PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI

(1)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA POKOK

BAHASAN USAHA DAN ENERGI

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh Zulfani Aziz 4201409041

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013


(2)

ii

Hasil Belajar Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi disusun oleh

Nama : Zulfani Aziz

NIM : 4201409041

telah disetujui dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, 27 Maret 2013 Mengetahui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ani Rusilowati, M. Pd Drs. M. Sukisno, M. Si


(3)

iii Skripsi yang berjudul

Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi

disusun oleh

Nama : Zulfani Aziz

NIM : 4201409041

telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada tanggal 11 April 2013.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Wiyanto, M. Si Dr. Khumaedi, M. Si

NIP. 19631012 198803 1 001 NIP. 19630610 198901 1 002

Ketua Penguji

Dr. Sulhadi, M. Si

NIP. 19710816 199802 1 001

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ani Rusilowati, M. Pd Drs. M.Sukisno, M. Si


(4)

iv

orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 11 April 2013

Zulfani Aziz NIM 4201409041


(5)

v

MOTTO

Barang siapa yang ingin memiliki dunia maka itu didapat dengan ilmu, barang siapa yang ingin memiliki akhirat maka itu didapat dengan ilmu, dan barang siapa yang ingin keduanya maka itu pula didapat dengan ilmu. (HR. At Tabrani).

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). (QS. Al Insyirah, 94: 6-7).

The only way to do great work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep looking. Don’t settle. As with all matters of the heart, you’ll know when you find it. (Steve Jobs)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

♥Bapak dan Ibu tercinta,

♥adikku Khofianida Fitriani,

♥sahabatku tercinta

♥adik-adik di SMP yang telah menginspirasiku, dan


(6)

vi

hidayahNya yang senantiasa mengiring langkah penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul ”Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP pada Pokok Bahasan Usaha dan Energi”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang terlibat yang selalu memberikan inspirasi, motivasi, petunjuk, bimbingan dan arahan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Khumaedi, M.Si, ketua jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Semarang.

4. Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd, dosen pembimbing I yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir. Terimakasih atas semua pelajaran dan ilmu yang bermakna serta motivasi yang Ibu berikan.

5. Drs. M. Sukisno, M.Si, dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, ide dan masukan yang membangun, serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih atas semua pelajaran dan ilmu yang bermakna serta motivasi yang Bapak berikan.


(7)

vii

bimbingan, dan dukungan kepada penulis selama kuliah.

7. Bapak/Ibu dosen khususnya Jurusan Fisika FMIPA yang telah memberi bekal kepada penulis selama kuliah dan telah mendidik penulis untuk bersikap terbuka, kreatif, dan bijaksana.

8. Kepala SMP Negeri 9 Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Asteria Flora, M.Pd selaku guru fisika kelas VIII serta Bapak/Ibu guru/staff SMP Negeri 9 Semarang yang telah memberikan fasilitas, dukungan dan arahan kepada penulis selama mengadakan penelitian.

10.Bapak dan ibu tercinta dengan segala doa dan kasih sayangnya yang tulus, dan adikku Khofianida Fitriani yang senantiasa menumbuhkan semangat dan motivasiku.

11.Sahabat-sahabatku tercinta, teman-teman Fisika angkatan 2009, terima kasih untuk kebersamaan dan kekeluargaan yang kalian berikan.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berperanserta dalam membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Teriring doa semoga Allah SWT memberikan balasan yang terbaik kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat membuka wawasan dan pengetahuan serta bermanfaat bagi kita semua. Amin.


(8)

viii

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Prof. Dr. Ani Rusilowati, M.Pd. dan Pembimbing Pendamping Drs. M. Sukisno, M.Si.

Kata kunci: learning cycle 7E, hasil belajar, usaha dan energi.

