e Bangunan lainnya kode148.
Menurut BPS 2004 kontraktor umum adalah kontraktor yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, sedangkan konstruksi khusus adalah unit
usaha yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta, rumah tangga dan unit-unit perusahaan bukan
perusahaan bangunan.
4.2. Metode Analisis
Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis dampak investasi sektor konstruksi terhadap perekonomian di Indonesia adalah Tabel Input-Output. Dari
tabel ini dapat diketahui peranan sektor konstruksi dalam pembentukan output, nilai tambah bruto, permintaan antara dan permintaan akhir. Investasi dinyatakan
dalam tingkatan yang tidak dapat dibagi-bagi dalam artian barang investasi tertentu dan dianggap bersifat endogen. Model input-output memberikan
informasi yang perlu mengenai koefisien struktural berbagai sektor perekonomian selama suatu jangka waktu tertentu yang dapat dipergunakan seoptimal mungkin
untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi Jhingan, 2004.
4.2.1. Keofisien Input
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, z
ij
adalah aliran input dari sektor-i ke sektor-j, dan X
j
merupakan output total dari sektor j, sehingga dapat diperoleh rasio input terhadap output yang dinotasikan sebagai a
ij
yaitu; a
ij
=
j ij
X z
. 4.1
Rasio ini disebut dengan koefisien teknik atau koefisien input langsung. Dalam model Leontif persamaan di atas dapat ditulis menjadi
a
ij
=
j j
X z
1 1
=
j j
X z
2 2
= . . . =
nj nj
X z
. 4.2
Jika dalam suatu perekonomian terdapat n sektor maka koefisien teknis di atas dapat dinyatakan dalam sebuah matriks. Matriks ini disebut dengan matriks
teknologi yang berbentuk:
A= .
4.3 Nilai matriks koefisien teknis pada penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 3. Dengan demikian persamaan 2.3 dapat dituliskan menjadi:
A = +
=
A X + Y = X Æ Y = I-A X. 4.4
dimana: A : matriks koefisien teknis,
X : jumlah output, Y : permintaan akhir,
I : matriks yang elemennya memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada selainnya,
I-A : matriks Leontif. a
11
a
12
… a
1n
a
21
a
22
… a
2n
Μ Μ
Μ a
n1
a
n2
… a
nn
a
11
a
12
… a
1n
a
21
a
22
… a
2n
Μ Μ
Μ
a
n1
a
n2
… a
nn
X
1
X
2
Μ X
n
Y
1
Y
2
Μ Y
n
X
1
X
2
Μ X
n
Dari persamaan 3.4 dapat diperoleh persamaan: X = I–A
–1
Y. 4.5
Elemen matriks kebalikan Leontif I-A
–1
diberi notasi α
ij
dimana matriks ini dapat mencerminkan efek langsung dan tidak langsung perubahan permintaan
akhir terhadap output sektor-sektor yang ada dalam perekonomian. Matriks tersebut digunakan dalam menghitung nilai koefisien dan kepekaan penyebaran
serta nilai multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja Miller dan Blair, 1985. Nilai matriks kebalikan Leontif terbuka dan tertutup selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 4 dan 5.
4.2.2. Analisis Dampak Penyebaran
1. Koefisien Penyebaran
Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang yang dihubungkan dengan jumlah sektor dan jumlah seluruh
koefisien matriks kebalikan Leontif, koefisien ini biasa disebut dengan indeks kemampuan penyebaran. Koefisien ini juga sering diartikan sebagai kemampuan
suatu sektor untuk meningkatkan pertumbuhan industri hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang yang tinggi apabila Pd
j
mempunyai nilai lebih besar dari satu, sebaliknya sektor j dikatakan mempunyai kaitan ke belakang
yang rendah jika Pd
j
mempunyai nilai lebih kecil dari satu Rumus dari koefisien penyebaran ini adalah:
Pd
j
= n
∑∑ ∑
= =
= n
i n
j ij
n i
ij 1
1 1
α α
. 4.6
dimana: Pd
j
= indeks daya penyebaran sektor j, α
ij
= unsur matriks kebalikan Leontif terbuka, n = jumlah sektor.
2. Kepekaan Penyebaran
Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan, yang biasa disebut dengan indeks kepekaan penyebaran. Indeks ini
bermanfaat untuk mengetahui tingkat kepekaan suatu sektor terhadap sektor lain dalam perekonomian melalui pasar output. Sektor i dikatakan mempunyai
kepekaan penyebaran yang tinggi jika nilai Sd
i
lebih besar dari satu, jika lebih kecil dari satu artinya sektor i mempunyai kepekaan penyebaran yang rendah.
Rumus dari indeks kepekaan penyebaran ini adalah:
Sd
i
= n
∑∑ ∑
= =
= n
i n
j ij
n j
ij 1
1 1
α α
. 4.7
dimana; Sd
i
= indeks derajat kepekaan sektor i, α
ij
= unsur matriks kebalikan Leontif terbuka, n = jumlah sektor.
4.2.3. Analisis Multiplier
Model analisis input-output dibagi dua yaitu model analisis input-output terbuka yang memperlakukan rumah tangga sebagai suatu faktor yang eksogen
dan model analisis input-output tertutup yang memperlakukan rumah tangga sebagai suatu faktor yang endogen. Analisis multiplier yang dilakukan dengan
menggunakan model analisis input-output terbuka akan menghasilkan angka
munltiplier biasa simple multiplier, angka multiplier biasa ini memasukkan dampak langsung dan dampak tidak langsung dari suatu perubahan eksogen.
Sedangkan analisis multiplier yang dilakukan dengan menggunakan model
analisis input-output tertutup akan menghasilkan multiplier total total multiplier,
multiplier total ini selain memasukkan dampak langsung dan tidak langsung juga memperhitungkan dampak akibat masuknya rumah tangga induced effect
sebagai suatu sektor produksi dalam perekonomian.
