Metode Pengumpulan Data Metode Pengoperasian Bubu

28

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil tangkapan ikan kakap merah pada setiap hauling. Data primer berupa jumlah seluruh hasil tangkapan, jenis hasil tangkapan, bobot dan ukuran ikan. Data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pontianak berupa data produksi perikanan laut dan perairan umum tahun 1992- 2005, jumlah RTP tahun 2005, perbandingan jumlah trip perahukapal motor laut 2004-2005 serta perbandingan produksi dan nilainya pada perikanan laut dan perairan umum menurut jenis alat tangkap tahun 2004-2005. Dalam penelitian ini, tingkat kelayakan usaha perikanan bubu ditentukan dari nilai RC Ratio. Data yang diperlukan untuk mendapatkan nilai tersebut adalah: 1 Biaya pengoperasian bubu dibagi menjadi biaya tetap fixed cost dan biaya variabel variable cost. Biaya tetap dalam penelitian ini adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam jumlah tetap setiap melakukan operasi penangkapan dengan bubu. Biaya ini terdiri dari biaya penangkapan dan biaya penyusutan. Biaya ini tidak mengalami perubahan dengan berubahnya volume produksi. Biaya operasional bubu meliputi pengeluaran untuk pembelian solar, oli, minyak tanah dan ransum beras, rokok. Biaya penyusutan merupakan pengalokasian biaya investasi suatu unit usaha setiap bulan sepanjang umur ekonomis unit usaha tersebut. Biaya penyusutan tidak mengandung unsur pengeluaran uang, tetapi berhubungan dengan faktor depresi modal akibat bertambahnya umur unit usaha. Biaya ini diperoleh dengan membagi besarnya nilai investasi suatu komponen alat dengan daya tahannya. 2 Biaya tidak tetap adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam jumlah yang tidak tetap setiap melakukan operasi penangkapan bubu. Biaya ini terdiri dari biaya perawatan, retribusi dan upah ABK. Upah ABK bersifat tidak tetap dalam jumlah tetapi bersifat tetap dalam sistem bagi hasil. 29

3.5 Analisis Data

3.5.1 Komposisi Hasil Tangkapan

Analisis data dilakukan terhadap data primer yang diperoleh pada seluruh hauling tujuh kali hauling pada bubu bambu dan bubu jaring. Analisis data pada komposisi hasil tangkapan dilakukan dengan cara membandingkan hasil tangkapan antara bubu bambu dengan bubu jaring. Komposisi hasil tangkapan yang dibandingkan meliputi total jumlah individu dan bobot gr masing-masing jenis ikanudang pada seluruh perlakuan lama perendaman dua, tiga, empat dan lima hari, yang disajikan dalam bentuk gambar grafik pie maupun tabel.

