangka menghadapi era
perdagangan bebas, pasar perdagangan akan semakin ketat dan kompetitif. Orientasi konsumen saat ini bukan lagi pada harga produk yang murah saja,
namun produk tersebut juga harus bermutu. Mutu produk unggul merupakan hal yang sangat penting untuk memenangkan persaingan pasar. Atas dasar
itulah tindakan mengendalikan dan menjamin mutu produk merupakan kegiatan yang harus dilakukan.
Sistem pengendalian mutu yang digunakan dewasa ini mulai bergeser dari sistem inspeksi ke step-by-step process control karena sistem inspeksi
lebih berfungsi untuk mendeteksi adanya masalah bukan untuk mencegah permasalahan itu muncul. Oleh karena itu, setiap proses diaudit dan diawasi
agar selalu berada pada kondisi yang diinginkan. Penerapan statistical process control SPC merupakan salah satu hal yang dapat dilakukan. Selain SPC,
dapat juga diterapkan ISO 22000, good manufacturing practices GMP dan total quality management TQM. Penggunaan sistem-sistem manajemen
mutu yang telah dikembangkan tersebut diharapkan dapat mencegah, mendeteksi dan memperbaiki masalah yang mungkin terjadi selama produksi.
Memasuki milenium ketiga, industri pengolahan kelapa sawit telah berkembang pesat. Standar-standar yang ditetapkan untuk produk-produk
sawit juga semakin tinggi. Hal itu mendorong perusahaan melakukan komputerisasi proses serta menerapkan proses produksi yang kontinyu agar
kualitas produk yang diharapkan tercapai dan konsisten. Refinery plant PT Asianagro Agungjaya juga telah menerapkan sistem tersebut. Kelemahan
sistem kontinyu adalah kurangnya kesempatan untuk melakukan inspeksi terhadap setiap tahapan proses, sehingga kesalahan mungkin baru terdeteksi
pada produk akhir. Oleh karena itu, kestabilan serta kekonsistenan proses
17 merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh suatu sistem kontinyu agar
mutu produk selalu baik. Salah satu produk refinery plant PT Asianagro Agungjaya adalah
Refined Bleached Deodorized Palm Oil RBDPO. Baik atau buruknya mutu produk ini dapat digunakan untuk melihat kinerja dari refinery plant-nya.
Pengendalian mutu dengan menerapkan SPC pada produk RBDPO ini diharapkan dapat menjaga kualitas produk agar selalu baik serta memberikan
jaminan terhadap konsumen terhadap kualitas produk baik sekarang maupun di masa depan.
Ada beberapa hal yang mengindikasikan kualitas suatu produk RBDPO, diantaranya adalah kadar ALB asam lemak bebas, bilangan
peroksida, kadar air, warna, bilangan iod, oxidative stability dan lain-lain. Di antara indikator-indikator mutu tersebut, nilai kadar ALB merupakan salah
satu yang terpenting karena menunjukkan efektifitas tahapan proses produksi RBDPO. Selain itu, apabila produk RBDPO ini diolah lebih lanjut menjadi
minyak goreng, besarnya kadar ALB akan menentukan smoke point dari minyak tersebut. Smoke point adalah suhu ketika minyak mulai berasap ketika
dipanaskan, semakin rendah kadar ALB-nya semakin tinggi smoke point-nya Hui, 1996.
Di sisi lain, nilai bilangan peroksida juga memegang peranan yang penting. Tingginya bilangan peroksida akan menginisiasi reaksi oksidasi
berantai yang akan mengakibatkan ketengikan pada produk olahan minyak. Dengan kata lain, produk RBDPO yang memiliki nilai bilangan peroksida
tinggi akan memiliki daya simpan yang lebih singkat karena cepat tengik. Idealnya, refinery plant yang baik akan menghasilkan produk dengan nilai
bilangan peroksida sama dengan nol. Oleh karenanya, kenaikan nilai bilangan peroksida yang tidak wajar dapat digunakan sebagai indikasi adanya
kebocoran dalam sistem refinery yang mengakibatkan masuknya udara sehingga terjadi proses oksidasi.
Berlatar hal-hal tersebut di atas maka kegiatan magang di PT Asianagro Agungjaya akan difokuskan pada aplikasi SPC dalam pengendalian
kadar ALB dan bilangan peroksida produk RBDPO. Melalui pengaplikasian
18 SPC ini diharapkan kestabilan serta kekonsistenan proses dapat tercapai dan
terjaga. Kekonsistenan proses akan menghasilkan mutu produk yang konsisten dan selanjutnya akan berdampak pula pada citra mutu perusahaan di masa
depan.
B. TUJUAN
Tujuan umum kegiatan magang di PT Asianagro Agungjaya adalah memberi gambaran nyata dunia industri serta permasalahan di dalamnya
untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan kemampuan profesionalisme, serta menerapkan ilmu dan ketrampilan profesi yang diperoleh di perguruan
tinggi untuk mengobservasi, menganalisis dan memecahkan masalah yang ada dalam industri. Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mengkaji
penerapan aplikasi Statistical Process Control SPC dalam pengendalian mutu produk RBDPO, khususnya kadar ALB dan bilangan peroksida, sebagai
upaya untuk mengurangi variasi mutu produk serta meningkatkan kestabilan dan kekonsistenan proses produksi.
C. MANFAAT
Manfaat kegiatan magang ini adalah memberikan alternatif metode pengendalian mutu yang dapat menjadi bahan pemikiran dalam upaya
mengurangi ketidakstabilan proses produksi RBDPO. Melalui penerapan SPC ini, kebijakan manajemen yang berkaitan dengan mutu diharapkan dapat
diambil lebih cepat. Continues improvement dapat terlaksana dengan baik sehingga tercapai keterkendalian proses produksi. Selain itu, kepercayaan
customer akan meningkat karena keterkendalian proses yang dicapai dilandasi bukti-bukti data statistik.
D. RUANG LINGKUP
Fokus pelaksanaan kegiatan magang ini adalah menerapkan teknik- teknik statistik seperti bagan kendali, diagram Ishikawa, diagram Pareto dan
analisis kapabilitas proses dalam pengendalian kadar ALB dan bilangan
19 peroksida produk RBDPO. Proses produksi yang diamati dan diteliti adalah
proses produksi RBDPO pada refinery plant 2 PT Asianagro Agungjaya.
E. WAKTU DAN TEMPAT
Kegiatan magang ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari 5 Maret 2007 sampai 5 Juli 2007. Tempat pelaksanaannya di PT Asianagro
Agungjaya, Jl. Semarang Blok A6 No. 1 Kawasan Berikat Nusantara KBN Marunda, Cilincing-Jakarta Utara.
20
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A.