Berat Kering TanamanBKT Keselarasan Penyediaan Nitrogen Dari Pupuk Hijau Dan Urea Dengan Pertumbuhan Jagung Pada Inceptisol Darmaga

58 Tinggi tanaman akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya dalam tanah tanpa dan dengan pencucian membentuk kurva hampir linier terhadap waktu dari 3 sampai 8 MST, dengan sedikit cekung atau cembung pada empat MST dalam tanah tanpa pencucian Gambar 9. Pada perlakuan tanpa pencucian, aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya menghasilkan TT lebih beragam dibanding perlakuan dengan pencucian pada 3 sampai 6 MST. Namun, pada delapan MST baik pada perlakuan tanpa maupun dengan pencu- cian aplikasi pupuk menghasilkan TT yang cukup beragam. Pada delapan MST, aplikasi Glirisidia saat tanam dan tiga MST pada perlakuan tanpa pencucian memiliki TT nyata lebih tinggi daripada kontrol, sedangkan TT dalam tanah yang menerima perlakuan lainnya cenderung lebih tinggi daripada yang dihasilkan kontrol. Kontras dengan itu, pada perlakuan dengan pencucian perlakuan kontrol pada delapan MST memiliki TT yang paling rendah dan jauh lebih rendah dibanding TT yang dihasilkan perlakuan yang sama tetapi tanpa pencucian. Akibatnya, pada perlakuan dengan pencucian semua perlakuan pemupukan memiliki TT nyata lebih tinggi dibanding kontrol Gambar 9B. Semua perlakuan pemupukan baik pada perlakuan tanpa maupun dengan pencu- cian meningkatkan N mineral di dalam tanah Tabel 3 dan meningkatkan serapan N jagung Tabel 6. Dengan demikian mudah dipahami bila semua perlakuan pemupukan baik pada perlakuan tanpa maupun dengan pencucian memiliki TT yang lebih tinggi dibanding kontrol. Demikian pula dengan perlakuan kontrol dalam perlakuan dengan pencucian memiliki TT jauh lebih rendah dibanding perlakuan yang sama tetapi tanpa pencucian. Hal itu disebabkan pencucian telah menurunkan N mineral tersedia dalam tanah Tabel 3, sehingga serapan N tanamannya juga lebih rendah Tabel 6.

b. Berat Kering TanamanBKT

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemupukan mempengaruhi BKT secara nyata. Berat kering tanaman akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombinasinya dengan dan tanpa pencucian disajikan pada Gambar 10. Pola pertumbuhan BKT dalam tanah yang menerima semua perlakuan pemu- pukan dari 3 sampai 8 MST pada tanah tanpa pencucian secara umum membentuk kurva sigmoid, kecuali perlakuan G1 o G1 3 dan U o G1 o sampai 8 MST belum meng- hasilkan titik belok pada kurva BKT Gambar 10A. Dalam tanah dengan pencucian dari 3 sampai 6 MST membentuk pola yang mirip, namun dari 6 sampai 8 MST laju 59 pertumbuhan BKT masih meningkat tajam dan belum dihasilkan titik belok, kecuali perlakuan tanpa pemupukan N pada tujuh MST terbentuk titik belok Gambar 10B. 15 30 45 60 75 90 2 3 4 5 6 7 8 9 B er at ke ri ng t ana m an g 15 30 45 60 75 90 2 3 4 5 6 7 8 9 MST B er at ke ri ng t ana m an g 0N G1oG13 G1oU3 UoG1o UoG13 UoU3 Gambar 10. Berat kering tanaman jagung akibat aplikasi Glirisidia, Urea dan kombi- nasinya tanpa pencucian A dan dengan pencucian B dari 3 sampai 8 MST Pada akhir pertumbuhan vegetatif delapan MST dalam tanah tanpa pencucian, semua perlakuan pemupukan memiliki BKT yang tidak berbeda nyata satu sama lain. Walaupun demikian, perlakuan G1 o G1 3 memiliki BKT cenderung lebih tinggi dari- pada perlakuan lainnya. Sebaliknya pada tanah dengan pencucian, semua perlakuan pemupukan meningkatkan BKT secara nyata dan perlakuan G1 o G1 3 dan U o G1 3 memiliki BKT lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya Gambar 10B. A B 60 Perlakuan G1 o G1 3 dan U o G1 o berisi aplikasi Glirisidia 20 dari dosis N saat tanam melepaskan NH 4 + relatif tinggi pada satu MST. Lonjakan NH 4 + tersebut diduga mempengaruhi keseimbangan kation-anion di dalam tanah yang mengganggu per- tumbuhan awal bibit yang ditunjukkan oleh BKT Gambar 10B dan BKA Tabel 5 yang lebih rendah. Gangguan tersebut menyebabkan keterlambatan pertumbuhan awal tanaman dibanding perlakuan pemupukan lainnya. Namun pada enam MST perkem- bangan sistem perakarannya sudah lebih baik Tabel 5, sehingga kadar N mineral tanah yang lebih tinggi Tabel 3 justru menunjang laju pertumbuhan tanaman yang lebih tinggi. Pada delapan MST laju pertumbuhan BKT yang dihasilkan perlakuan lainnya sudah menurun sehingga terbentuk titik belok, sedangkan laju pertumbuhan BKT yang mengikuti perlakuan G1 o G1 3 dan U o G1 o masih tinggi, sehingga belum terbentuk titik belok. Tanah yang digunakan memiliki N tersedia cukup tinggi, sehingga tanggap tanaman terhadap pemupukan yang disertai tanpa pencucian rendah. Walaupun demikian, pada delapan MST aplikasi Glirisidia dipisah G1 o G1 3 memiliki BKT lebih tinggi. Hal itu disebabkan sistem perakarannya berkembang baik Tabel 5 sehingga serapan N tanamannya lebih tinggi daripada perlakuan lainnya Tabel 6. Kondisi tersebut tentu saja berpengaruh terhadap pertumbuhan BKT yang lebih tinggi pula. Kontras dengan itu, BKT dalam tanah yang menerima aplikasi U o G1 o cenderung lebih rendah dibanding perlakuan tanpa pemupukan. Hal itu disebabkan perlakuan U o G1 o melepaskan NH 4 + dan N-NO 3 - + NO 2 - tinggi sehingga mengganggu keseimbangan kation-anion dalam tanah dan mengganggu pertumbuhan tanaman. Kondisi itu ber- dampak pada keterlambatan pertumbuhan tanaman. Akibatnya, kurva BKT yang dihasilkan perlakuan U o G1 o belum membentuk titik belok. Artinya dengan perpan- jangan waktu panen masih dimungkinkan untuk terjadi peningkatan BKT.

c. Berat Kering Akar BKA