3.5.2 Lama Perendaman dan Jenis Bubu yang Efektif

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap Mattjik dan Sumertajaya, 2000. Rancangan ini menggunakan persamaan umum sebagai berikut : Y ij = µ + τ i + β j + ε ij ........................ ................................................ 1 dimana : i = 1,2,3,4; dan j = 1,2,...,r Y ij = pengamatan pada perlakuan lama perendaman ke-i, dan kelompok jenis bubu ke-j µ = rataan umum τ i = pengaruh perlakuan lama perendaman ke-i β j = pengaruh kelompok jenis bubu ke-j ε ij = pengaruh acak galat dari perlakuan lama perendaman ke-i dan kelompok jenis bubu ke-j Data primer yang diperoleh dari hasil pengamatan berupa bobot gr ikan sebelumnya dilakukan Uji Normalitas. Apabila data normal maka dilanjutkan pada Analisis Ragam ANOVA, tetapi apabila data tidak normal, maka dilakukan transformasi data menggunakan rumus N + 1 , N = bobot gr hasil tangkapan. Analisis Ragam ANOVA digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan dengan perbedaan lama perendaman dan jenis bubu yang digunakan terhadap hasil tangkapan ikan kakap merah Lutjanus sp.. Struktur tabel sidik ragam yang digunakan dalam Analisis Ragam ANOVA dapat di lihat pada Tabel 6. 30 Tabel 6 Struktur Tabel Sidik Ragam yang digunakan Sumber keragaman Derajat bebas Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah KT F-hitung Perlakuan t-1 JKP KTP KTPKTG Blok r-1 JKB KTB KTBKTG Galat t-1r-1 JKG KTG Total tr-1 JKT Sumber : Mattjik dan Sumertajaya 2000 Analisis terhadap data sekunder dilakukan secara deskriptif tentang produksi perikanan laut dan perairan umum tahun 1992-2005, jumlah RTP tahun 2005, perbandingan jumlah trip perahukapal motor laut 2004-2005 serta perbandingan produksi dan nilainya pada perikanan laut dan perairan umum menurut jenis alat tangkap tahun 2004-2005 di Kabupaten Pontianak. 3.5.3 Analisis Pendapatan Usaha Analisis pendapatan usaha dilakukan untuk mengkaji kemungkinan keuntungan profitability atau kerugian yang diperoleh dari kegiatan perikanan bubu yang ada. Analisis yang digunakan dengan perhitungan Return-Cost Ratio RC Ratio. Pada perhitungan ini membutuhkan data penjualan yang merupakan penerimaan hasil tangkapan dan biaya yang dikeluarkan. Jika RC Ratio 1, maka usaha yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Jika RC Ratio 1, maka usaha tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan. Selanjutnya jika RC Ratio = 1, maka usaha perikanan berada pada titik impas Break Event Point. RC Ratio dapat dianalisis dengan menggunakan rumus : RC Ratio = ............................................ 2 Total Penerimaan Biaya 31 4 HASIL

4.1 Unit Penangkapan Ikan

4.1.1 Kapal

Jumlah perahukapal yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir terdiri dari 124 perahukapal tanpa motor, 376 motor tempel, 60 kapal motor 0-5 GT dan 39 kapal motor 5 GT Kecamatan Mempawah Hilir, 2006. Kapal motor yang digunakan pada perikanan bubu memiliki kapasitas antara 0-5 GT, panjang kapal 8-10 m, lebar 2-3 m dan dalam 1-1,5 m, rata-rata menggunakan bahan dasar kayu. Kapal yang digunakan selama penelitian berkapasitas 3 GT, panjang kapal 10 m, lebar 2,85 dan dalam 1 m Gambar 8. Kapal tersebut menggunakan mesin berkekuatan 22 HP2200 RPM, model ZS 1110, merk Shanhai, bobot 210 kg, bahan bakar solar dengan harga beli second sebesar 6,7 juta pada tahun 2007. Dimensi Kapal secara umum dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base. 4.1.2 Alat Tangkap Alat tangkap yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir terdiri dari pukat pantai 559 unit, bubu sekitar 350 unit, pancing lain 202 unit, jaring insang 67 unit dan long line 11 unit Kecamatan Mempawah Hilir, 2006. Bubu yang digunakan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5. Perbedaan antara kedua jenis bubu dapat dilihat pada Tabel 7. Dimensi bubu dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. 32 Tabel 7 Perbedaan Bubu Bambu dengan Bubu Jaring No Uraian Bubu Bambu Bubu Jaring 1. Harga lengkap Rp. 100.000,- Rp. 150.000,- 2. Bentuk Empat persegi panjang, bag. depan elips Empat persegi panjang, lebar bawah lebar atas 3. Panjang 1,83 m 1,55 m 4. Lebar 1,55 m B = 1,23 m A = 0,85 m 5. Tinggi Dp = 0,78 mBk = 0,43 m 0,45 m 6. Bahan funnel Bambu Kawat loket tebal 1 mm, P L = 1 inch 7. Lebar funnel 0,51 m 0,43 m 8. Tinggi funnel 0,71 m 0,43 m 9. Mesh size - 3 inch 10. Bahan Bambu PE 11. Rangka Kayu jenis mata udang utk bag. bawah Kayu jenis mata udang 12. Daya tahan 2-3 bulan 6-7 bulan 13 Pemberat 6 bh 5-10 kg 4 bh 5-10 kg Sumber : Hasil wawancara dan pengukuran langsung di lapangan