Pembelajaran fisika menekankan pada pemberian pengalaman langsung dengan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran untuk mengkonstruksi, mengeksplorasi pengetahuan sendiri, mengelaborasi dan mengaplikasikan konsep-konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar kognitif siswa kelas VIII A SMP 9 Semarang pada materi gaya masih lebih rendah dari pada kelas lain. Model learning cycle 7E diterapkan pada proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes bentuk objektif pilihan ganda untuk mengukur hasil belajar kognitif dan lembar observasi untuk mengukur hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik. Pada siklus I dan siklus II hasil belajar yang diperoleh siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Hasil belajar siswa dapat mencapai indikator keberhasilan pada siklus III. Berdasarkan analisis uji gain diperoleh gain ternormalisasi aspek kognitif siklus I ke siklus II sebesar 0,095, siklus II ke siklus III sebesar 0,238, dan siklus I ke siklus III sebesar 0,310. Aspek afektif siklus I ke siklus II sebesar 0,126, siklus II ke siklus III sebesar 0,251, dan siklus I ke siklus III sebesar 0,346. Aspek psikomotorik siklus I ke siklus II sebesar 0,132, siklus II ke siklus III sebesar 0,152, dan siklus I ke siklus III sebesar 0,264. Hasil uji gain menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa adalah rendah. Hasil uji-t siklus I ke siklus II diperoleh thitung 1,611 untuk aspek kognitif, 3,453 untuk afektif, dan 6,491 untuk

psikomotorik. Dari siklus II ke siklus III diperoleh thitung 4,712 untuk aspek

kognitif, 4,974 untuk afektif, dan 4,420 untuk psikomotorik. Dari siklus I ke siklus III diperoleh thitung 4,097 untuk aspek kognitif, 8,204 untuk afektif, dan

6,072 untuk psikomotorik. Pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel sebesar

1,703. Hasil uji-t menunjukan bahwa peningkatan hasil belajar siswa adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa penggunaan model learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi secara signifikan. Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa penggunaan model learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan walaupun masih rendah.


(9)

ix

PRAKATA ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Pembatasan Masalah ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 8

2. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.2 Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.3 Hasil Belajar ... 12

2.4 Model Pembelajaran Learning Cycle 7E ... 16

2.5 Tinjauan Materi Usaha dan Energi ... 24


(10)

x

3.2 Fokus Penelitian ... 33

3.3 Desain Penelitian ... 33

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 37

3.5 Instrumen Penelitian ... 38

3.6 Analisis Instrumen ... 38

3.7 Metode Analisis Data ... 42

3.8 Indikator Keberhasilan ... 44

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.2 Pembahasan ... 52

5. PENUTUP ... 72

5.1 Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(11)

xi

Tabel ... Halaman

2.1 Model Learning Cycle Atkin-Karpus ... 17

2.2 Perbandingan Fase dari SCIS dan BSCS 5E pada Learning Cycle ... 18

2.3 Arah Pembelajaran Learning Cycle 7E ... 21

3.1 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 40

3.2 Interpretasi Taraf Kemudahan ... 41

4.1 Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 46

4.2 Hasil Belajar Afektif Siswa ... 47

4.3 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ... 48

4.4 Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif Tiap Siklus ... 50


(12)

xii

2.1 Perubahan Tahapan Learning Cycle 5E menjadi 7E ... 18

2.2 Definisi Usaha ... 28

2.3 Hubungan Usaha dan Energi ... 29

2.4 Bagan Kerangka Berpikir ... 31

3.1 Bagan Siklus Pembelajaran ... 34

4.1 Diagram Batang Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 47

4.2 Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa ... 48

4.3 Diagram Batang Hasil Belajar Psikomotorik Siswa ... 49

4.4 Diagram Batang Gain Ternormalisasi Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif ... 50 4.5 Diagram Batang Gain Ternormalisasi Tiap Indikator Hasil Belajar Psikomotorik 52


(13)

xiii

Lampiran ... Halaman

1. Daftar Nama Siswa Uji Coba Instrumen ... 76

2. Grid For Try Out Test ... 77

3. Try Out Test ... 79

4. Questions Keys For Try Out Test ... 93

5. Analisis Hasil Uji Coba ... 94

6. Grid For Post-Test ... 101

7. Soal Post-Tes Tiap Siklus ... 104

8. Questions Keys For Post-Test ... 115

9. Daftar Siswa Kelas VIII A ... 116

10.Hasil Ulangan Pokok Bahasan Gaya Kelas VIII A ... 117

11.Daftar Kelompok Kelas VIII A ... 118

12.Lembar Penilaian Post-Test ... 119

13.Uji Peningkatan Nilai Post-Test ... 123

14.Rubrik Lembar Observasi Afektif ... 135

15.Lembar Penilaian Afektif ... 136

16.Uji Peningkatan Afektif ... 143

17.Uji Peningkatan Tiap Aspek Afektif ... 155

18.Rubrik Lembar Observasi Psikomotorik ... 158

19.Lembar Penilaian Psikomotorik ... 159


(14)

xiv

24.Work Sheet ... 194

25.Tabel Distribusi r Product-Moment ... 212

26.Tabel Distribusi t ... 213

27.Foto Penelitian ... 214


(15)

1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan melakukan sesuatu sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Oleh karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pembelajaran sains adalah memadukan antara pengalaman proses sains dan pemahaman produk sains dalam bentuk pengalaman langsung (Depdiknas, 2003).

