Pengaruh Lama Perendaman dan Jenis Bubu terhadap Hasil Tangkapan

53 Singapura dan Malaysia. Secara keseluruhan, komposisi jumlah individu, hasil tangkapan yang tidak layak tangkap pada kedua jenis bubu menunjukkan nilai yang cukup besar, namun berdasarkan bobot gr cukup kecil. Selain itu, komposisi hasil tangkapan yang tidak layak tangkap pada species target lebih besar daripada by catch baik dalam komposisi jumlah individu maupun bobot gr. Komposisi hasil tangkapan yang tidak layak tangkap pada bubu jaring lebih besar daripada bubu bambu berdasarkan jumlah individu dan bobot gr. Bobot ikan yang tidak layak tangkap pada kedua jenis bubu berkisar antara 100-400 gr dengan panjang antara 18-34 cm. Hasil tangkapan ini secara rutin dimanfaatkan oleh nelayan sebagai pangan bersama keluarganya.

5.2 Pengaruh Lama Perendaman dan Jenis Bubu terhadap Hasil Tangkapan

Berdasarkan bobot gr hasil tangkapan ikan kakap merah Lutjanus sanguineus pada bubu bambu dan bubu jaring selama penelitian menunjukkan bahwa kedua jenis bubu dengan lama perendaman lima hari efektif menangkap ikan kakap merah sebesar 7.350 gr Gambar 21. Meskipun demikian, ternyata produktivitas hasil tangkapan ikan kakap merah pada bubu jaring dengan lama perendaman dua hari sebesar 314 grhari, lebih tinggi daripada lama perendaman lainnya dan jenis bubu bambu Gambar 22. Berdasarkan hasil Analisis Ragam yang dilakukan terhadap lama perendaman dan jenis bubu pada ikan kakap merah Lutjanus sanguineus, diperoleh F hitung pada perlakuan lama perendaman dan kelompok jenis bubu sebesar 2,58 dan 3,08 lebih kecil daripada F tabel 5 tingkat kepercayaan 95 sebesar 9,28 dan 10,13. Hal ini berarti bahwa tidak ada pengaruh antara lama perendaman dan jenis bubu terhadap hasil tangkapan ikan kakap merah, sehingga untuk menangkap ikan kakap merah dapat dilakukan dengan lama perendaman dua, tiga empat dan lima hari dengan bubu bambu maupun bubu jaring. Namun, karena produktivitas hasil tangkapan ikan kakap merah pada bubu jaring dengan lama perendaman dua hari lebih tinggi daripada lama perendaman lainnya dan tidak ada perbedaan antara lama perendaman serta jenis bubu terhadap hasil tangkapan ikan kakap merah, maka lama perendaman dua hari pada bubu jaring 54 merupakan pilihan yang tepat untuk menangkap ikan kakap merah, tentunya hal ini perlu ditunjang dengan tingkat kelayakan usaha. Bobot gr hasil tangkapan ikan tambangan Lutjanus johni pada bubu bambu dan bubu jaring selama penelitian menunjukkan bahwa bubu bambu dengan lama perendaman empat hari efektif menangkap ikan tambangan sebesar 36.100 gr lebih tinggi daripada bubu jaring sebesar 20.900 gr Gambar 23. Berdasarkan produktivitas hasil tangkapan ikan tambangan pada bubu bambu dengan lama perendaman empat hari sebesar 1.289 grhari, lebih tinggi produktivitasnya daripada lama perendaman lainnya dan jenis bubu jaring Gambar 24. Bubu jaring dan bubu bambu efektif menangkap ikan kakap merah dengan lama perendaman lima hari, sedangkan untuk menangkap ikan tambangan, kedua jenis bubu efektif direndam selama empat hari. Hal ini terjadi diduga karena tingkah laku dan ruaya ikan pada saat penelitian dilakukan. Gambaran secara langsung akan diperoleh jika penelitian dilakukan setidaknya dalam kurun waktu satu tahun. Selain itu, hal ini juga diduga karena pada pengoperasian bubu selama penelitian tanpa menggunakan umpan, sehingga memerlukan waktu yang lebih lama bagi ikan untuk berkumpul dalam bubu, dan ini mulai terjadi pada