BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
a. Tidak ada hubungan strategi koping berfokus pada masalah dengan resiliensi
tinggi dan strategi koping berfokus emosi dengan resiliensi rendah, dengan demikian hipotesa “ada hubungan strategi koping berfokus pada masalah
dengan tingkat resiliensi tinggi dan ada hubungan strategi koping berfokus pada emosi dengan tingkat resiliensi rendah ditolak”.
b. Strategi koping yang digunakan responden selama menjalani tindakan cuci
darah hemodialisis adalah strategi koping berfokus pada masalah sebanyak 70 responden 76,1 dan strategi koping yang berfokus pada emosi sebanyak
22 responden 23,9. c.
Responden gagal ginjal kronik yang menjalani tindakan cuci darah 56,5 memiliki resiliensi tinggi, 12 resiliensi sedang dan 31,5 resiliensi rendah
d. Tidak ada perbedaan resiliensi pada responden gagal ginjal kronik yang
menggunakan problem focused coping maupun pada responden gagal ginjal kronik yang menggunakan emotional focused coping. Kedua strategi koping
ini sering terjadi secara bersamaan. e.
Karakteristik responden gagal ginjal kronik di RSU Haji Adam Malik Medan dalam penelitian ini adalah sebagian besar berjenis kelamin laki-laki dengan
usia rata-rata 41-60 tahun, mayoritas bekerja, dengan tingkat pendidikan sarjana dan SMA serta sudah menikah.
Universitas Sumatera Utara
f. Tidak ada hubungan antara karakteristik demografi responden umur, jenis
kelamin, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan dengan resiliensi.
6.2. Saran
Saran penelitian ini merujuk kepada teori-teori sumber-sumber resiliensi dari Grotberg 1999 yaitu:
1. Bagi Manajemen RS Haji Adam Malik MedanUnit Hemodialisis
a. Diharapkan pihak rumah sakit memberikan ijin kepada keluarga pasien
untuk menemani pasien selama menjalani tindakan hemodialisa. Mengingat sumber resiliensi I have dapat diperoleh karena pasien merasa
ditemani selama menjalani tindakan cuci darah. b.
Diharapkan pihak rumah sakit memfasilitasi pelaksanaan kegiatan kerohanian bagi pasien yang menjalani tindakan cuci darah mengingat
sumber resiliensi I am dapat diperoleh melalui bimbingan kerohanian. c.
Diharapkan pihak rumah sakit memfasilitasi terbentuknya sebuah organisasi atau perkumpulan pasien-pasien yang menjalani hemodialisa
yang bertujuan sebagai wadah untuk bertukar pengalamaninformasi sekitar masalah hemodialisa. Mengingat sumber resiliensi I can dapat
diperoleh melalui perkumpulanpertemuan untuk saling bertukar pengalamaninformasi antara sesama pasien yang menjalani tindakan cuci
darah.
2. Bagi Perawat Hemodialisa
Perawat hemodialisa diharapkan mampu meningkatkan perannya sebagai konselor dan edukator. Peran Perawat sebagai konselor misalnya membantu
Universitas Sumatera Utara