1. Multiplier output tipe I biasa
Analisis multiplier output tipe I bermanfaat untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap output sektor lain. Rumus
yang digunakan untuk menghitung nilai multiplier output tipe I adalah
j
O =
∑
= n
i ij
1
α 4.8
dimana:
j
O = Multiplier output tipe I sektor j,
ij
α
= Matriks kebalikan Leontif terbuka.
2. Multiplier output tipe II total
Analisis multiplier output tipe II bermanfaat untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap output sektor lain, baik secara
langsung maupun tidak langsung ditambah dengan efek induksi rumah tangga induced effect. Rumus untuk menghitung nilai multiplier output tipe II adalah:
j
O =
∑
+ =
1 1
n i
ij
α 4.9
dimana:
j
O = Multiplier output tipe II sektor j,
ij
α = Matriks kebalikan Leontif tertutup.
3. Multiplier pendapatan tipe I biasa
Analisis multiplier pendapatan tipe I bermanfaat untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap pendapatan semua sektor.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai multiplier pendapatan tipe I adalah:
j
H =
∑
= +
n i
ij i
n
a
1 ,
1
α
4.10
j
Y =
j n
j
a H
, 1
+
4.11 dimana:
j
H = Multiplier pendapatan biasa sektor j,
j
Y = Multiplier pendapatan tipe I sektor j,
ij
α = Matriks kebalikan Leontif terbuka,
j n
a
, 1
+
= Koefisien pendapatan sektor j.
4. Multiplier pendapatan tipe II total
Analisis multiplier pendapatan tipe II digunakan untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap pendapatan semua sektor baik
secara langsung maupun tidak langsung ditambah dengan efek induksi rumah tangga. Rumus untuk menghitung nilai multiplier pendapatan tipe II adalah:
j
H =
∑
+ =
+ 1
1 ,
1 n
i ij
i n
a α
4.12
j
Y =
j n
j
a H
, 1
+
4.13 dimana:
j
H = Multiplier pendapatan total sektor j,
j
Y = Multiplier pendapatan tipe II sektor j,
ij
α = Matriks kebalikan Leontif tertutup,
j n
a
, 1
+
= Koefisien pendapatan sektor j.
5. Multiplier tenaga kerja tipe I biasa
Analisis multiplier tenaga kerja tipe I digunakan untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap perubahan tenaga kerja pada
semua sektor. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai multiplier tenaga kerja tipe I adalah:
j
E =
∑
= +
n i
ij i
n
w
1 ,
1
α 4.14
j n
j j
w E
W
, 1
+
= 4.15
dimana:
j
W = Multiplier tenaga kerja tipe I sektor j,
j
E = Multiplier tenaga kerja biasa sektor j,
ij
α = Matriks kebalikan Leontif terbuka,
j n
w
, 1
+
= koefisien tenaga kerja sektor j.
6. Multiplier tenaga kerja tipe II total
Analisis multiplier tenaga kerja tipe II digunakan untuk mengetahui akibat dari peningkatan permintaan akhir suatu sektor terhadap perubahan tenaga kerja
semua sektor baik secara langsung maupun tidak langsung ditambah dengan efek induksi rumah tangga. Rumus untuk menghitung nilai multiplier tenaga kerja tipe
II adalah
j
E =
∑
+ =
+ 1
1 ,
1 n
i ij
i n
w α
4.16
j n
j j
w E
W
, 1
+
= 4.17
dimana:
j
W = Multiplier tenaga kerja tipe II sektor j,
j
E = Multiplier tenaga kerja total sektor j,
ij
α = Matriks kebalikan Leontif tertutup,
j n
w
, 1
+
= koefisien tenaga kerja sektor j. Nilai multiplier tipe I akan lebih kecil dibandingkan nilai multiplier tipe II,
karena pada multiplier tipe II, rumah tangga dianggap sebagai suatu sektor
produksi tersendiri. Berikut disajikan tabel yang memuat ringkasan dari rumus multiplier output, pendapatan dan tenaga kerja baik tipe I maupun tipe II.
Tabel 4.1 Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja
Rumus Multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja Multiplier Output
Tipe I Biasa
j
O =
∑
= n
i ij
1
α
Tipe II Total
j
O =
∑
+ =
1 1
n i
ij
α
Multiplier Pendapatan
Biasa
j
H =
∑
= +
n i
ij i
n
a
1 ,
1
α
Total
j
H =
∑
+ =
+ 1
1 ,
1 n
i ij
i n
a
α
Tipe I
j
Y =
j n
j
a H
, 1
+
Tipe II
j
Y =
j n
j
a H
, 1
+
Multiplier Tenaga Kerja
Biasa
j
E =
∑
= +
n i
ij i
n
w
1 ,
1
α
Total
j
E =
∑
+ =
+ 1
1 ,
1 n
i ij
i n
w
α
Tipe I
j n
j j
w E
W
, 1
+
= Tipe II
j n
j j
w E
W
, 1
+
=
Sumber: Miller dan Blair 1985.
4.2.4. Koefisien Pendapatan δ
Koefisien pendapatan merupakan suatu bilangan yang menunjukkan besarnya jumlah pendapatan yang diterima oleh pekerja yang diperlukan untuk
menghasilkan satu unit output. Koefisien pendapatan dirumuskan sebagai berikut:
j
δ =
j j
X S
. 4.18
dimana:
j
δ = koefisien pendapatan sektor j,
j
S = jumlah upah dan gaji sektor j,
j
X = jumlah output total sektor j.
4.2.5. Koefisien Tenaga Kerja β