lama perendaman dua hari, dan semakin meningkat jumlahnya pada hari lima hari untuk ikan kakap merah. Berbeda dengan ikan tambangan yang mulai berkumpul dalam bubu mulai pada hari ketiga, dan meningkat jumlahnya pada hari keempat, sedangkan pada hari kelima jumlah ikan tambangan relatif menurun diduga disebabkan ikan dalam bubu berhasil meloloskan diri. Selain itu ikan yang masuk ke dalam bubu diduga sebagai akibat ikan menjadikan bubu sebagai tempat berlindung dan beristirahat sewaktu melakukan migrasi serta karena sifat thigmotaksis dari ikan itu sendiri Martasuganda, 2003. Hasil penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anung dan Barus 2000 yang menunjukkan bahwa hasil tangkapan terbanyak terjadi pada lama perendaman satu hari daripada tiga hari, menggunakan bubu bermulut dua dengan umpan ikan demersal remang. Hal ini di duga disebabkan penggunaan jenis umpan ikan demersal lebih menarik akibat bau yang khas anyir, selain itu bubu bermulut dua memiliki peluang masuknya ikan lebih tinggi 55 dan lama perendaman satu hari memberikan peluang bagi ikan untuk lolos yang lebih kecil daripada bubu yang direndam selama tiga hari. Berdasarkan hasil Analisis Ragam yang dilakukan terhadap lama perendaman dan jenis bubu pada ikan tambangan Lutjanus johni, diperoleh nilai F hitung pada perlakuan lama perendaman sebesar 14,81 dan kelompok jenis bubu sebesar 0,38. Nilai F hitung perlakuan lama perendaman lebih besar dari F Tabel 5 tingkat kepercayaan 95 sebesar 9,28, sedangkan F hitung kelompok jenis bubu lebih kecil dari F Tabel 5 sebesar 10,13. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat nyata antara lama perendaman terhadap hasil tangkapan ikan tambangan, meskipun jenis bubu tidak. Lama perendaman empat hari sangat berbeda nyata dengan lama perendaman dua, tiga dan lima hari. Karena bubu bambu dengan lama perendaman empat hari memiliki produktivitas yang lebih tinggi dan berbeda sangat nyata dengan lama perendaman lainnya walaupun jenis bubu tidak, maka bubu bambu dengan lama perendaman empat hari merupakan pilihan yang tepat untuk menangkap ikan tambangan. Berdasarkan analisis ragam, jenis bubu tidak beda nyata terhadap hasil tangkapan pada kedua jenis ikan ikan kakap merah dan tambangan. Namun berdasarkan scatter plot pada Gambar 25, menunjukkan bahwa ikan kakap merah banyak tertangkap dengan bubu jaring pada seluruh lama perendaman. Di sisi lain, scatter plot pada Gambar 26 menunjukkan bahwa ikan tambangan banyak tertangkap pada bubu jaring dengan lama perendaman tiga hari, sedangkan pada lama perendaman empat hari ikan tambangan banyak tertangkap pada bubu bambu. Dalam hal ini, terjadi perbedaan antara hasil analisis ragam pada jenis bubu dan scatter plot pada hasil tangkapan bubu. Analisis ragam hasil tangkapan ikan kakap merah dan tambangan pada kedua jenis bubu tidak berbeda nyata nyata, namun hasil scatter plot yang dilakukan ternyata jenis bubu menunjukkan perbedaan yang nyata dalam menangkap ikan kakap merah dan tambangan. Hal ini diduga karena pada analisis statistik menggunakan selang kepercayaan data sebesar 95, terdapat sisa 5 yang masih dapat diterimaditoleransi sehingga tidak terjadi perbedaan antara kedua jenis bubu, sedangkan pada scatter plot digunakan data sebanyak 100 yang diplotkan pada grafik sehingga 56 mencerminkan hasil yang sesungguhnya. Hal inilah yang diduga menyebabkan scatter plot lebih akurat daripada analisis ragam yang dilakukan secara statistik.

5.3 Pendapatan Usaha