Jenis dan Sumber Data Defenisi Operasional

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BPS. Data yang akan diolah adalah data Input-Output Indonesia Updating 2003. Data tabel Input-Output yang digunakan merupakan data Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen ADHP. Tabel Input-Output Indonesia Updating 2003 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel Input-Output 2003 tersebut terdiri dari 66 sektor yang kemudian diagregasi menjadi 17 sektor. Dasar pengagregasian tersebut adalah keterkaitan yang erat antar sektor tertentu dan asas kesatuan jenis komoditi, yaitu asas yang mendasarkan pengelompokkan pada keseragaman wujud fisik komoditi BPS, 2004. Daftar nama sektor dan pengagregasiannya menjadi 17 sektor dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada Tabel Input-Output Indonesia Updating tahun 2003 yang terdiri dari 66 sektor, sektor konstruksi kode 52 mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, khusus maupun individu. Sementara pada Tabel Input-Output Indonesia tahun 2000 klasifikasi 175 sektor, sektor konstruksi dipecah menjadi lima sektor yaitu: a Bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal kode 144, b Prasarana pertanian kode 145, c Jalan, jembatan dan pelabuhan kode 146, d Bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi kode 147, e Bangunan lainnya kode148. Menurut BPS 2004 kontraktor umum adalah kontraktor yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, sedangkan konstruksi khusus adalah unit usaha yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan.

4.2. Metode Analisis

Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian di Indonesia adalah Tabel Input-Output. Dari tabel ini dapat diketahui peranan sektor konstruksi dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir. Investasi dinyatakan dalam tingkatan yang tidak dapat dibagi-bagi dalam artian barang investasi tertentu dan dianggap bersifat endogen. Model input-output memberikan informasi yang perlu mengenai koefisien struktural berbagai sektor perekonomian selama suatu jangka waktu tertentu yang dapat dipergunakan seoptimal mungkin untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi Jhingan, 2004.

4.2.1. Keofisien Input

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, z ij adalah aliran input dari sektor-i ke sektor-j, dan X j merupakan output total dari sektor j, sehingga dapat diperoleh rasio input terhadap output yang dinotasikan sebagai a ij yaitu; a ij = j ij X z . 4.1 Rasio ini disebut dengan koefisien teknik atau koefisien input langsung. Dalam model Leontif persamaan di atas dapat ditulis menjadi a ij = j j X z 1 1 = j j X z 2 2 = . . . = nj nj X z . 4.2 Jika dalam suatu perekonomian terdapat n sektor maka koefisien teknis di atas dapat dinyatakan dalam sebuah matriks. Matriks ini disebut dengan matriks teknologi yang berbentuk: A= . 4.3 Nilai matriks koefisien teknis pada penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Dengan demikian persamaan 2.3 dapat dituliskan menjadi: A = + = A X + Y = X Æ Y = I-A X. 4.4 dimana: A : matriks koefisien teknis, X : jumlah output, Y : permintaan akhir, I : matriks yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya, I-A : matriks Leontif. a 11 a 12 … a 1n a 21 a 22 … a 2n Μ Μ Μ a n1 a n2 … a nn a 11 a 12 … a 1n a 21 a 22 … a 2n Μ Μ Μ a n1 a n2 … a nn X 1 X 2 Μ X n Y 1 Y 2 Μ Y n X 1 X 2 Μ X n Dari persamaan 3.4 dapat diperoleh persamaan: X = I–A –1 Y. 4.5 Elemen matriks kebalikan Leontif I-A –1 diberi notasi α ij dimana matriks ini dapat mencerminkan efek langsung dan tidak langsung perubahan permintaan akhir terhadap output sektor-sektor yang ada dalam perekonomian. Matriks tersebut digunakan dalam menghitung nilai koefisien dan kepekaan penyebaran serta nilai multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja Miller dan Blair, 1985. Nilai matriks kebalikan Leontif terbuka dan tertutup selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.

4.2.2. Analisis Dampak Penyebaran

1. Koefisien Penyebaran

Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang dihubungkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh koefisien matriks kebalikan Leontif, koefisien ini biasa disebut dengan indeks kemampuan penyebaran. Koefisien ini juga sering diartikan sebagai kemampuan suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pd j mempunyai nilai lebih besar dari satu, sebaliknya sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang rendah jika Pd j mempunyai nilai lebih kecil dari satu Rumus dari koefisien penyebaran ini adalah: Pd j = n ∑∑ ∑ = = = n i n j ij n i ij 1 1 1 α α . 4.6 dimana: Pd j = indeks daya penyebaran sektor j, α ij = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka, n = jumlah sektor.