4.1.3 NelayanAnak Buah Kapal ABK

Jumlah nelayan yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir sekitar 1078 orang, 103 orang diantaranya merupakan nelayan bubu Kecamatan Mempawah Hilir, 2006. Nelayan yang membantu selama penelitian berjumlah 4 orang, yang terdiri dari seorang nahkoda dan tiga orang ABK salah seorang ABK juga ahli mesin. Ketiga ABK bertugas melakukan seluruh kegiatan penangkapan ikan, seperti menurunkan dan mengangkat bubu, menangani hasil tangkapan, memasak, membersihkan bubu dan kapal, dan lain-lain. Nahkoda hanya tamat SD, seorang ABK hanya tamat SD, lainnya tamat SMP dan SMA. Dua orang ABK baru menjadi nelayan selama 4 tahun, nahkoda kapal selama 12 tahun dan seorang lagi 30 tahun dan pernah mengikuti pelatihan pukat plastik pada tahun 1985, sedangkan kedua ABK lainnya termasuk nahkoda belum pernah mengikuti pelatihan. Sedangkan pemilik kapal tidak tamat SD, pernah menjadi nelayan selama 20 tahun dan mengikuti kursus pengenalan GPS pada tahun 2006. 33

4.2 Metode Pengoperasian Bubu

Sebelum kegiatan penangkapan ikan menggunakan bubu di Mempawah Hilir dilakukan, ada beberapa persiapan yang dilakukan sebelum operasi peletakan bubu, seperti: mempersiapkan bumbu masakan, pengisian bahan bakar, mempersiapkan alat, pengecekan mesin kapal, penyusunan bubu yang akan direndam sore hari sebelum berangkat, Gambar 9 dan pemasangan GPS serta accu pagi hari sebelum berangkat, dan lain-lain. Setelah persiapan selesai, maka pada pagi hari antara pukul 05.20 sd 06.00 WIB kapal bubu meninggalkan fishing base pada posisi 0°19’ LU dan 108°58’ BT menuju fishing ground pada posisi 0°13’ - 0°25’ LU dan 108°47’ - 108°52’ BT. Gambar 9 Bubu yang akan direndam disusun di atas kapal. Pada perjalanan menuju fishing ground, kegiatan yang dapat dilakukan ABK adalah memasak nasi, mengolah bumbu dan lain-lain. Setelah kapal berlayar selama 1,5-3 jam dan tiba di fishing ground yang berjarak antara 7-14 mil, maka setting dimulai dengan menununggu aba-aba dari nahkoda kapal sambil merekam posisi bubu pada GPS, setelah aba-aba diberikan, maka ABK menjatuhkan bubu pertama Gambar 10, kemudian menjatuhkan bubu kedua juga setelah ada aba- aba dari nahkoda kapal sambil merekam posisi bubu pada GPS juga, untuk satu rangkaian bubu. Peletakan bubu ini diusahakan agar mulut bubu funnel saling berhadapan. Demikian dilakukan pada semua rangkaian bubu pada semua perlakuan dua, tiga, empat dan lima hari. Proses setting untuk satu rangkaian bubu berlangsung selama 5-10 menit. 34 Gambar 10 Setting dimulai dengan menjatuhkan bubu jaring kiri dan bubu bambu kanan oleh ABK. Setelah semua bubu diletakkan untuk setting I pada satu perlakuan, maka dapat dilakukan proses hauling pada bubu nelayan yang berada di sekitar lokasi penelitian. Proses hauling sama untuk semua bubu, yaitu mula-mula dengan mempersiapkan arit Gambar 11, yang digunakan untuk mengait tali antara bubu bambu dengan bubu jaring di dasar perairan. Setelah tiba di lokasi peletakan