dengan harga seperti ketika mendapatkan subsidi dari pemerintah. Ditambah lagi dengan maraknya pedagang kedelai impor di pasar. Para pedagang kedelai
impor tersebut dapat menjual kedelai impor dengan harga yang lebih murah dari KOPTI. Sehingga beberapa responden yang memulai usahaya setelah
pemerintah mencabut subsidi, tidak ada yang mendaftar sebagai anggota KOPTI. Alasan mereka adalah mahalnya harga kedelai yang ada di KOPTI
bila dibandingkan di luar KOPTI. Sejak tahun 2000 hampir sebagian besar anggota KOPTI tidak aktif lagi, sehingga keanggotaan KOPTI tidak
berpengaruh terhadap kesuksesan usaha tempe.
4. Asal Kedelai
Para pengrajin tempe membeli kedelai dari berbagai tempat. Berdasarkan hasil wawancara, ada tiga tempat pembelian kedelai yang
dilakukan oleh responden. Ada yag berasal dari importir Cina, pedagang kedelai non Cina dan koperasi. Responden pengrajin tempe sukses maupun
yang kurang sukses umumnya membeli kedelai dari importir Cina. Hal ini sangat berbeda ketika koperasi masih mendapatkan subsidi kedelai impor dari
pemerintah, hampir semua pengrajin membeli kedelai dari KOPTI. Alasan para pengrajin membeli kedelai di luar KOPTI adalah karena harga kedelai di
luar KOPTI lebih murah. Selain itu mereka mendapatkan kemudahan dalam pelayanan dan tidak jarang mereka mendapatkan bonus pada waktu-waktu
tertentu misalnya pada hari raya. Dari temuan di lapangan ini maka asal kedelai diduga bukan merupakan faktor kunci sukses dalam berwirausaha
tempe.
5. Sumber Modal
Modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting bagi industri kecil. Modal usaha tempe diperoleh pengrajin dengan berbagai macam cara.
Sebagian pengrajin memodali usahanya dengan modal milik sendiri dan sebagian lagi menggunakan modal pinjaman baik dari tetangga, teman,
saudara dan beberapa dari KOPTI. Kelompok industri tempe yang sukses maupun kelompok kurang sukses umumnya menggunakan modal yang berasal
dari milik sendiri, sehingga sumber modal tidak berpengaruh terhadap kesuksesan industri kecil tempe dan diduga bukan merupakan faktor kunci
sukses.
6. Pembinaan terhadap Karyawan
Pembinaan atau pelatihan diberikan secara tidak langsung kepada para pekerja yang mayoritas dari anggota keluarga. Para pekerja diajari bagaimana
cara membuat tempe dan bisnis tempe secara umum. Hal ini dengan harapan kelak mereka dapat mandiri. Terhadap karyawan yang sering absent atau
malas biasanya pemilik hanya akan menegur dan hal ini jarang terjadi, karena pekerja mayoritas berasal dari anggota keluarga dan tinggal satu rumah
sehingga mudah dalam melakukan pengontrolan. Dari data didapatkan ada beda antara industri kecil tempe yang sukses dan kurang sukses berkenaan
dengan pembinaan terhadap karyawan. Perbedaan yang terjadi antara industri sukses dan kurang sukses disebabkan karena terdapat beberapa industri kurang
sukses yang tidak mempekerjakan karyawan atau usaha tempe ditangani sendiri. Pembinaan yang dilakukan industri tempe cukup sederhana seperti
yang disebutkan diatas dan tidak ada program khusus dari pemilik usaha untuk pekerjanya , sehingga pembinaan terhadap karyawan diduga bukan merupakan
faktor kunci sukses usaha tempe.
7. Penambahan Modal dari Keuntungan