2. Kepekaan Penyebaran

Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, yang biasa disebut dengan indeks kepekaan penyebaran. Indeks ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor lain dalam perekonomian melalui pasar output. Sektor i dikatakan mempunyai kepekaan penyebaran yang tinggi jika nilai Sd i lebih besar dari satu, jika lebih kecil dari satu artinya sektor i mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah. Rumus dari indeks kepekaan penyebaran ini adalah: Sd i = n ∑∑ ∑ = = = n i n j ij n j ij 1 1 1 α α . 4.7 dimana; Sd i = indeks derajat kepekaan sektor i, α ij = unsur matriks kebalikan Leontif terbuka, n = jumlah sektor.

4.2.3. Analisis Multiplier

Model analisis input-output dibagi dua yaitu model analisis input-output terbuka yang memperlakukan rumah tangga sebagai suatu faktor yang eksogen dan model analisis input-output tertutup yang memperlakukan rumah tangga sebagai suatu faktor yang endogen. Analisis multiplier yang dilakukan dengan menggunakan model analisis input-output terbuka akan menghasilkan angka munltiplier biasa simple multiplier, angka multiplier biasa ini memasukkan dampak langsung dan dampak tidak langsung dari suatu perubahan eksogen. Sedangkan analisis multiplier yang dilakukan dengan menggunakan model analisis input-output tertutup akan menghasilkan multiplier total total multiplier, multiplier total ini selain memasukkan dampak langsung dan tidak langsung juga memperhitungkan dampak akibat masuknya rumah tangga induced effect sebagai suatu sektor produksi dalam perekonomian.

1. Multiplier output tipe I biasa

Analisis multiplier output tipe I bermanfaat untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap output sektor lain. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai multiplier output tipe I adalah j O = ∑ = n i ij 1 α 4.8 dimana: j O = Multiplier output tipe I sektor j, ij α = Matriks kebalikan Leontif terbuka.

2. Multiplier output tipe II total

Analisis multiplier output tipe II bermanfaat untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap output sektor lain, baik secara langsung maupun tidak langsung ditambah dengan efek induksi rumah tangga induced effect. Rumus untuk menghitung nilai multiplier output tipe II adalah: j O = ∑ + = 1 1 n i ij α 4.9 dimana: j O = Multiplier output tipe II sektor j, ij α = Matriks kebalikan Leontif tertutup.

3. Multiplier pendapatan tipe I biasa

Analisis multiplier pendapatan tipe I bermanfaat untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap pendapatan semua sektor. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai multiplier pendapatan tipe I adalah: j H = ∑ = + n i ij i n a 1 , 1 α 4.10 j Y = j n j a H , 1 + 4.11 dimana: j H = Multiplier pendapatan biasa sektor j, j Y = Multiplier pendapatan tipe I sektor j, ij α = Matriks kebalikan Leontif terbuka, j n a , 1 + = Koefisien pendapatan sektor j.

4. Multiplier pendapatan tipe II total

Analisis multiplier pendapatan tipe II digunakan untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap pendapatan semua sektor baik secara langsung maupun tidak langsung ditambah dengan efek induksi rumah tangga. Rumus untuk menghitung nilai multiplier pendapatan tipe II adalah: j H = ∑ + = + 1 1 , 1 n i ij i n a α 4.12 j Y = j n j a H , 1 + 4.13 dimana: j H = Multiplier pendapatan total sektor j, j Y = Multiplier pendapatan tipe II sektor j, ij α = Matriks kebalikan Leontif tertutup, j n a , 1 + = Koefisien pendapatan sektor j.

5. Multiplier tenaga kerja tipe I biasa

Analisis multiplier tenaga kerja tipe I digunakan untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap perubahan tenaga kerja pada semua sektor. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai multiplier tenaga kerja tipe I adalah: j E = ∑ = + n i ij i n w 1 , 1 α 4.14 j n j j w E W , 1 + = 4.15 dimana: j W = Multiplier tenaga kerja tipe I sektor j, j E = Multiplier tenaga kerja biasa sektor j, ij α = Matriks kebalikan Leontif terbuka, j n w , 1 + = koefisien tenaga kerja sektor j.

