dikumpulkan, dianalisis, kemudian dievaluasi untuk mengetahui berhasil atau tidakkah perlakuan yang diberikan. Hasil refleksi ini dijadikan sebagai pedoman
perencanaan yang akan dilaksanakan pada siklus selanjutnya.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh indera Arikunto, 2006: 156. Metode observasi dalam penelitian ini adalah pengamatan langsung pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Metode observasi digunakan untuk melakukan penilaian terhadap penguasaan keterampilan proses sains siswa serta
hasil belajar psikomotorik siswa selama pelaksanaan pembelajaran. Instrumen penelitian yang digunakan berupa lembar observasi. Pengisian
lembar observasi berpedoman pada kriteria penilaian keterampilan proses dan kriteria hasil belajar ranah psikomotorik yang telah disusun. Untuk mengetahui
validitas lembar observasi dalam penelitian ini digunakan validitas konstruk construct validity. Menurut Arikunto 2007: 65, kevalidan suatu instrumen
dapat terpenuhi karena instrumen tersebut telah dirancang dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang berlaku. Instrumen yang berupa lembar observasi telah
disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, sehingga secara logis instrumen telah valid. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa validitas logis yang berupa validitas konstruksi dalam penelitian ini tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung digunakan setelah
instrumen tersebut selesai disusun. Lembar observasi keterampilan proses dan hasil belajar psikomotorik terdapat pada Lampiran 20 dan 24.
2. Metode Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok Arikunto, 2006: 150. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi listrik dinamis setelah diberi tindakan post-test. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif yang berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan
dan tes uraian. Sebelum soal-soal tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap soal-soal
tersebut untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda soal uji coba siklus I, II dan III terdapat pada Lampiran 26, 27 dan 28. Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1
Rembang, Purbalingga tahun ajaran 2011 2012.
Validitas Soal
Menurut Sugiyono 2008: 121, instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data mengukur itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Persamaan yang digunakan untuk mengetahui validitas soal pada penelitian ini adalah:
Arikunto, 2007: 79
Keterangan: = koefisien korelasi biserial
M
p
= rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
M
t
= rerata skor total S
t
= standar deviasi dari skor total p
= proporsi siswa yang menjawab benar p
q = proporsis siswa yang menjawab salah
q = 1 – p Harga
dikonsultasikan dengan r
tabel
product moment. Soal dikatakan valid jika harga
r
tabel
dengan taraf signifikan 5 . Hasil analisis validitas soal pada uji coba soal diperoleh bahwa dari 25 soal yang diujicobakan pada siklus I,
18 soal dikategorikan valid dan 7 soal dikategorikan tidak valid. Pada siklus II, dari 15 soal yang diujicobakan, 12 soal dikategorikan valid dan 3 soal
dikategorikan tidak valid. Pada siklus III, dari 15 soal yang diujicobakan, 12 soal dikategorikan valid dan 3 soal dikategorikan tidak valid. Contoh perhitungan
validitas butir soal terdapat pada Lampiran 29.
Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama
Sugiyono, 2008: 121. Persamaan yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes objektif
adalah persamaan KR-20, yaitu: ∑
Keterangan: =
reliabilitas tes secara keseluruhan p
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q =
proporsi subjek yang menjawab item dengan salah q = 1 – p ∑ =
jumlah hasil perkalian antara p dan q n =
banyaknya item
S = standar
deviasi Arikunto, 2007: 100
Kriteria reliabilitas butir soal: ,
, sangat rendah
, ,
rendah ,
, cukup
, ,
tinggi ,
, sangat tinggi
Harga r
11
dikonsultasikan dengan r
tabel
product moment dengan taraf signifikan 5 . Jika
maka perangkat tes dikatakan reliabel. Hasil analisis reliabilitas soal pada uji coba soal siklus I, II, dan III diperoleh bahwa soal
yang diujicobakan bersifat reliabel. Contoh perhitungan reliabilitas instrumen terdapat pada Lampiran 30.
Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran difficulty index. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Persamaan untuk mengetahui besar indeks kesukaran yaitu:
Keterangan: P = indeks
kesukaran B
= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS =
jumlah seluruh siswa peserta tes Arikunto, 2007: 208
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:
, ,
sukar ,
, sedang
, ,
mudah Arikunto, 2007: 210
Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada uji coba soal diperoleh bahwa dari 25 soal yang diuji cobakan pada siklus I, 4 soal dikategorikan sukar, 13 soal
dikategorikan sedang, dan 8 soal dikategorikan mudah. Pada siklus II, dari 15 soal yang diuji cobakan, 4 soal dikategorikan sukar, 6 soal dikategorikan sedang, dan 5
soal dikategorikan mudah. Pada siklus III, dari 15 soal yang diuji cobakan, 2 soal dikategorikan sukar, 8 soal dikategorikan sedang, dan 5 soal dikategorikan mudah.
Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal terdapat pada Lampiran 31.
Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Persamaan untuk menentukan indeks diskriminasi yaitu:
Keterangan: J
= jumlah peserta tes
J
A
= banyaknya peserta kelompok atas
J
B
= banyaknya peserta kelompok bawah
B
A
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
B
B
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
P
A
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P sebagai
indeks kesukaran
P
B
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut: ,
, = jelek ,
, = cukup ,
, = baik ,
, = sangat baik
Arikunto, 2007: 213-214 Hasil analisis terhadap daya pembeda soal diperoleh bahwa dari 25 soal
pada siklus I, 8 soal dikategorikan baik, 11 soal dikategorikan cukup, dan 6 soal dikategorikan jelek. Dari 15 soal pada siklus II, 4 soal dikategorikan baik, 8 soal
dikategorikan cukup, dan 3 soal dikategorikan jelek. Dari 15 soal pada siklus III, 5 soal dikategorikan baik, 7 soal dikategorikan cukup, dan 3 soal dikategorikan
jelek. Contoh perhitungan daya pembeda soal terdapat pada Lampiran 32.
3.6 Metode Analisis Data