Organoleptik PENURUNAN MUTU SELAMA PENYIMPANAN

oleh turunnya nilai kadar air yang terdapat dalam daging ikan. Kerusakan protein selama penyimpanan akibat aktifitas mikroba menyebabkan kemampuan protein mengikat air berkurang. Air yang berada di antara protein daging semakin sedikit. Hal tersebut menyebabkan rongga di antara protein daging semakin banyak dan keempukan daging bertambah. Penurunan kandungan air dalam ikan nila dan bandeng presto selama penyimpanan ditunjukkan melalui hasil analisa proksimat di awal dan akhir penyimpanan. Kandungan air ikan nila di awal adalah 82,9 bb sedangkan bandeng presto sebesar 56,7 bb. Kandungan air ikan nila di akhir penyimpanan turun menjadi 73 bb untuk yang disimpan dalam PP rigid dan 63 bb untuk yang disimpan dalam HDPE. Penurunan kandungan air ikan nila yang disimpan pada HDPE perforated lebih besar dibandingkan dengan yang disimpan pada PP rigid. Kandungan air bandeng presto juga mengalami penurunan selama penyimpanan yaitu 53,8 bb untuk yang disimpan dalam HDPE dan 53,2 bb yang disimpan dalam PP rigid.

4. Organoleptik

Uji organoleptik yag digunakan berdasarkan penilaian score sheet organoleptik produk perikanan. Parameter pengamatan untuk ikan nila basah atau segar meliputi mata, daging dan perut serta konsistensi daging. Pengamatan bandeng presto meliputi penampakan, bau, konsistensi daging, ada atau tidaknya lendir dan jamur. Berikut ini hasil pengujian organoleptik selama penyimpanan ikan nila dan bandeng presto. 1 2 3 4 5 6 7 1 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 hari ke- 8 9 m u tu PP rigid sc o re HDPE perforated Gambar 16. Grafik nilai organoleptik selama penyimpanan ikan nila 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 hari ke- sco re m u tu PP rigid HDPE Gambar 17. Grafik nilai organoleptik selama penyimpanan bandeng presto Data yang disajikan pada Gambar 16 dan Gambar 17 adalah hasil rata- rata penilaian panelis parameter-parameter mutu yang telah disebutkan di atas. Skala skor yang digunakan adalah angka 1 satu sebagai nilai terendah dan angka 9 sembilan untuk nilai tertinggi. Batas penolakan untuk produk ikan nila dan bandeng presto adalah nilai yang sama atau lebih kecil dari 5 lima SNI, 1991. Di dalam skor mutu ikan nila, nilai 9 sembilan diberikan kepada produk apabila produk memiliki ciri sebagai berikut ini : mata cerah, bola mata menonjol, kornea jernih, sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, perut utuh, dinding perut dagingnya utuh, bau isi perut segar, konsistensinya padat, elastis bila ditekan dengan jari, dan sulit menyobek daging dari tulang belakang. Sedangkan untuk produk bandeng presto adalah sebagai berikut : penampakan utuh, bersih, rapi, sangat menarik, bau harum segar spesifik jenis, konsistensi padat, kompak, cukup lembab, tidak berlendir dan tidak terdapat atau nampak jamur. Batas penolakan ditetapkan pada skor 5 lima karena pada saat skor mutunya menunjukkan angka lima, keadaan ikan nila adalah sebagai berikut ini : bola mata agak cekung, pupil keabu-abuan, kornea agak keruh, sayatan daging mulai pudar, di dua perut lembek, banyak pemerahan sepanjang tulang belakang, bau susu, konsistensi agak lunak, belum ada bekas jari bila ditekan, agak mudah menyobek daging dari tulang belakang. Sedangkan keadaan bandeng presto adalah penampakan utuh tetapi kurang menarik, sudah timbul bau agak tengik walaupun belum basi, agak berair konsistensinya agak rapuh, lendir mulai kental dan bau sedikit asam. Pada kondisi ini baik ikan nila maupun bandeng presto sudah tidak enak rasanya dan tidak baik untuk dikonsumsi. Dari Gambar 16, berdasarkan skor mutu organoleptik ikan nila yang disimpan dalam kemasan HDPE perforated dapat dikonsumsi sampai penyimpanan hari ke-18 sedangkan yang disimpan dalam kemasan PP rigid masih dapat diterima sampai penyimpanan hari ke- 24. Hal ini dikarenakan pada penyimpanan dengan wadah PP rigid laju pembentukan komponen volatil TVN lebih rendah sehingga implikasi ke parameter bau pada organoleptik lebih baik. Jumlah total mikroba yang rendah selama penyimpanan dengan plastik PP rigid juga dapat dilihat secara fisik melalui pembentukan lendir pada ikan dan kecerahan bola mata. Aktivitas mikroba menyebabkan terbentuknya lendir baik pada daging maupun pada mata yang menyebabkan penampakan mata tidak cerah. Selain itu untuk parameter konsistensi, penguraian protein yang menyebabkan keempukan daging pada kemasan PP juga lebih rendah sehingga pada skor organoleptik untuk parameter konsistensi juga lebih tinggi nilainya. Pada penyimpanan bandeng presto, sampai akhir penyimpanan yaitu hari ke-14, skor mutu organoleptik masih menunjukkan nilai yang baik yaitu 7 tujuh. Nilai tujuh ini memiliki ciri sebagai berikut: penampakan utuh, kurang rapi, bersih, menarik, bau hampir netral, konsistensi padat, kompak, lendir tipis, tidak jelas, dan tidak berbau.

D. PENENTUAN EFEKTIFITAS KEMASAN