bubu, maka nahkoda kapal memberikan aba-aba kepada ABK untuk menjatuhkan arit. Arit ini dijatuhkan antara bubu bambu dan bubu jaring, kemudian nahkoda kapal menjalankan kapal secara perlahan diantara kedua bubu Gambar 12, sambil sesekali melihat ke GPS dan ABK. Apabila dirasa arit telah tersangkut tali bubu, maka ABK memberikan aba-aba kepada nahkoda untuk menghentikan kapal mesin kapal tetap hidup dan proses hauling pun dilakukan dengan menarik tali arit tersebut. Gambar 11 ABK bersiap untuk menjatuhkan arit pada saat hauling. 35 Gambar 12 GPS menunjukkan lintasan kapal bergerak menyisir diantara kedua bubu pada saat hauling. Tarikan demi tarikan dilakukan oleh ABK Gambar 13 hingga arit sampai di atas kapal, setelah itu maka giliran tali bubu main line diangkat dan diletakkan melintang pada kapal. Kemudian kapal menyisir main line pada salah satu sisi kapal untuk memperpendek jarak bubu. Apabila diperkirakan jarak bubu hampir dekat dengan kapal, maka ABK mulai menarik main line hingga bubu naik ke kapal Gambar 14. Gambar 13 ABK sedang menarik tali arit pada saat hauling. 36 Gambar 14 Para ABK dan Nakhoda sedang berusaha menaikkan bubu bambu ke atas kapal. Setelah bubu naik ke kapal maka dilakukan proses pengeluaran hasil tangkapan Gambar 15. Proses hauling ini dapat berlangsung selama 20-30 menit. Hauling dilakukan sebanyak 7 tujuh kali dan dinyatakan sebagai 7 tujuh kali ulangan. Masing-masing perlakuan lama perendaman dua hari, tiga hari, empat hari dan lima hari melakukan 7 tujuh kali ulangan. Hasil tangkapan dibedakan antara bubu bambu dan bubu jaring, dimana ikan hasil tangkapan bubu bambu dipotong ekornya, sedangkan ikan hasil tangkapan bubu jaring tidak Gambar 16. Setelah proses hauling selesai dilakukan, maka kapal kembali menuju fishing base. Pencatatan semua hasil tangkapan dilakukan setelah kapal tiba di fishing base antara pukul 16.00 sd 18.00 WIB, yang meliputi jenis, jumlah individu, bobot gr dan ukuran cm hasil tangkapan. Gambar 15 ABK sedang mengeluarkan hasil tangkapan pada bubu jaring. 37 Gambar 16 Hasil tangkapan bubu bambu yang dipotong ekornya kiri dan bubu jaring kanan. 4.3 Komposisi Hasil Tangkapan Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh selama penelitian meliputi jenis, jumlah individu, bobot gr dan ukuran ikan cm. Pengukuran bobot dan ukuran ikan dilakukan setelah kapal tiba di fishing base. Ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan pada bubu adalah Lutjanus sanguineus, Lutjanus johni dan Pomadasys sp. Hasil tangkapan total yang diperoleh terdiri dari beberapa jenis ikan dan udang, seperti: ikan kakap merah Lutjanus sanguineus, ikan tambangan Lutjanus johni, ikan gerot-gerot Pomadasys sp., ikan kerapu Epinephelus tauvina , ikan gulamah Seudociena sp., ikan gebel Platax sp. dan udang barong Panulirus sp. Lampiran 5. Komposisi jumlah individu hasil tangkapan selama penelitian pada bubu bambu didonimasi oleh species target sebesar 84, terdiri dari ikan kakap merah 36, ikan gerot-gerot 26 dan ikan tambangan 22, disajikan pada Gambar 17. Pada komposisi bobot gr hasil tangkapan bubu bambu selama penelitian juga didominasi oleh species target sebesar 91, terdiri dari ikan tambangan 58, ikan gerot-gerot 18 dan ikan kakap merah 15, disajikan pada Gambar 18. 