6. Multiplier tenaga kerja tipe II total

Analisis multiplier tenaga kerja tipe II digunakan untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap perubahan tenaga kerja semua sektor baik secara langsung maupun tidak langsung ditambah dengan efek induksi rumah tangga. Rumus untuk menghitung nilai multiplier tenaga kerja tipe II adalah j E = ∑ + = + 1 1 , 1 n i ij i n w α 4.16 j n j j w E W , 1 + = 4.17 dimana: j W = Multiplier tenaga kerja tipe II sektor j, j E = Multiplier tenaga kerja total sektor j, ij α = Matriks kebalikan Leontif tertutup, j n w , 1 + = koefisien tenaga kerja sektor j. Nilai multiplier tipe I akan lebih kecil dibandingkan nilai multiplier tipe II, karena pada multiplier tipe II, rumah tangga dianggap sebagai suatu sektor produksi tersendiri. Berikut disajikan tabel yang memuat ringkasan dari rumus multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja baik tipe I maupun tipe II. Tabel 4.1 Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Multiplier Output Tipe I Biasa j O = ∑ = n i ij 1 α Tipe II Total j O = ∑ + = 1 1 n i ij α Multiplier Pendapatan Biasa j H = ∑ = + n i ij i n a 1 , 1 α Total j H = ∑ + = + 1 1 , 1 n i ij i n a α Tipe I j Y = j n j a H , 1 + Tipe II j Y = j n j a H , 1 + Multiplier Tenaga Kerja Biasa j E = ∑ = + n i ij i n w 1 , 1 α Total j E = ∑ + = + 1 1 , 1 n i ij i n w α Tipe I j n j j w E W , 1 + = Tipe II j n j j w E W , 1 + = Sumber: Miller dan Blair 1985.

4.2.4. Koefisien Pendapatan δ

Koefisien pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut: j δ = j j X S . 4.18 dimana: j δ = koefisien pendapatan sektor j, j S = jumlah upah dan gaji sektor j, j X = jumlah output total sektor j.

4.2.5. Koefisien Tenaga Kerja β

Koefisien tenaga kerja merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit output. Koefisien tenaga kerja dapat dirumuskan sebagai berikut: j β = j j X T . 4.19 dimana: j β = koefisien tenaga kerja sektor j, j T = jumlah tenaga kerja sektor j, j X = jumlah output total sektor j.

4.2.6. Analisis Investasi

Simulasi yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan shock pada bagian investasi sektor konstruksi. Shock ini dilakukan untuk mengetahui sektor mana yang memiliki dampak yang paling besar terhadap peningkatan investasi di sektor konstruksi. Besarnya shock diperoleh dari nilai persentase rata-rata pengeluaran pembangunan pada sektor konstruksi. Nilai pengeluaran pembangunan sektor konstruksi diperoleh dengan menjumlahkan pengeluaran pembangunan berbagai subsektor konstruksi. Berikut disajikan tabel pengeluaran pembangunan di sektor konstruksi selama periode tahun 2000-2004. Tabel 4.2. Anggaran Pengeluaran Pembangunan Sektor Konstruksi Tahun 2000-2004 miliar rupiah Tahun Anggaran Pengeluaran Pembangunan Pertumbuhan 2000 6.158 - 2001 8.664 40,69 2002 12.658 46,09 2003 15.669 23,78 2004 16.352 4,35 Rata-rata pertumbuhan per tahun Æ 28,73 Sumber: BPS, 2005 b. Dari Tabel 4.2. diperoleh nilai rata-rata pertumbuhan pengeluaran pembangunan di sektor konstruksi adalah 28,73 . Nilai pertumbuhan ini digunakan untuk melakukan shock pada investasi sektor konstruksi yang terdapat dalam Tabel Input-Output Indonesia tahun 2003. Nilai investasi yang dimaksud adalah penjumlahan antara pembentukan modal tetap bruto dan perubahan stok. Rumus dari analisis investasi dapat ditunjukkan sebagai berikut Miller dan Blair, 1985: 1 dampak terhadap pembentukan output, ∆ X = I- A -1 ∆Y 4.20 2 dampak terhadap pendapatan rumah tangga, ∆ I = a n+1 I- A -1 ∆Y 4.21 3 dampak terhadap penyerapan tenaga kerja, ∆ L = w n+1 I- A -1 ∆Y 4.22 dimana: ∆ X : dampak terhadap pembentukan output, ∆ I : dampak terhadap pendapatan rumah tangga, ∆ L : dampak terhadap penyerapan tenaga kerja, ∆ Y : investasi sektoral, I-A -1 : matriks kebalikan Leontif terbuka, a n+1 : koefisien pendapatan, w n+1 : koefisien tenaga kerja.

