Kebijakan Pemerintah Terhadap Sektor Konstruksi

meningkat lagi menjadi sebesar Rp 90,1 triliun sedangkan pada tahun 2004 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu menjadi sebesar Rp 97,4 triliun. Laju pertumbuhan sektor konstruksi dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2001 laju pertumbuhan sektor konstruksi sebesar 4,58 sedangkan pada tahun 2004 laju pertumbuhannya meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2000 yaitu sebesar 8,17. Dari laju pertumbuhan yang terus meningkat ini seharusnya sektor ini mendapatkan investasi yang besar agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional.

3.2. Kebijakan Pemerintah Terhadap Sektor Konstruksi

Lahirnya UU No.181999 tentang jasa konstruksi didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti adanya tuntutan diwujudkannya good governance, tuntutan liberalisasi perdagangan internasional termasuk bidang jasa konstruksi dan kondisi lingkungan srategis serta kemampuan jasa konstruksi nasional. Tujuan yang ingin dicapai dari UU No. 181999 adalah: 1 Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas. 2 Mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan prundang- undangan yang berlaku. 3 Mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi. Pembinaan pemerintah dalam sektor konstruksi mencakup tiga kegiatan yaitu pengaturan, pengawasan dan pemberdayaan. Pengaturan dilakukan dengan penerbitan peraturan perundang-undangan dan berbagai standar teknis. Pengawasan dilakukan terhadap penyelenggaraan pekerjaan sektor konstruksi untuk menjamin terwujudnya ketertiban jasa sektor konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sedangkan pemberdayan dilakukan terhadap usaha jasa konstruksi dan masyarakat untuk menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban, dan perannya dalam melaksanakan jasa konstruksi. Pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan bersama-sama dengan Asosiasi dan Penyedia Jasa Konstruksi. Selain itu pembinaan pemerintah juga dapat dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah sebagai tugas dekonsentrasi pada Pemerintah Provinsi atau tugas pembantuan kepada Pemerintah ProvinsiKabupatenKota. Secara garis besar pembinaan yang dilakukan pemerintah diarahkan kepada: 1 Restrukturisasi usaha jasa konstruksi Dukungan terhadap akses permodalan di bidang usaha jasa konstruksi sangat kecil, ini dapat dilihat dari kecilnya investasi bidang properti yang sangat berpengaruh terhadap usaha jasa konstruksi. Sebagian dari usaha jasa sektor konstruksi merupakan golongan kecil dan menengah, struktur seperti ini menjadi tidak seimbang dan kurang kondusif untuk membentuk suatu usaha yang kokoh sehingga arah pembinaan yang dituju adalah membentuk komposisi yang seimbang antara perusahaan besar dan kecil ataupun spesialis dan umum. 2 Profesionalisme penyedia jasa sektor konstruksi Sebagai dasar dari pencapaian tujuan yang diamanatkan dalam UU 181999, profesionalisme dari pelaku jasa konstruksi baik sebagai perorangan maupun sebagai badan usaha. 3 Kemandirian masyarakat jasa konstruksi Arah pembinaan kemandirian dari jasa konstruksi ini lebih ditujukan kepada kemampuan dari masyarakat jasa konstruksi untuk mengurus dirinya sendiri. Kemandirian ini harus didasarkan pada peran serta aktif dari seluruh unsur masyarakat jasa konstruksi dan keinginan yang kuat untuk maju bersama serta mendahulukan kepentingan bersama. Beberapa kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan berbagai subsektor konstruksi di antaranya: 1 UU No. 13 Tahun 1980 tentang pengusahaan jalanjembatan tol, Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 1985 tentang jalan dan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1990 tentang jalan tol dan perarturan tambahanperubahannya. 2 UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah selaku Ketua Badan Kebijaksanaan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional BKP4N No. 217KPTSM2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman KSNPP. 3 UU No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menyatakan bahwa badan hukum, badan sosial dan atau perorangan dapat melakukan pengusahaan air. 3.3. Tujuan Strategis Sektor Konstruksi Indonesia Sektor konstruksi di kawasan Asia-Pasifik semakin banyak diminati oleh para investor. Kondisi ini membuka peluang untuk bangkitnya kembali secara bertahap sektor yang selama ini berperan penting sebagai lokomotif ekonomi tersebut. Oleh karena itu Indonesia harus segera membenahi berbagai kebijakan yang melandasi perkembangan sektor konstruksi ini agar dapat tercapai hasil yang maksimal sesuai dengan tujuan strategis yang telah ditetapkan. Adapun tujuan strategis konstruksi Indonesia adalah: 1 Membuka jaringan bisnis dan konektifitas antara manufaktur, pemasok dengan Pemerintah, BUMN, Badan Usaha Swasta baik dalam maupun luar negeri. 2 Mempromosikan perkembangan industri dan teknologi konstruksi. 3 Memperlihatkan eksistensi dan kemampuan usaha jasa industri konstruksi yang profesional. 4 Membangun aliansi serta jaringan bisnis untuk memperluas pangsa pasar. 5 Meningkatkan potensi SDM jasa konstruksi secara maksimal menjadi profesional terampil dan berdaya saing tinggi.

IV. METODE PENELITIAN