Sebagaimana yang tercantum dalam standar kompetensi mata pelajaran sains atau fisika, terdapat beberapa tujuan untuk mata pelajaran sains atau fisika (Depdiknas, 2003), diantaranya yaitu:

1. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains dan teknologi. 3. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

Dalam tujuan tersebut tercakup kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa yaitu memupuk sikap ilmiah, mengembangkan pengalaman dan menguasai


(16)

konsep dan prinsip fisika. Kompetensi-kompetensi tersebut berkenaan dengan hasil belajar fisika siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Dalam pembelajaran sains atau fisika harus lebih menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa harus benar-benar dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Sains atau fisika bukan berisi informasi yang harus dihafalkan siswa, tetapi informasi yang terdapat dalam sains dapat diperoleh dan dialami siswa secara langsung sehingga kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran sains atau fisika dapat lebih komperhensif meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat tertanamkan dengan baik pada diri siswa. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut dibutuhkan pendekatan yang mampu memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam pembelajaran sains.

Akan tetapi, pada kenyataannya yang terjadi di lapangan masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, mereka belum dapat menggunakan


(17)

dan menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual (Depdiknas, 2003).

Kalau masalah ini dibiarkan dan berlanjut terus, lulusan sebagai generasi penerus bangsa akan sulit bersaing dengan lulusan dari negara-negara lain. Lulusan yang diperlukan tidak sekedar yang mampu mengingat dan memahami informasi tetapi juga yang mampu menerapkannya secara kontekstual melalui beragam kompetensi. Di era pembangunan yang berbasis ekonomi dan globalisasi sekarang ini diperlukan pengetahuan dan keanekaragaman keterampilan agar siswa mampu memberdayakan dirinya untuk menemukan, menafsirkan, menilai dan menggunakan informasi, serta melahirkan gagasan kreatif untuk menentukan sikap dalam pengambilan keputusan (Depdiknas, 2003).

Hal tersebut terjadi dikarenakan proses pembelajaran fisika lebih cenderung menempatkan ilmu fisika sebagai sejumlah informasi yang harus disampaikan dan dihafalkan siswa. Guru cenderung sebagai pusat informasi yang seakan dan bertugas menginformasikan rumus-rumus dan hukum-hukum fisika kepada para siswanya. Karena sifatnya informatif maka tak heran metode penyampaiannya didominasi oleh ceramah yang diselingi dengan tanya jawab. Proses pembelajaran yang berpusat pada guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan, ketika peneliti melakukan studi pendahuluan di sekolah yang akan menjadi lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 9 Semarang khususnya kelas VIII A.

1. Hasil observasi di kelas menunjukan bahwa kecenderungan pembelajaran fisika umumnya masih berpusat pada guru. Siswa cenderung pasif dan rasa


(18)

ingin tahunya rendah. Hal ini menunjukan bahwa aspek afektif dan psikomotorik siswa kurang diberdayakan.

2. Hasil pengumpulan data berupa dokumentasi nilai ulangan gaya, hanya ada lima siswa yang tuntas, sedangkan 23 yang lain tidak tuntas. Kelas yang lain relatif lebih baik.

3. Hasil pengamatan menunjukan bahwa di antara tujuh kelas lain, kelas VIII A merupakan kelas yang paling ramai, paling susah diatur dan nilai rata-rata kelasnya yang lebih rendah daripada kelas yang lain. Kelas VIII A merupakan kelas yang memerlukan perlakuan pembelajaran yang khusus.

Tujuan penerapan kurikulum 2006 (KTSP) pembelajaran yang dilaksanakan adalah melibatkan aktivitas siswa yang menjadikan belajar lebih bermakna. Agar belajar lebih bermakna dalam proses pembelajaran fisika, siswa harus mempunyai pengalaman fisik (aspek psikomotorik) sebagai upaya untuk dapat menemukan gagasan/ ide dan terbentuk sebuah konsep, sehingga konsep-konsep fisika tidak lagi merupakan konsep-konsep yang abstrak dengan menghafal rumus-rumus. Oleh sebab itu, diharapkan dari suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan berpusat pada siswa dan dapat meningkatan hasil belajar yang mencakup peningkatan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah model learning cycle yang terdiri atas beberapa tipe dan fase proses pembelajaran. Salah satunya adalah model learning cycle 7E. Model learning cycle 7E dikembangkan oleh Eisenkraft pada tahun 2003 dan terdiri dari tujuh fase yang terorganisir dengan baik, yaitu Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate dan Extend.