4.3. Defenisi Operasional

1 Konstruksi Konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan atau konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya. Hasil kegiatannya antara lain gedung, jalan, jembatan, rel kereta api, terowongan, bangunan air dan drainase, bangunan sanitasi dan bandara. 2 Output Output dalam Tabel Input-Output merupakan nilai dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi. Unit usaha yang produksinya berupa barang, maka outputnya merupakan hasil perkalian kuantitas produksi barang yang bersangkutan dengan harga produsen per unit barang tersebut. Unit usaha yang bergerak di bidang jasa, outputnya merupakan nilai penerimaan dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. 3 Transaksi antara Transaksi antara adalah transaksi yang terjadi antara sektor yang berperan sebagai konsumen dan produsen. Sektor yang berperan sebagai produsen atau sektor produksi merupakan sektor pada masing-masing baris. Sektor sebagai konsumen ditunjukkan pada sektor masing-masing kolom. Transakasi yang dicakup dalam transaksi antara hanya transaksi barang dan jasa yang terjadi dalam hubungan dengan proses produksi. Isian sepanjang baris pada transakasi antara memperlihatkan alokasi output suatu sektor dalam memenuhi kebutuhan input sektor-sektor lain untuk keperluan produksi dan disebut sebagai input antara. Isian sepanjang kolomya menunjukkan input barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi suatu sektor dan disebut sebagai input antara. 4 Permintaan akhir Permintaan akhir merupakan permintaan atas barang dan jasa untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok dan ekspor. 5 Pengeluaran rumah tangga Pengeluaran rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan netto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama, kecuali pembelian rumah tempat tinggal. 6 Pengeluaran konsumsi pemerintah Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 7 Pembentukan modal tetap bruto Pembentukan modal tetap bruto meliputi pengadaan, pembuatan atau pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar daerah. 8 Perubahan stok Perubahan stok merupakan selisih antara nilai stok barang pada akhir tahun dengan nilai stok barang pada awal tahun. Nilai investasi merupakan penjumlahan antara pembentukan modal tetap bruto dan perubahan stok. 9 Ekspor Ekspor barang dan jasa meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk suatu negara atau daerah dengan penduduk negara atau daerah lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi, asuransi dan berbagai jasa lainnya. 10 Input primer Input primer merupakan balas jasa atas pemakaian faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto dan merupakan selisih antara input total dengan input antara. 11 Upah dan gaji Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar. 12 Surplus usaha Surplus usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan atas pemilikan modal. Surplus usaha antara lain terdiri dari keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan, bunga atas modal, sewa tanah dan pendapatan atas hak kepemilikan lainnya. Besarnya nilai surplus usaha adalah sama dengan nilai tambah bruto dikurangi dengan upah atau gaji, penyusutan dan pajak tak langsung netto. 13 Penyusutan Penyusutan yang dimaksudkan adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai barang modal tetap yang digunakan dalam proes produksi. 14 Pajak tak langsung netto Pajak tak langsung netto adalah selisih antara pajak tak langsung dengan subsidi. Pajak tak langsung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya. 15 Subsidi Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi pada dasarnya adalah tambahan pendapatan bagi produsen, subsidi disebut juga sebagai pajak tak langsung negati

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Konstruksi Terhadap Perekonomian Indonesia

Peranan sektor konstruksi terhadap perekonomian Indonesia dapat dikaji dengan menggunakan analisis Tabel Input-Output, sehingga akan diperoleh nilai permintaan antara, permintaan akhir, input antara, impor, input primer atau nilai tambah bruto serta dampak kenaikan investasi pada sektor konstruksi terhadap sektor lain dalam perekonomian Indonesia. Berdasarkan Tabel Input-Output 2003 klasifikasi 17 sektor, total permintaan barang dan jasa yang dihasilkan Indonesia sebesar Rp 4.655 triliun, jumlah tersebut terdiri atas permintaan antara sebesar Rp 2.095 triliun dan permintaan akhir sebesar Rp 2.559 triliun. Tabel 5.1. Nilai Permintaan Akhir, Permintaan Antara dan Jumlah Permintaan di Indonesia Tahun 2003 miliar rupiah Sektor Permintaan Antara Permintaan Akhir Jumlah Permintaan Pertanian 194.354 98.879 293.233 Peternakan 52.215 55.066 107.281 Kehutanan 22.849 1.183 24.033 Perikanan 16.063 44.728 60.791 Pertambangan 140.612 105.731 246.344 Industri Pengolahan 788.446 899.328 1.687.775 Peng. Minyak Bumi 83.426 110.950 194.376 Industri Semen 15.003 958 15.962 Industri Dasar Besi dan Baja 36.062 6.068 42.130 List.,gas air 44.518 25.912 70.431 Bangunan 25.990 305.103 331.094 Perdg., Htl Rstran 264.473 344.482 608.956 Angkutan 140.302 111.933 252.235 Komunikasi 29.198 23.304 52.502 Lembaga Keuangan 85.036 50.308 135.344 Usaha Bangunan 76.415 80.032 156.447 Jasa-jasa 80.581 295.589 376.170 Total 2.095.549 2.559.562 4.655.112 Sumber: Tabel I-O Indonesia 2003, Klasifikasi 17 sektor diolah.