Tabel 4.3 menunjukkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya gejala multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai
tolerance dan VIF. Masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai tolerance yang lebih besar dari 0,1. Untuk
Komite Audit memiliki nilai tolerance 0.8560.1; Proporsi Dewan Komisaris Independen memiliki nilai tolerance 0.8420.1; Kepemilikan
Manajerial memiliki nilai tolerance 0.8620.1; Kualitas Auditor memiliki nilai tolerance 0.8970.1 dan Profitabilitas memiliki nilai tolerance
0.8830.1. Jika dilihat dari VIF, masing-masing variabel independen lebih kecil dari 10 yaitu Komite Audit memiliki VIF 1.16810; Proporsi Dewan
Komisaris Independen memiliki VIF 1.18810; Kepemilikan Manajerial memiliki VIF 1.16010; Kualitas Auditor memiliki VIF 1.11410 dan
Profitabilitas memiliki VIF 1.20010. Maka kesimpulan yang diperoleh adalah tidak terjadi gejala multikolinearitas dalam variabel independennya.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan
yang lain.
Scatterplot
Gambar 4.3 Grafik
Scatterplot Sumber: Diolah dengan SPSS, 2015.
Dari grafik scatterplot yang telah disajikan diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y
yang tidak membentuk pola secara teratur. Titik-titik yang menyebar menjauh dari titik-titik yang lain yang berarti mengindikasikan bahwa data
observasi yang berbeda dari penelitian lainnya. Disimpulkan bahwa data ini homoskesdastisitas dan tidak heteroskedastisitas.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan penganggu. Uji ini dilakukan
dengan menggunakan analisis Durbin-Watson DW test. Pengambilan
keputusan pada asumsi ini memerlukan dua nilai bantu yang diperoleh dari tabel Durbin-Watson, yaitu nilai dI dan du untuk K= jumlah variable bebas
dan n= jumlah sampel. Jika nilai DW berada diantara nilai du hingga 4-du, berarti asumsi tidak terjadi autokorelasiterpenuhi. Adapun kriteria dalam
penentuan autokorelasi adalah sebagai berikut: 1 Jika DW DI atau DW 4-DI maka terdapat autokorelasi.
2 Jika DI DW DU atau 4-DU DW 4-DI maka status autokorelasi tidak dapat dijelaskan inclonclusive.
3 Jika DU DW 4-DU maka tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4
HASIL UJI AUTOKORELASI
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1
.312
a
.098 .049
.08347 2.071
a. Predictors: Constant, PROFITABILITAS, KOMITE AUDIT, KUALITAS AUDITOR, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, PROPORSI DEWAN KOMISARIS INDEPENDEN
b. Dependent Variable: MANAJEMEN LABA
Sumber: Diolah dengan SPSS, 2015 .
Berdasarkan tabel 4.4, hasil uji autokorelasi dengan Durbin-Watson menunjukkan angka sebesar 2.071, nilai du yang diperoleh dari D-W tabel
menunjukkanangka sebesar 1.779 dan nilai 4-du menunjukkan angka sebesar 2.221. Dari nilai tersebut dapat diketahui nilai d lebih besar dari nilai du
2.071 1.779 dan nilai d lebih kecil dari nilai 4 - du .,779 2.221, dapat
digabungkan menjadi du d 4 - du 1.7792.0712.221. Dengan demikian, kriteria pengujian autokorelasi melalui pengujian Durbin-Watson dapat
dipenuhi, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadinya autokorelasi pada data yang diobservasi.
4.4 Pengujian Hipotesis