Produksi N mineral kumulatif dan Kapasitas Penyediaan N

45 maka populasi mikroba penitrifikasi makin meningkat sehingga dari 8 sampai 14 MSI proses nitrifikasi terus meningkat. Oleh karena itu, N-NO 3 - + NO 2 - yang dihasilkan dari 8 sampai 14 MSI juga terus meningkat. Sedikit berbeda dengan yang dikemukakan di atas, aplikasi Urea dan Glirisidia sekaligus saat inkubasi U o G1 o menghasilkan pelepasan NO 3 - yang meningkat lebih cepat dua minggu daripada aplikasi pupuk hijau sekaligus tanpa kombinasi dengan pupuk N mineral. Hal itu mudah dipahami karena Urea yang ditambahkan segera terhidrolisis dan melepaskan NH 4 + yang segera digunakan oleh mikroba termasuk mikroba penitrifikasi untuk memperbanyak diri. Dengan demikian populasi mikroba penitrifikasi meningkat lebih cepat sehingga proses nitrifikasi juga berjalan lebih cepat. Aplikasi dipisah Glirisidia, Urea dan kombinasinya G1 o G1 3 , G1 o U 3 , U o G1 3 dan U o U 3 dan aplikasi Urea dan Glirisidia sekaligus saat inkubasi U o G1 o menghasilkan peningkatan pelepasan N-NO 3 - + NO 2 - lebih cepat daripada perlakuan lainnya yakni dari empat MSI. Hal itu berkaitan dengan penambahan sedikit pupuk hijau atau Urea justru menghasilkan pelepasan NH 4 + relatif tinggi daripada penambahan pupuk hijau yang banyak Gambar 3. Kondisi tersebut mendorong peningkatan populasi mikroba penitrifikasi sejak awal. Penambahan Glirisidia atau Urea tiga MSI melepaskan NH 4 + pada empat MSI lebih tinggi daripada perlakuan lainnya. Peningkatan substrat dan populasi mikroba penitrifikasi lebih lanjut menyebabkan proses nitrifikasi berjalan lebih cepat. Dengan demikian dari empat MSI pelepasan N-NO 3 - + NO 2 - terus meningkat dan mencapai puncak pada tujuh MSI, turun pada delapan MSI, kemudian meningkat terus sampai 14 MSI.