(19)

Secara singkat alur proses pembelajaran dalam model learning cycle 7E dimulai dengan mendatangkan pengetahuan awal siswa, melibatkan siswa dalam kegiatan pengalaman langsung, siswa memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari, memberi siswa kesempatan untuk menyimpulkan dan mengemukakan hasil dari temuannya, memberi siswa kesempatan untuk menerapkan pengetahuannya pada situasi baru, guru membimbing siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah didapat pada konteks baru (Eisenkraft, 2003).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul ”PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

SISWA SMP PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI”.

1.2

Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: apakah penggunaan model pembelajaran learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi?

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa


(20)

kelas VIII A SMP Negeri 9 Semarang setelah menggunakan model pembelajaran

Learning Cycle 7E pada pokok bahasan Usaha dan Energi.

1.4

Pembatasan Masalah

Agar ruang lingkup masalah yang diteliti lebih terarah, maka dilakukan beberapa pembatasan sebagai berikut:

1. Materi fisika pada penelitian ini adalah materi Usaha dan Energi kelas VIII SMP.

2. Pemebelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model learning cycle 7E

yang terdiri atas tujuh fase pembelajaran yang secara sistematis meliputi fase

elicit (mendatangkan pengetahuan awal), engagement (mengajak/ membangkitkan minat), exploration (menyelidiki), explanation (menjelaskan),

elaboration (menerapkan konsep pada situasi lain), evaluation (penilaian),

extend (memperluas).

3. Hasil belajar yang diteliti meliputi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar aspek kognitif siswa yang diteliti dibatasi hanya pada aspek kognitif jenjang pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis(C4). Hasil belajar aspek afektif siswa yang diteliti meliputi kehadiran di kelas, tanggung jawab, menghargai pendapat orang lain, kerapian pakaian, menyampaikan pendapat, memperhatikan pelajaran, dan bekarjasama dalam kelompok. Hasil belajar aspek psikomotorik yang diteliti meliputi memeprsiapkan alat dan bahan, keterampilan merangkai alat dan bahan,


(21)

keterampilan dalam melaksanakan percobaan, kesungguhan dalam mengamati percobaan, kerapian dan kebersihan praktikum, dan efektifitas waktu.


(22)

1.5

Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan konseptual pada penelitian peningkatan mutu dan hasil pembelajaran sains fisika di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi kepada strategi pembelajaran fisika berupa pergeseran dari pembelajaran yang berpusat kepada guru dan hanya mementingkan hasil pembelajaran kepada pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mementingkan proses, keaktifan siswa, dan hasil pembelajaran yang bermakna.

1.5.2 Manfaat Praktis

1.5.2.1Bagi Guru

a. Menambah referensi tentang model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran.

b. Meningkatkan kreativitas dan inovasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

c. Sebagai salah satu pertimbangan instruksional guru, misalnya dalam menentukan strategi, urutan penyajian, pemilihan media pembelajaran serta alat penilaiannya.

1.5.2.2Bagi Peneliti Lain

Laporan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi sebagai acuan dan kajian pengembangan untuk penelitian berikutnya.


(23)

1.6

Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini terdiri atas tiga bagian yang dapat dirinci sebagai berikut:

1) Bagian Prawacana skripsi, pada bagian ini berisi halaman judul, halaman kosong, pernyataan keaslian skripsi, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan daftar lampiran.

2) Bagian Isi skripsi, terdiri atas lima bab, yaitu: (1) pendahuluan, (2) kajian pustaka dan landasan teori, (3) metodologi penelitian, (4) hasil penelitian dan pembahasan, dan (5) penutup.

Bab 1 Pendahuluan menyajikan enam bagian yang ditulis dalam bentuk sub-bab. Keenam bagian tersebut meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

Bab 2 Kajian Pustaka dan Landasan Teori berisi kajian pustaka dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dan kajian teori yang mendukung penelitian. Pada bab ini disajikan pula sub-bab kerangka berpikir penyelesaian masalah dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian.

