Capaian Penelitian Bubu sebelumnya

22 Bubu dan jaring penghalang barrier net adalah jenis-jenis alat tangkap yang sebenarnya sudah digunakan oleh nelayan sejak lama. Mereka banyak ditinggalkan sejak digunakannya sianida pada perikanan karang dan pukat harimau pada perikanan laut dalam yang menjanjikan kemudahan pengoperasian dan hasil tangkapan yang berlipat ganda. Upaya menggalakkan kembali alat-alat tangkap ini tidak semata menganjurkan nelayan kembali ke kondisi dulu, tetapi disertai modifikasi yang bertujuan meningkatkan hasil tangkapan dan tetap mengendalikan dampaknya terhadap kualitas habitat Widyaningsih, 2004.

2.5 Capaian Penelitian Bubu sebelumnya

Penelitian tentang perikanan bubu telah banyak dilakukan hingga saat ini, antara lain mengenai: 1 Studi tentang pengaruh pemasangan leader net terhadap hasil tangkapan dan tinjauan tingkah laku ikan karang pada alat tangkap bubu sayap Mawardi, 1998. Pada penelitian ini menunjukkan hasil tangkapan bubu sayap dengan Leader net DL dan bubu sayap tanpa Leader net TL berbeda nyata. Demikian pula hasil tangkapan bubu sayap DL siang dan bubu sayap TL malam hari berbeda nyata. Berbeda dengan hasil tangkapan bubu sayap TL tidak memperlihatkan hasil tangkapan yang berbeda nyata antara siang dan malam. Hasil rekaman tingkah laku ikan didapatkan proses dan kuantitas ikan pada saat mendekati dan menjauhi mulut bubu, ikan yang masuk kedalam bubu dan yang berhasil meloloskan diri serta menjauhi bubu. 2 Pengaruh kedalaman dan kontur dasar perairan terhadap hasil tangkapan kakap merah Lutjanus malabaricus dalam pengoperasian bubu Urbinas, 2004. Pada penelitian ini menunjukkan tidak terdapat trend kedalaman bahwa semakin dalam perairan, hasil tangkapan semakin tinggi atau sebaliknya semakin dangkal perairan, hasil tangkapan semakin sedikit. Kakap merah lebih banyak tertangkap pada kedalaman 109,6-123,6 m, 53,2-67,2 m, 67,3- 81,3 m, 137,8-151,8 m dan 39,1-53,1 m dengan kontur dasar perairan yang berbukit-bukit. Selain itu, ikan kakap merah memiliki pola penyebaran yang tinggi pada kedalaman 33,1-81,3 m dan 109,6-151,8 m dengan kontur dasar perairan yang berbukit-bukit, sedangkan pola penyebaran rendah terjadi pada kedalaman 81,4-109,5 m dengan kontur dasar perairan yang landai. 23 3 Perbandingan hasil tangkapan bubu bambu dan bubu lipat Setiawan, 2006. Pada penelitian ini menunjukkan jumlah dan berat hasil tangkapan bubu bambu dan bubu lipat tidak berbeda nyata. Bubu lipat lebih efektif untuk menangkap jenis crustacea. 4 Hasil tangkapan dari bubu kawat dan bubu lipat Purnama, 2006. Pada penelitian ini menunjukkan jumlah dan berat hasil tangkapan bubu kawat dan bubu lipat tidak berbeda nyata. Bubu lipat dapat digunakan sebagai pengganti bubu kawat dan lebih efektif dalam usaha pemanfaatan sumberdaya ikan maupun biota lainnya. 5 dan lain-lain. 2.6 Analisis Kriteria Investasi Investasi adalah usaha menanamkan faktor-faktor produksi langka dalam proyek tertentu, baik yang bersifat baru sama sekali maupun perluasan proyek. Tujuan utama yaitu memperoleh manfaat keuangan atau non keuangan yang layak dikemudian hari. Investasi dapat dilakukan oleh orang perorangan, swasta maupun badan-badan pemerintah Sutojo, 2000. Hasil perhitungan kreteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur ekonomis proyek. Apabila hasil perhitungan telah menunjukkan feasible layak, pelaksanaannya akan jarang mengalami kegagalan. Kegagalan hanya terjadi karena faktor-faktor uncontrolable seperti banjir, gempa bumu, perubahan peraturan pemerintah, di samping data yang digunakan tidak relevan Ibrahim, 1998. Ibrahim 1998 menambahkan, perkiraan benefit cash in flows dan perkiraan cost cast out flows yang menggambarkan tentang posisi keuangan di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai alat kontrol dalam pengendalian biaya untuk memudahkan dalam mencapai tujuan usahaproyek. Di pihak lain, dengan adanya hasil perhitungan kreterian investasi, penanam modal dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah modal yang ditanam lebih baik pada proyek atau lembaga keuangan seperti bank dan lain sebagainya. 24 Hasil analisis kreteria investasi dinyatakan diterima dalam pengertian studi kelayakan bisnis adalah feasible untuk dilaksanakan dan dikembangkan karena dapat menghasilkan benefit dilihat dari segi financial benefit sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam studi kelayakan. Dalam pengertian evaluasi proyek, feasible adalah memberikan indikasi bahwa proyek tersebut telah masuk dalam urutan prioritas untuk dikerjakan karena proyek tersebut layak, sesuai dengan analisis proyek. Pelaksanaan proyek sangat tergantung pada kemampuan investasi yang tersedia Ibrahim, 1998. Untuk mencari suatu ukuran menyeluruh mengenai baik tidaknya suatu proyek, maka di kenal kreteria Invesment Creteria atau kreteria investasi. Kreteria ini pada hakekatnya untuk mengukur hubungan antara manfaat dan biaya proyek. Kreteria investasi yang sering digunakan dalam menilai kelayakan proyek adalah Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR, Average Rate of Return ARR, Payback Period PP, Net Benefit–Cost Ratio RC Ratio dan Return- Cost Ratio RC Ratio. 25 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian