meliputi persepsi perception, kesiapan set, gerakan terbimbing guided response, gerakan terbiasa mechanism, gerakan kompleks complex overt
response, penyesuaian adaption, dan kreativitas Anni, 2007: 10. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika
merupakan suatu perubahan yang terjadi pada setiap individu sekaligus sebagai bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang setelah mengalami kegiatan
belajar fisika.
2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Trianto 2007: 41 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep
yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah
yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
secara kolaboratif yang terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen Isjoni, 2011: 15. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling
bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Menurut Sudibyo 2003: 13, belajar belum selesai jika salah satu teman dalam
kelompok belum menguasai bahan pembelajaran.
Trianto 2007: 42 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara
berkolaborasi mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa yang berbeda latar belakangnya. Menurut Slavin 2010: 4 dalam pembelajaran kooperatif para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling
mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Sudibyo 2003: 14 menjelaskan bahwa selain dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif
untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang
sulit. Selanjutnya Stahl menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku
sosial Isjoni, 2011: 15. Menurut Isjoni 2011: 27, beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif
adalah:
Setiap anggota memiliki peran. Setiap anggota kelompok mendapatkan dan mengerjakan tugas dalam
kelompok. Sebagai contoh, pada eksperimen hukum Ohm, satu kelompok terdiri dari empat siswa. Maka keempat siswa tersebut harus terlibat dalam
serangkaian kegiatan percobaan yang dilakukan, misalnya terlibat dalam proses perangkaian alat, pengamatan, maupun penyusunan laporan.
Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa.
Contoh bentuk interaksi langsung antar siswa yaitu adanya kerjasama antar siswa. Kerjasama siswa dapat diketahui pada saat siswa melakukan percobaan
maupun diskusi kelompok.
Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman sekelompoknya.
Pada pembelajaran kooperatif, setiap siswa berperan sebagai anggota kelompok. Setiap anggota kelompok tidak hanya mengupayakan keberhasilan
belajarnya, tapi mereka juga mengupayakan keberhasilan belajar anggota kelompoknya. Jika masih terdapat salah satu anggota dalam suatu kelompok
yang belum mencapai keberhasilan dalam belajar, maka proses belajar dalam kelompok tersebut dikatakan belum selesai. Jika hal tersebut terjadi, maka
proses belajar harus dilanjutkan.
Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok.
Keterampilan-keterampilan interpersonal yaitu keterampilan-keterampilan yang pada dasarnya telah dimiliki oleh setiap anggota kelompok. Contoh
keterampilan interpersonal siswa yaitu keterampilan berkomunikasi. Dalam pembelajaran kooperatif, guru berperan sebagai fasilitator. Jadi, guru hanya
mengupayakan cara dan strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan interpersonalnya.
Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Guru tidak setiap saat berinteraksi dengan kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, yang diutamakan adalah interaksi antar siswa dalam kelompok.
Guru akan melakukan interaksi dengan kelompok pada saat kelompok benar- benar membutuhkan arahan dan bimbingan guru.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Menurut Lie 2004: 29, ada unsur-unsur dasar cooperative learning
yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa
dianggap pembelajaran kooperatif Suprijono, 2010: 58. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus
diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:
Positive interdependence saling ketergantungan positif Dalam pembelajaran kooperatif, usaha yang dilakukan oleh anggota
kelompok sangat menentukan keberhasilan penyelesaian tugas kelompok. Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota
kelompok. Oleh karena itu, siswa benar-benar memahami bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggota kelompok dan semua anggota
dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan.
Personal responsibility tanggung jawab perseorangan Keberhasilan kelompok sangat bergantung pada masing-masing anggota
kelompoknya. Maksud dari tanggung jawab perseorangan menurut Rusman 2010: 204 adalah kelompok tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh
anggota kelompok. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.
Face to face promotive interaction interaksi promotif
Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan yang sangat luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi
untuk saling bertukar informasi dengan anggota kelompok yang lain. Menurut Suprijono 2010: 60, unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling
ketergantungan positif.
Interpersonal skill komunikasi antar anggota Komunikasi merupakan modal utama dalam suatu kelompok. Suprijono
2010: 61 menjelaskan bahwa untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan, peserta didik harus saling mengenal dan memercayai,
mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
Group processing pemrosesan kelompok
Menurut Suprijono 2010: 61, tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan
kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Pemrosesan kelompok menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja
kelompok dan hasil kerja sama mereka, sehingga mereka bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Menurut Trianto 2007: 44-45, pembelajaran kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan kerjasama dan kolaborasi,
dan juga keterampilan-keterampilan tanya jawab. Menurut Slavin 2010: 33, tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan agar dapat menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan
memberikan kontribusi. Adapun sintaks model pembelajaran kooperatif menurut Suprijono 2010:
65 adalah sebagai berikut. Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik
Fase 2: Present information Menyajikan informasi
Fase 3: Organize students into learning
teams
Mengorganisasikan peserta didik ke
dalam tim-tim belajar
Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan
menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari serta memberikan
motivasi belajar kepada siswa.