Bab 3 Metodologi Penelitian menyajikan delapan sub-bab yaitu: tempat dan objek penelitian, fokus penelitian, desain penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis instrumen, metode analisis data, dan indikator keberhasilan.


(24)

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi hasil analisis data dan pembahasannya yang disajikan dalam rangka menjawab permasalahan penelitian. Bab ini terdiri atas beberapa sub-bab hasil penelitian dan sub-bab pembahasan.

Bab 5 Penutup menyajikan dua sub-bab yaitu, (1) simpulan yang berisi simpulan dari penelitian yang dilakukan, dan (2) saran yang berisi rekomendasi peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.


(25)

11

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1

Kajian Pustaka

Penelitian tentang penggunaan model learning cycle 7E telah banyak dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan efektivitasnya dalam pembelajaran. Peneliti melakukan kajian pustaka terhadap beberapa penelitian antara lain Kanli & Yagbasan (2007), Hardiansyah (2010), dan Kusumaningsih (2011).

Hasil penelitian Kanli & Yagbasan (2007) menunjukan bahwa terjadi peningkatan keterampilan proses dan penguasaan konsep siswa, serta siswa lebih merasa senang dengan pengelolaan laboratorium dengan model learning cycle 7E. Hasil penelitian Hardiansyah (2010) menunjukan bahwa dengan menerapkan model learning cycle 7E dalam pembelajaran dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa pada aspek kognitif C2, C3, C4, dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap indikator yang diteliti. Hasil penelitian Kusumaningsih (2011), menunjukan bahwa penerapan model learning cycle 7E dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan prestasi belajar siswa.

Dari tiga penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, semuanya mendapatkan hasil yang positif, dimana tujuan dari setiap penelitian dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian dari ketiga peneliti, peneliti kemudian mengembangkan penelitian dengan menggunakan model


(26)

learning cycle 7E untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada ketiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan pokok bahasan Usaha dan Energi pada siswa kelas VIII SMP.

Perbedaan penelitian peneliti dengan ketiga peneliti terdahulu adalah pada desain penelitian. Apabila ketiga peneliti sebelumnya menggunakan desain penelitian eksperimen, maka peneliti menggunakan desain penelitian tindakan kelas model Kemis & Taggart yang terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

2.2

Belajar dan Pembelajaran

Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh para pakar psikologi. Berikut disajikan beberapa pengertian tentang belajar.

a. Gagne & Berliner (1983: 252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. b. Morgan et.al (1986: 140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan

relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Dari keempat pengertian tersebut, tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:

1) Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.

2) Perubahan perilaku itu terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. 3) Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.

Menurut Gagne sebagaimana dikutip oleh Rifa’i (2011: 192) pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk


(27)

mendukung proses internal belajar. Pembelajaran berorientasi pada bagaimana peserta didik berperilaku, memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang.

2.3

Hasil Belajar

Menurut Gerlach & Ely (1980), sebagaimana dikutip oleh Rifa’i (2011: 85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik seteleh mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu apabila peserta didik mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh peserta didik setelah melaksanakan kegiatan belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan deskripsi tentang perubahan perilaku yang diinginkan atau deskripsi produk yang menunjukan bahwa belajar telah terjadi. Untuk mengukur kemampuan peserta didik di dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut diperlukan adanya pengamatan kinerja (performance) peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung, serta mengamati perubahan kinerja yang telah terjadi.


(28)

Benyamin S. Bloom (1956) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan aspek belajar, yaitu: aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik (Arikunto, 2008: 117).


(29)

2.3.1 Hasil Belajar Kognitif

Bloom membagi aspek kognitif kedalam enam tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2.3.1.1Pengetahuan (C1)

Pengetahuan didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya.

2.3.1.2Pemahaman (C2)

Pemahaman didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dan materi pembelajaran.

2.3.1.3Penerapan (C3)

Penerapan mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi yang baru dan kongkrit.

2.3.1.4Analisis (C4)

Analisis mengacu pada kemampuan memecahkan material ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya.

2.3.1.5Sintesis (C5)

Sintesis mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru.

2.3.1.6Penilaian (C6)

Penilaian mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran (pernyataan, novel, puisi, laporan) untuk tujuan tertentu.


(30)

Dalam penelitian ini hasil belajar kognitif siswa hanya ditinjau dari tingkatan pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4).

