Lama Usaha Modal Awal Pencatatan Keuangan

kunci sukses, karena semua kelompok industri umumnya melakukan hal yang sama.

13. Jarak Tempat Membeli Kedelai dengan Lokasi Usaha.

Jarak lokasi penjual kedelai atau importir kedelai dengan lokasi usaha dari setiap responden bervariasi. Jarak tempat pembelian kedelai dengan lokasi usaha mayoritas kelompok industri tempe sukses adalah 1-5 km, sedangkan kelompok industri tempe kurang sukses jarak tempat pembelian kedelai dengan lokasi usaha umumnnya adalah 10 km. Dari data ini terdapat perbedaan antara industri tempe sukses dan kurang sukses, namun demikian jarak tempat pembelian dengan lokasi usaha diduga bukan merupakan faktor kunci sukses. Hal ini dikarenakan untuk jarak yang jauh para pedagang kedelai bersedia mengantar sampai ke tempat pengrajin tempe. Jarak tidak berpengaruh terhadap kelancaran proses produksi, walaupun terdapat pengrajin yang mengambil kedelainya dari Ciputat atau Jakarta. Selain itu sistem pembayaran dibelakang yang dilakukan kebanyakan pengrajin juga cukup memudahkan mereka dalam memproduksi tempe.

14. Pemisahan Uang Pribadi dan Uang Usaha

Dari segi pemisahan uang pribadi dan uang usaha mayoritas resonden pengrajin tempe sudah memisahkan antara uang pribadi dan uang usaha walaupun sangat sederhana. Biasanya pemisahan dilakukan pada dana untuk modal dan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Namun terkadang ketika kebutuhan mendesak uang modal terpaksa dipakai dahulu untuk menutupinya. Dari temuan data ini aktivitas pemisahan uang pribadi dan usaha diduga bukan merupakan faktor kunci sukses.

15. Lama Usaha

Dari hasil wawancara dan diskusi diketahui bahwa 75 responden pengrajin tempe sukses sudah memulai usahanya 20 tahun, sedangkan responden industri tempe kurang sukses umumnya 50 10 tahun. Dari data ini terlihat perbedaan antar dua kelompok industri. Menurut Ningsih 2004 Pengalaman berusaha di suatu bidang akan memberikan tambahan pengetahuan yang akan mempengaruhi sikap pengusaha dalam menjalankan usahanya. Pengalaman ini diperoleh langsung saat menjalankan usaha. Wilayah pemasaran industri tempe di lokasi penelitian relatif sama antar kelompok industri yaitu di pasar Parung atau pasar yang dekat dengan lokai usaha, hal ini menjadikan kelompok industri tempe sukses yang umumnya sudah memulai usaha lebih dahulu dapat menguasai pasar dan pelanggan, sehingga diduga lama usaha menjadi salah satu faktor kunci sukses.

16. Modal Awal

Ketika memulai usaha, 50 responden pengrajin tempe sukses menyatakan bahwa modal awal mereka 1 juta, sedangkan responden pengrajin tempe kurang sukses sebanyak 58 juga menggunakan modal 1 juta ketika memulai usaha. Data ini menunjukkan bahwa antar kedua kelompok industri tempe relatif sama dalam menggunakan modal awal, sehingga dari data ini diduga bahwa penggunaan modal awal bukan merupakan faktor kunci sukses usaha tempe. Selain itu modal utama bagi usaha tempe adalah bahan baku, dan umumnya dibeli dengan sistem kredit. Banyak sedikit modal terutama untuk memproduksi kedelai sangat tergantung dari banyaknya pelanggan dan luasan pasar yang dimiliki.

17. Pencatatan Keuangan

Dari segi pencatatan keuangan, 87.5 responden pengrajin tempe sukses sudah melakukan pencatatan keuangan dalam usahanya, sedangkan responden pengrajin tempe yang kurang sukses hanya 33.33 yang melakukan pencatatan keuangan. Industri sukses memiliki pembukuan keuangan terutama untuk bahan baku kedelai, modal, omset, keuntungan serta pengeluaran setiap hari, sedangkan industri tempe kurang sukses umumnya belum melakukan pembukuan keuangan. Pengelolaan keuangan usaha hanya berdasarkan perkiraan saja. Dari data ini terlihat perbedaan antar kedua kelompok industri, sehigga pencatatan keuangan diduga menjadi faktor kunci sukses dalam berwirausaha tempe.

18. Pembagian Peran Sumberdaya Manusia

Dokumen yang terkait

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA BAHAN BAKU KEDELAI TERHADAP INDUSTRI KECIL TEMPE (Studi Kasus Pada Industri Kecil Tempe di Desa Beji, Junrejo, Kota Batu)

0 7 2

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA BAHAN BAKU KEDELAI TERHADAP INDUSTRI KECIL TEMPE (Studi Kasus Pada Industri Kecil Tempe di Desa Beji, Junrejo, Kota Batu)

2 10 14

Analisis dampak krisis ekonomi pada industri tempe skala kecil (Studi kasus: di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 12 101

Analisis internalisasi biaya pengolahan limbah (Studi kasus sentra industri tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

3 15 154

Hubungan karakteristik wirausaha dengan kinerja industri Tempe di Kabupaten Bogor

5 13 80

ANALISIS KORELASI ANTARA KOMPETENSI PENGRAJIN TEMPE DENGAN KINERJA INDUSTRI TEMPE Analisis Korelasi Antara Kompetensi Pengrajin Tempe Dengan Kinerja Industri Tempe (Studi Kasus Di Kabupaten Sukoharjo).

0 3 14

PENDAHULUAN Analisis Korelasi Antara Kompetensi Pengrajin Tempe Dengan Kinerja Industri Tempe (Studi Kasus Di Kabupaten Sukoharjo).

0 4 8

DAFTAR PUSTAKA Analisis Korelasi Antara Kompetensi Pengrajin Tempe Dengan Kinerja Industri Tempe (Studi Kasus Di Kabupaten Sukoharjo).

0 3 4

ANALISIS KORELASI ANTARA KOMPETENSI PENGRAJIN TEMPE DENGAN KINERJA INDUSTRI TEMPE Analisis Korelasi Antara Kompetensi Pengrajin Tempe Dengan Kinerja Industri Tempe (Studi Kasus Di Kabupaten Sukoharjo).

1 5 12

APLIKASI PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi Kasus Pada Industri Tempe Di Kelurahan Kedung Baruk).

0 1 84