tersebut. Dari soal yang diujicobakan, diambil soal yang mempunyai daya beda cukup atau baik untuk digunakan sebagai alat evaluasi hasil belajar kognitif siswa
berupa soal post-tes. Sebelum soal diujicobakan, soal terlebih dahulu diuji validitasnya melalui uji validitas isi. Analisis hasil uji coba soal secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 5. Kegitan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model learning
cycle 7E. Model ini terdiri dari 7 fase yaitu fase elicit, engege, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend. Penyusunan RPP disesuaikan dengan model
learning cycle 7E. Setiap akhir siklus dilakukan perbaikan yang disesuaikan dengan refleksi setelah tindakan dilaksanakan. Dalam pelaksanaan model learning
cycle 7E, siswa dibagi menjadi tujuh kelompok dimana satu kelompok beranggotakan empat orang siswa. Kelompok ini nantinya akan terus digunakan
pada siklus selanjutnya.
4.2.1 Pembahasan Siklus I
Pembahasan yang diuraikan disini didasarkan atas pengamatan dan refleksi diri. Selama proses pembelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk
memberikan pertanyaan dan pendapat terkait materi Usaha dan Energi pada sub pokok bahasan bentuk energi, perubahan bentuk energi, dan hukum kekekalan
energi. Siklus I dapat dilaksanakan dalam satu pertemuan dengan materi awal bentuk energi, perubahan bentuk energi, dan hukum kekekalan energi. Pada siklus
I siswa dibagi menjadi tujuh kelompok dimana satu kelompok beranggotakan empat orang siswa. Pembagian kelompok ditentukan langsung oleh peneliti agar
pembagian kelompok tidak memakan waktu yang terlalu lama yang akan
mengganggu proses pembelajaran. Setelah dilaksanakan pengamatan terhadap tindakan pembelajaran menggunakan model learning cycle 7E pada siklus I ini,
diketahui bahwa: 1.
Pada awal siklus ini masih terdapat banyak siswa yang berada di luar padahal bel masuk sudah berbunyi.
2. Suasana kelas masih belum kondusif dan masih belum tertib. Terlihat ada
beberapa siswa yang masih berbicara sendiri dan belum sepenuhnya fokus pada kegiatan pembelajaran. Kelengkapan pakaian seluruh siswa sudah
lengkap, walaupun masih banyak yang belum dirapikan. Pada siklus I ini terlihat siswa belum terbiasa dengan model pembelajarn learning cycle 7E,
sehingga diperlukan waktu untuk membuat seluruh siswa fokus pada kegiatan pembelajaran.
3. Pada tahapan diskusi dan praktikum baik di dalam kelompok maupun antar
kelompok belum dapat terkondisi. Hal itu terjadi karena sebagian siswa belum terbiasa atau belum dekat dengan anggota kelompoknya, dimana ketika di
kelas VII mereka tidak satu kelas. 4.
Pada saat tahap percobaan atau praktikum, kerjasama kelompok masih belum terjalin dengan baik, kebanyakan masih agak canggung dan masih
mengandalkan temannya yang pandai. 5.
Pada saat pembelajaran, hanya siswa yang tergolong pandai yang relatif sering berpendapat, hal serupa juga terjadi pada saat tahap mempresentasikan hasil
praktikum. Selain siswa tersebut, kebanyakan siswa belum berani dan masih
merasa kurang percaya diri untuk berpendapat ataupun mewakili kelompoknya mempresentasikan hasil praktikum.
Ketika pembelajaran siklus I berlangsung, belum terlihat keaktifan seluruh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hanya siswa yang tergolong pandai
yang terlihat aktif berpendapat dan bertanya. Siswa yang lain lebih banyak bertanya mengenai langkah-langkah dalam praktikum maupun dalam pengisian
LKS, sehingga mengakibatakan praktikum kurang optimal dan membutuhkan waktu yang agak lama. Oleh karena itu, peneliti perlu untuk menjelaskan kembali
cara pembelajaran menggunakan model learning cycle 7E. Secara keseluruhan, pelaksanaan pembelajaran pada siklus I masih perlu
ditingkatkan. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penggunaan model learning cycle 7E pada siklus I belum optimal,
sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus selanjutnya harus ditingkatkan lagi keterlaksanaan model learning cycle 7E. Untuk mewujudkan hal
tersebut peneliti berusaha untuk mengkondisikan kelas agar menjadi lebih kondusif, membimbing dan mengajak siswa agar aktif dalam proses pembelajaran.