Guru mempresentasikan informasi atau materi kepada peserta didik secara
verbal.
Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan
membimbing tim agar melakukan
Fase 4: Assist team work and study
Membimbing tim bekerja dan belajar
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
transisi secara efektif dan efisien. Guru membimbing tim-tim belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi kemampuan peserta didik tentang materi pembelajaran atau
kelompok-kelompok
mempreserntasikan hasil kerjanya.
Guru mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu
maupun kelompok.
Joyce menyatakan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat- perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer,
kurikulum, dan lain-lain Trianto, 2007: 5. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Menurut Rusman 2010: 218, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif yang
menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam kelompok kecil. Selanjutnya, Lie 2004: 69 menegaskan bahwa dalam jigsaw siswa bekerja dengan sesama
siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Dalam jigsaw, para siswa diberi tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan lembar ahli yang terdiri dari topik-topik yang berbeda yang
harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca. Setelah semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang
mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam ”kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim
mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka Slavin, 2010: 237.
Jadi, para anggota dari tim-tim yang berbeda, tetapi membicarakan topik yang sama bertemu untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari topik
tersebut. Setelah itu, siswa kembali ke tim asalnya dan mengajarkan materi yang telah mereka pelajari dalam tim ahli. Setiap ahli secara bergiliran mengajarkan
keahliannya kepada tim asal. Menurut Huda 2011: 121, dalam model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam kelompok ahli. Setelah masing-masing anggota menjelaskan
bagiannya masing-masing kepada teman satu kelompoknya, mereka siap untuk diuji secara individu.
Menurut Slavin 2010: 246, jigsaw adalah salah satu metode kooperatif yang paling fleksibel. Beberapa modifikasi dapat membuatnya tetap pada model
dasarnya tetapi mengubah beberapa detil implementasinya. Terkait dengan hal tersebut, Lie menambahkan bahwa siswa yang terlibat di dalam pembelajaran
model kooperatif tipe jigsaw ini memperoleh prestasi yang lebih baik, mempunyai
sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, selain saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain Rusman, 2010: 218.
Adapun langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Rusman 2010: 218 yaitu:
Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang yang bersifat heterogen,
misalnya ras yang berbeda, jenis kelamin yang berbeda, tingkat intelektual yang berbeda, dan sebagainya. Selanjutnya kelompok ini disebut dengan
kelompok asal.
Tiap siswa dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda. Misalnya, suatu kelompok terdiri dari empat siswa. Maka kepada kelompok
tersebut diberikan empat materi yang berbeda, misalnya materi hukum Ohm, materi hambatan kawat penghantar, materi rangkaian hambatan seri, dan
materi rangkaian hambatan paralel.
Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru kelompok ahli.
Misalnya, dalam suatu kelas terdapat enam kelompok asal dengan empat materi yang berbeda. Maka, siswa dari kelompok 1 – 6 yang mendapatkan
materi hukum Ohm berkumpul membentuk kelompok baru. Kemudian siswa dari kelompok 1 – 6 yang mendapatkan materi hambatan kawat penghantar
juga membentuk kelompok baru. Begitu seterusnya sehingga terbentuk empat kelompok ahli, yaitu kelompok ahli materi hukum Ohm, materi hambatan
kawat penghantar, materi rangkaian hambatan seri, dan materi rangkaian hambatan paralel.
Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
menjelaskan kepada anggota kelompok tentang materi yang mereka kuasai.
Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. Misalnya, tim ahli materi hukum Ohm mempresentasikan hasil diskusi
mereka, kemudian siswa lain memberikan tanggapannya.
Pembahasan. Guru membimbing siswa untuk melakukan pembahasan terkait materi yang
telah dipelajari siswa.
Penutup. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi yang telah
dilakukan. Setelah itu, diadakan tes evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli ditunjukkan pada Gambar 2.1, sedangkan proses pembelajarannya ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw
+ =
X +
= X
+ =
X +
= X
+ +
+ +
= =
= =
X X
X X
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
2.3 Keterampilan Proses Sains