4.4.2. Produksi N mineral kumulatif dan Kapasitas Penyediaan N

Produksi N mineral kumulatif merupakan penjumlahan dari N mineral yang dilepaskan pada setiap waktu pengamatan. Dengan demikian, produksi N mineral kumulatif sangat ditentukan oleh besarnya N mineral yang dilepaskan pada setiap waktu pengamatan. Selain itu, perlakuan yang melepaskan N mineral tinggi juga menghasilkan produksi N mineral kumulatif tinggi. Analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan secara nyata mempengaruhi N mineral kumulatif yang dilepaskan pada semua waktu pengamatan. Konsentrasi N-NH 4 + , N-NO 3 - + NO 2 - dan total N mineral kumulatif akibat aplikasi pupuk hijau Flemingia, Glirisidia, Urea dan kombinasinya disajikan pada Gambar 4. 46 Perlakuan G1 o G1 3 , G1 o U 3 , U o G1 o , U o G1 3 dan U o U 3 menghasilkan peningkatan akumulasi N-NH 4 + dari 1 sampai 3 MSI, kemudian terjadi lonjakan pada empat MSI. Selanjutnya dari 4 sampai 14 MSI terus meningkat namun dengan laju peningkatan yang terus menurun. Sebaliknya perlakuan 0N, F1-F3, G1-G3, F o G o dan F o G1 3 meng- hasilkan peningkatan N-NO 3 - + NO 2 - kumulatif yang rendah dari 1 sampai 4 MSI. Sejak enam MSI, secara umum semua perlakuan pemupukan menghasilkan N-NO 3 - + NO 2 - kumulatif yang terus meningkat. Walaupun demikian, perlakuan G1 o G1 3 , G1 o U 3 , U o G1 o , U o G1 3 dan U o U 3 terlihat jelas memiliki N-NO 3 - + NO 2 - kumulatif lebih tinggi dibanding yang dihasilkan perlakuan lainnya pada 7 sampai 14 MSI. Perlakuan G1 o G1 3 , G1 o U 3 , U o G1 o , U o G1 3 dan U o U 3 sedikit meningkatkan N mineral kumulatif dari 1 sampai 3 MSI, kemudian meningkat dengan laju yang tinggi pada empat MSI. Peningkatan N mineral kumulatif yang nyata terus berlangsung sampai 14 MSI dengan laju peningkatan yang relatif tinggi terjadi dari 6 MSI ke 7 MSI. Berbeda dengan itu, perlakuan 0N, F1-F3, G1-G3, F o G o dan F o G1 3 menghasilkan peningkatan N mineral kumulatif yang rendah sampai 14 MSI. Di antara perlakuan G1 o G1 3 , G1 o U 3 , U o G1 o , U o G1 3 dan U o U 3 , N mineral kumulatif yang dihasilkan U o G1 o tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Oleh karena pemberian pupuk hijau Glirisidia dan Urea dengan dan tanpa kombinasi yang diaplikasi sekaligus atau dipisah menghasilkan N mineral yang dilepaskan pada 1 dan 3 MSI lebih tinggi daripada perlakuan Flemingia dan kontrol, maka produksi N mineral kumulatifnya juga lebih tinggi. Demikian pula dengan perlakuan U o G1 o yang melepaskan N mineral tertinggi pada 1 dan 4 MSI maka produksi N mineral kumulatifnya juga tertinggi. Kapasitas penyediaan N dari tanah yang mendapat berbagai perlakuan pemu- pukan pada waktu tertentu merupakan produksi N kumulatif pada waktu tersebut. Rata-rata umur panen tanaman jagung di Indonesia sekitar 14 sampai 15 minggu. Oleh karena itu kapasitas penyediaan N sampai 14 MSI penting untuk partum- buhan dan produksi tanaman jagung yang tinggi. Pada 14 MSI kapasitas penyediaan N dari berbagai perlakuan pemupukan berkisar dari 20,46 µg g -1 sampai 168,52 µg g -1 . Perlakuan G1 o G1 3 , G1 o U 3 , U o G1 o , U o G1 3 dan U o U 3 menghasilkan kapasitas penye- diaan N nyata lebih tinggi daripada perlakuan lain dan kontrol. Pemberian kombinasi Urea dan Glirisidia G1 sekaligus saat tanam U o G1 o menghasilkan kapasitas penye- diaan N tertinggi, dan menurun menurut urutan U o U 3 , U o G1 3 , G1 o U 3 dan G1 o G1 3 . 47 20 40 60 80 100 120 2 4 6 8 10 12 14 16 N -N H 4 k um u la ti f di le pa sk a n u g g t a na h . 10 20 30 40 50 60 2 4 6 8 10 12 14 16 20 40 60 80 100 120 2 4 6 8 10 12 14 16 N -N O 3 ku mul a ti f d il e pa sk an u g g t an a h . 10 20 30 40 50 60 2 4 6 8 10 12 14 16 30 60 90 120 150 180 2 4 6 8 10 12 14 16 MSI N m in e ra l k u m u lati f u g g tan a h G1oG13 G1oU3 UoG1o UoG13 UoU3 15 30 45 60 75 90 2 4 6 8 10 12 14 16 MSI 0N F1 F2 F3 G1 G2 G3 F1oG1o F1oG13 Gambar 5. Konsentrasi N-NH 4 + A, N-NO 3 - + NO 2 - B dan total N mineral kumulatif C akibat aplikasi Flemingia, Glirisidia, Urea dan kombina- sinya dari 1 sampai 14 MSI. A A B B C C 48

4.4.3. Pola Penyediaan N selaras