Siswa juga perlu diberikan motivasi untuk menjadi lebih baik lagi dalam berbagai hal, seperti kelengkapan dan kerapian pakaian, dan tidak berada di luar kelas jika
bel masuk sudah berbunyi. Berdasarkan Tabel 4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3 secara berurutan
diperoleh nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa sebesar 71,73 dengan ketuntasan klasikal 60.71, nilai rata-rata hasil belajar afektif siswa sebesar 72,70
dengan ketuntasan klasikal 57,14, dan nilai rata-rata hasil belajar psikomotorik
siswa sebesar 74,11 dengan ketuntasan klasikal 67,86. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
dicapai siswa belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Dari hasil analisis tiap indikator hasil belajar afektif yang disajikan pada
Tabel 4.4, dapat diketahui bahwa pada siklus I siswa memperoleh nilai tertinggi untuk indikator kerapian pakaian sebesar 94,64, sebaliknya nilai terendah
diperoleh untuk indikator kemampuan menyampaikan pendapat yang hanya sebesar 41,07. Pada siklus I nilai siswa untuk kehadiran di kelas, tanggung jawab,
kerapian pakaian, dan bekerjasama dalam kelompok sudah cukup baik. Untuk indikator menghargai pendapat orang lain, menyampaikan pendapat, dan
memperhatikan pelajaran nilai yang didapat masih rendah. Rendahnya nilai siswa pada ketiga indikator ini disebabkan pada siklus I masih banyak siswa yang
kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kebanyakan siswa kurang berani atau kurang percaya diri untuk mengutarakan pendapatnya pada saat
mempresentasikan hasil eksperimen dan diskusi maupun pada saat diskusi kelas. Hanya beberapa siswa yang tergolong pandai yang aktif dalam bertanya dan
berpendapat. Hal ini terjadi pada siklus I karena siswa belum begitu memahami atau masih asing dengan model learning cycle 7E dan karena pembelajaran yang
digunakan oleh guru sebelumnya lebih sering dengan metode ceramah sehingga siswa menjadi terbiasa untuk pasif dan tidak terbiasa untuk berpendapat.
Dari hasil analisis tiap indikator hasil belajar psikomotorik yang disajikan pada Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa pada siklus I siswa memperoleh nilai
tertinggi untuk indikator mempersiapkan alat dan bahan bahan serta kerapian dan
kebersihan alat praktikum yaitu sebesar 84,82, sebaliknya nilai terendah diperoleh untuk indikator kemampuan kesungguhan mengamati percobaan yang hanya
sebesar 65,18. Pada siklus I nilai siswa untuk indikator mempersiapkan alat dan bahan serta kerapian dan kebersihan alat praktikum sudah baik, untuk indikator
merangkai alat dan bahan dan efektifitas waktu sudah cukup baik, sedangkan untuk indikator melaksanakan percobaan dan kesungguhan mengamati percobaan
nilai yang didapat masih rendah. Rendahnya nilai kedua indikator ini karena dalam dalam melaksanakan percobaan kebanyakan siswa masih sering bertanya
dan meminta bantuan pada guru; dalam melaksanakan percobaan siswa masih kurang cermat, teliti, dan sungguh-sungguh.
Dari hasil belajar siswa yang diperoleh dan kondisi selama proses pembelajaran berlangsung, kegiatan pembelajaran pada siklus I perlu diperbaiki
agar kondisi siswa dan suasana kelas selama proses pembelajaran lebih kondusif dan hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai dengan harapan. Langkah perbaikan
yang dapat dilakukan meliputi: 1 memotivasi siswa untuk lebih serius pada saat praktikum, 2 memotivasi siswa untuk aktif dalam bertanya dan berpendapat, 3
memberi penghargaan pada siswa yang aktif, 4 memberi penghargaan pada siswa yang mendapatkan nilai tertinggi saat ulangan, 5 memberi penghargaan
pada kelompok dengan hasil praktikum dan diskusi terbaik, 6 membimbing seluruh siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran.
4.2.2 Pembahasan Siklus II