D. PENENTUAN EFEKTIFITAS KEMASAN
Penentuan efektifitas kemasan dilakukan berdasarkan kemampuan kemasan dalam mempertahankan mutu. Kriteria-kriteria mutu yang digunakan
adalah total mikroba, TMA, TVN, kadar protein, kekerasan, dan organoleptik. Kemasan PP rigid kedap udara lebih efektif dibandingkan dengan HDPE
perforated yang digunakan sebagai kontrol apabila laju perubahan mutu untuk
masing-masing produk yang disimpan lebih kecil. Dari data yang telah disajikan di atas Gambar 2 sampai Gambar 17,
kemasan PP rigid kedap udara dapat menahan laju perubahan mutu selama penyimpanan lebih baik dibanding HDPE dan HDPE perforated. Hal ini
ditunjukkan dengan angka laju penurunan mutu produk untuk setiap kriteria mutu yang lebih kecil.
Laju pertumbuhan mikroba selama penyimpanan ikan nila dan bandeng presto dalam wadah PP rigid lebih kecil dibandingkan dengan laju
pertumbuhan mikroba dalam kemasan HDPE. Umur simpan ikan nila dan bandeng presto berdasarkan parameter total mikroba pun lebih lama pada
penyimpanan dengan menggunakan wadah PP rigid. Laju pembentukan TMA dan TVN selama penyimpanan ikan nila dan bandeng presto dalam wadah PP
rigid lebih kecil dibandingkan dengan laju pembentukan TMA dan TVN dalam kemasan HDPE. Umur simpan ikan nila dan bandeng presto
berdasarkan parameter TMA dan TVN pun lebih lama pada penyimpanan dengan menggunakan wadah PP rigid. Uji organoleptik juga menunjukkan
bahwa kondisi ikan nila dan bandeng presto yang disimpan dalam wadah PP rigid lebih baik dibandingkan yang disimpan dalam plastik HDPE. Jadi,
kemasan PP rigid kedap udara lebih efektif digunakan untuk menyimpan ikn nila dan bandeng presto dibanding plastik HDPE atau HDPE perforated.
V. KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Kemasan PP rigid kedap udara lebih efektif digunakan untuk menyimpan ikan nila dan bandeng presto dibanding plastik HDPE atau
HDPE perforated. Parameter untuk menentukan kesegaran ikan dapat terdiri dari faktor fisik organoleptik, kimiawi derajat keasaman pH,
total volatil nitrogen TVN, trimethylamine TMA, dan kadar protein, maupun mikrobiologi total mikroba. Skor mutu organoleptik
menunjukkan bahwa ikan nila yang disimpan dalam kemasan HDPE perforated
dapat dikonsumsi sampai penyimpanan hari ke-18, sedangkan yang disimpan dalam kemasan PP rigid masih dapat diterima sampai
penyimpanan hari ke-24. Skor mutu organoleptik bandeng presto menunjukkan bahwa bandeng presto yang disimpan dalam kemasan PP
rigid maupun kemasan HDPE masih dapat dikonsumsi sampai hari terakhir penyimpanan yaitu hari ke-14.
Nilai pH ikan nila selama penyimpanan berkisar antara 6,1 sampai 7,9. Nilai pH produk bandeng presto selama penyimpanan berkisar antara
5,9 sampai 6,3. Laju pembentukan TMA ikan nila yang disimpan dalam plastik HDPE perforated adalah 1,91 mg TMA100 ghari, sedangkan
dalam plastik PP rigid kedap udara adalah 1,32 mg TMA100 ghari. Laju pembentukan TMA selama penyimpanan bandeng presto dalam plastik
HDPE sebesar 1,17 mg TMA100 ghari dan pada plastik PP rigid kedap udara lebih lambat yaitu sebesar 0,98 mg TMA100 ghari. Ikan nila yang
disimpan di dalam wadah PP rigid kedap udara pada akhir penyimpanan memiliki nilai TVN yang masih termasuk kategori garis batas kesegaran
ikan yang masih dapat dikonsumsi. Ikan nila yang disimpan dalam kemasan HDPE perforated pada hari ke-32 sudah busuk dan tidak dapat
dikonsumsi. Bandeng presto yang disimpan di dalam wadah PP rigid kedap udara pada akhir penyimpanan masih masuk kategori garis batas
kesegaran ikan yang masih dapat dikonsumsi, sedangkan bandeng presto