Industri tempe sukses memiliki target pemasaran yang lebih banyak dari industri tempe yang kurang sukses. Industri tempe yang sukses umumnya
memiliki target pemasaran para pedagang sayur, warteg, perumahan, dan konsumen akhir. Dari data ini diduga target pemasaran merupakan salah satu
faktor kunci sukses dalam wirausaha tempe.
10. Alat Transportasi Pemasaran
Alat transportasi pemasaran industri tempe di lokasi penelitian terdiri dari gerobak, sepeda, sepeda motor dan mobil pick up. Alat transortasi
pemasaran diduga bukan merupakan faktor kunci sukses wirausaha tempe. Karena pada umumnya baik industri tempe yang sukses maupun kurang
sukses memakai gerobak sebagai alat tarnsportasi pemasaran. Hal ini dikarenakan lokasi pasar yang dekat dengan lokasi usaha sehingga akan
menghemat biaya.
11. Evaluasi Kegiatan Pemasaran
Sebagian besar responden pengrajin tempe baik yang tergolong sukses maupu kurang sukses umumnya sudah melakukan evaluasi kegiatan
pemasaran, walaupun tidak secara rutin. Evaluasi dilakukan ketika ada gejolak di pasar saja., misalnya pada musim panen jengkol, buah-buahan atau terjadi
peristiwa khusus seperti ketika terjadi krisis moneter atau kenaikan harga BBM. Sehingga dari data ini, evaluasi kegiatan pemasaran diduga bukan
merupakan faktor kunci sukses industri tempe.
12. Cara Pembayaran Bahan Baku
Sistem pembayaran kedelai dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan cara tunai dan kredit. Sistem kredit yang dilakukan di industri
tempe adalah dengan Pembayaran dibelakang setelah tempe terjual. Mayoritas pengrajin tempe, baik yang tergolong sukses maupun kurang sukses
membayar kedelai dengan cara yang kedua yaitu membayar setelah tempe terjual. Sehingga cara pembayaran kedelai diduga bukan merupakan faktor
kunci sukses, karena semua kelompok industri umumnya melakukan hal yang sama.
13. Jarak Tempat Membeli Kedelai dengan Lokasi Usaha.
Jarak lokasi penjual kedelai atau importir kedelai dengan lokasi usaha dari setiap responden bervariasi. Jarak tempat pembelian kedelai dengan
lokasi usaha mayoritas kelompok industri tempe sukses adalah 1-5 km, sedangkan kelompok industri tempe kurang sukses jarak tempat pembelian
kedelai dengan lokasi usaha umumnnya adalah 10 km. Dari data ini terdapat perbedaan antara industri tempe sukses dan kurang sukses, namun demikian
jarak tempat pembelian dengan lokasi usaha diduga bukan merupakan faktor kunci sukses. Hal ini dikarenakan untuk jarak yang jauh para pedagang
kedelai bersedia mengantar sampai ke tempat pengrajin tempe. Jarak tidak berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi, walaupun terdapat
pengrajin yang mengambil kedelainya dari Ciputat atau Jakarta. Selain itu sistem pembayaran dibelakang yang dilakukan kebanyakan pengrajin juga
cukup memudahkan mereka dalam memproduksi tempe.
14. Pemisahan Uang Pribadi dan Uang Usaha
Dari segi pemisahan uang pribadi dan uang usaha mayoritas resonden pengrajin tempe sudah memisahkan antara uang pribadi dan uang
usaha walaupun sangat sederhana. Biasanya pemisahan dilakukan pada dana untuk modal dan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Namun terkadang ketika
kebutuhan mendesak uang modal terpaksa dipakai dahulu untuk menutupinya. Dari temuan data ini aktivitas pemisahan uang pribadi dan usaha diduga bukan
merupakan faktor kunci sukses.
15. Lama Usaha