lebih lanjut. Dikenal empat macam thawing yang dilakukan untuk bahan pangan beku, yaitu :
a. Thawing pada suhu refrigerator atau pada suhu lemari es.
b. Thawing pada suhu kamar.
c. Thawing pada air kran yang mengalir.
d. Thawing dengan cara langsung dimasak.
Forrest et al., 1975.
E. Kemasan Plastik
Berbagai upaya dilakukan orang untuk mencegah kerusakan suatu bahan pangan, yaitu antara lain dengan teknik pengemasan. Kombinasi antara
pengemasan dan kondisi penyimpanan yang tepat ternyata dapat meningkatkan umur simpan suatu bahan pangan Syarief dan Halid, 1991.
Pengemasan merupakan suatu rancangan struktur yang digunakan sebagai produk pangan. Pengemasan pangan bertujuan untuk melindungi
produk dari kontaminasi atau loss, melindungi produk dari kerusakan atau degradasi, mempermudah transportasi produk dan sebagai sarana yang tepat
untuk membantu pemasaran produk Sacharow dan Griffin, 1970. Fungsi utama pengemasan menurut Soeparno 1970 adalah untuk
melindungi produk dari kerusakan fisik, kimiawi, dan kontaminasi mikroorganisme. Selain itu, pengemasan juga dapat memudahkan transportasi,
penyimpanan, serta membuat penyajiannya lebih menarik konsumen. Sacharow dan Griffin 1970 menambahkan bahwa prinsip pengemasan
adalah untuk mencegah penguapan, terkena bau, dan menahan transfer oksigen.
Plastik didefinisikan sebagai suatu polimer dari monomer-monomer organik dengan berat molekul tinggi. Pembuatan plastik berlangsung dalam
suatu proses yang disebut proses polimerisasi dari bahan baku plastik yang berasal dari gas alam, batu bara, minyak bumi dan lain-lain Pawitan,1986.
Menurut Paine 1977 plastik dapat didefinisikan sebagai campuran dari bahan yang komponen-komponen utamanya polimer sintetis, dapat
dibentuk menjadi serat, lembaran, maupun padatan, dapat dicetak dan
kemudian mengeras. Selain polimer sebagai komponen utamanya, plastik juga mengandung beberapa bahan berikut yaitu: penguat, pelarut, pelumas,
pemlastis, katalis, penyerap UV, dan zat warna. Polyethylene mempunyai rumus umum CH
2
-CH
2 n
yang dihasilkan dari proses polimerisasi adisi gas etilen yang diperoleh sebagai hasil samping
industri arang dan minyak Syarief et al.,1989. Berdasarkan densitasnya, PE terdiri dari 3 jenis, yaitu Low Density
Polyethylene LDPE, Medium Density Polyethylene MDPE, High Density
Polyethylene HDPE. Ciri-ciri ketiga plastik tersebut adalah sebagai berikut:
LDPE: mempunyai densitas 0,910-0,925 gcm
3
, dihasilkan melalui proses tekanan tinggi. Digunakan sebagai kantong, mudah dikelim,
dan murah. MDPE: mempunyai densitas 0,926-0,940 gcm
3
, lebih kaku dari LDPE dan memiliki suhu leleh lebih tinggi daripada LDPE.
HDPE: mempunyai densitas 0,941-0,965 gcm
3
, paling kaku diantara ketiganya, tahan terhadap suhu tinggi.
LDPE Low Density Polyethilene dibuat dari gas etilen, karena tersusun dari banyak rantai cabang maka stuktur molekul LDPE kurang rapat dan amorf. PE
memiliki sifats lemas, lebih lunak, kekuatan tarik rendah, serta tidak tahan panas dan bahan kimia. PE apabila dipanaskan pada suhu tinggi akan
mengakibatkan pembentukan karbonil yang menyebabkan timbulnya bau plastik terhadap produk yang ada di dalamnya Syarief et al., 1989.
Dibandingkan dengan PE, PP Polypropilene mempunyai kekuatan tarik dan kejernihan yang lebih baik serta permeabilitas uap air dan gas lebih
rendah. Sifat-sifat PP yang lain adalah tidak bereaksi dengan bahan, dapat mengurangi kontak antara bahan dengan O
2
, tidak menimbulkan racun, dan mampu melindungi bahan dari kontaminan Pontastico, 1988.
Rumus kimia dari PP adalah -CHCH
3
-CH
2
-
n.
PP mempunyai densitas 0,9 gcm
3
dan kekuatan tariknya lebih besar dari PE. Dalam bentuk murni pada suhu -30
o
C PP mudah pecah sehingga perlu ditambahkan PE atau bahan lain untuk memperbaiki ketahanan terhadap benturan. Sifat PP lebih kaku
daripada polietilen dan tidak mudah sobek, sehingga mudah dalam
penanganan distribusi. Permeabilitas PP terhadap uap air rendah, permeabilitas gas sedang, dan tidak baik untuk mengemas produk yang mudah
teroksidasi. Ketahanan PP pada suhu tinggi 150 ˚C tinggi, sehingga dapat
digunakan untuk produk yang harus disterilisasi. Titik lebur PP tinggi, sehingga tidak dapat dibuat kantong dengan sifat kelim panas yang baik. Pada
suhu tinggi, polipropilen mengeluarkan benang-benang plastik. Tahan terhadap asam kuat, basa, dan minyak, baik untuk kemasan sari buah dan
minyak, serta tidak terpengaruh pelarut pada suhu kamar, kecuali HCl. Pada suhu tinggi, polipropilen dapat bereaksi dengan benzen, siklen, toluen,
terpentin, dan asam nitrat kuat Syarief et al., 1989.
III. METODOLOGI