38 19 ; 26 25 ; 36 3 ; 4 6 ; 8 16 ; 22 3 ; 4 - ; 0 Gerot-gerot Kkp. Merah Kerapu Gebel Tambangan Udang Barong Gulamah Gambar 17 Komposisi jumlah hasil tangkapan pada bubu bambu individu. 13.850 ; 18 1.800 ; 2 3.300 ; 4 43.300 ; 58 2.400 ; 3 - ; 0 11.450 ; 15 Gerot-gerot Kkp. Merah Kerapu Gebel Tambangan Udang Barong Gulamah Gambar 18 Komposisi bobot hasil tangkapan pada bubu bambu gr. Komposisi jumlah individu hasil tangkapan selama penelitian pada bubu jaring didominasi oleh species target sebesar 90, terdiri dari ikan kakap merah 46, ikan gerot-gerot 29 dan ikan tambangan 15, disajikan pada Gambar 19. Pada komposisi bobot gr hasil tangkapan bubu jaring selama penelitian juga didominasi oleh species target sebesar 95, teridiri dari ikan tambangan 45, ikan gerot-gerot 27 dan ikan kakap merah 23, disajikan pada Gambar 20. 39 32 ; 29 50 ; 46 8 ; 7 - ; 0 17 ; 15 1 ; 1 2 ; 2 Gerot-gerot Kkp. Merah Kerapu Gebel Tambangan Udang Barong Gulamah Gambar 19 Komposisi jumlah hasil tangkapan pada bubu jaring individu. 21.600 ; 27 18.450 ; 23 37.200 ; 45 700 ; 1 2.000 ; 2 - ; 0 1.300 ; 2 Gerot-gerot Kkp. Merah Kerapu Gebel Tambangan Udang Barong Gulamah Gambar 20 Komposisi bobot hasil tangkapan bubu jaring gr. Secara keseluruhan, komposisi hasil tangkapan bubu bubu bambu dan jaring selama penelitian diperoleh ikanudang sebanyak 182 individu, yang didominasi oleh ikan kakap merah sebesar 42 75 individu, ikan gerot-gerot sebesar 28 51 individu, ikan tambangan sebesar 18 33 individu, disajikan pada Gambar 21. 40 51 ; 28 11 ; 6 6 ; 3 33 ; 18 75 ; 42 4 ; 2 2 ; 1 Gerot-gerot Kkp. Merah Kerapu Gebel Tambangan Udang Barong Gulamah Gambar 21 Komposisi jumlah total hasil tangkapan bubu selama penelitian individu. Komposisi hasil tangkapan bubu bubu bambu dan jaring selama penelitian meliputi jumlah individu, persentase jumlah, kisaran bobot gr, rerata bobot grindividu dan kisaran panjang cm dan rerata panjang cmindividu masing- masing spesies dapat di lihat pada Tabel 8. Tabel 8 Komposisi jumlah individu, persentase jumlah, bobot gr, persentase bobot, rerata bobot grindividu dan rerata panjang cmindividu masing-masing spesies selama penelitian JENIS IKAN Hasil Tangkapan IkanUdang Jumlah Jum lah Kisaran Bobot gr Rerata Bobot grindividu Kisaran Panjang cm Rerata Panjang cmindividu Gerot-gerot 51 28 200-1.400 695 26-49 39 Kkp. Merah 75 42 100-1.000 399 18-43 31 Kerapu 11 6 100-1.200 345 22-47 29 Gebel 6 3 300-1.200 550 23-35 26 Tambangan 33 18 100-4.300 2.439 22-73 56 Udang Barong 4 2 700-900 775 37-39 38 Gulamah 2 1 300-900 650 30-43 37 JUMLAH 182 100 Sumber : Data olahan dari hasil penelitian, 2007 41

4.4 Pengaruh Lama Perendaman dan Jenis Bubu terhadap Hasil Tangkapan