2.3.2 Hasil Belajar Afektif

Aspek afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif meliputi penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.

2.3.2.1Penerimaan (receiving)

Penerimaan mengacu pada keinginan peserta didik untuk menghadirkan rangsangan atau fenomena tertentu (aktifitas kelas, buku teks, musik, dan sebaginya).

2.3.2.2Penanggapan (responding)

Penanggapan mengacu pada partisipasi aktif pada diri peserta didik.

2.3.2.3Penilaian (evaluating)

Penilaian berkaitan dengan hargaa atau nilai yang melekat pada objek, fenomena atau perilaku tertentu pada diri peserta didik.

2.3.2.4Pengorganisasian (organization)

Pengorganisasian berkaitan dengan perangkaian nilai-nilai yang berbeda, memecahkan kembali konflik-konflik antar nilai dan mulai menciptakan sistem nilai yang konsisten secara internal.

2.3.2.5Pembentukan pola hidup (organization by complex)

Pembentukan pola hidup mengacu pada individu peserta didik memiliki sistem nilai yang telah mengendalikan perilakunya dalam waktu cukup lama sehingga mampu mengembangkannya menjadi karakteristik gaya hidupnya.


(31)

2.3.3 Hasil Belajar Psikomotorik

Aspek psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk aspek psikomotorik menurut Elizabeth Simpson meliputi persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.

2.3.3.1Persepi

Persepsi berkaitan dengan penggunaan organ penginderaan untuk memperoleh petunjuk yang memandu kegiatan motorik.

2.3.3.2Kesiapan

Kesiapan mengacu pada pengambilan tipe kegiatan terentu. Kategori ini mencakup kesiapan mental (kesiapan mental untuk bertindak), kesiapan jasmani (kesiapan jasmani untuk bertindak), dan kesiapan mental (keinginan untuk bertindak).

2.3.3.3Gerakan terbimbing

Gerakan terbimbing berkaitan dengan tahap-tahap awal di dalam belajar keterampilan kompleks.

2.3.3.4Gerakan terbiasa

Gerakan terbiasa berkaitan dengan tindakan kinerja dimana gerakan yang telah dipelajari itu telah menjadi biasa dan gerakan dapat dilakukan dengan sangat meyakinkan dan mahir.


(32)

2.3.3.5Gerakan kompleks

Gerakan kompleks berkaitan dengan kemahiran kinerja dari tindakan motorik yang mencakup pola-pola gerakan yang kompleks.

2.3.3.6Penyesuaian

Penyesuaian berkaitan dengan keterampilan yang dikembangkan sangat baik sehingga individu partisipan dapat memodifikasi pola-pola gerakan sesuai dengan persyaratan-persyaratan baru atau ketika menemui situasi masalah baru.

2.3.3.7Kreativitas

Kreativitas mangacu pada penciptaan pola-pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu.

2.4

Model Pembelajaran

Learning Cycle 7E

2.4.1 Pengertian model pembelajaran learning cycle

Karplus & Thier (1967) mendefinisikan learning cycle adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada peserta belajar. Learning cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisir sedemikian rupa sehingga peserta belajar dapat menguasai sejumlah kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran melalui peran aktivitas siswa. Learning cycle pada mulanya terdiri atas fase-fase eksplorasi, pengenalan konsep dan aplikasi konsep (Dorlince, 2008). Dari pendapat yang dikemukakan oleh Karplus ini dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran learning cycle berpusat pada siswa sehingga siswa secara aktif menemukan konsep sendiri. Untuk mewujudkan hal tesebut, learning


(33)

cycle terdiri atas tahapan-tahapan yang terorganisir sehingga pemahaman siswa dapat terkonstruksi dengan baik.

2.4.2 Perkembangan model pembelajaran learning cycle

Model pembelajaran learning cycle pertama kali berkembang pada akhir 1950an dan awal 1960an pada zaman reformasi kurikulum oleh Atkin dan Karplus. Kemudian pada tahun 1967 Karplus dan Thier mengemukakan bahwa tiga fase dari model pembelajaran learning cycle terdiri atas preliminary exploration, invention, dan discovery. Pada awalnya model learning cycle ini baru digunakan di program sains sekolah dasar yaitu Science Curriculum Improvement Study (SCIS). Namun kemudian berkembang bahkan sampai ke universitas (Bybee et.al, 2006: 6-7).

Tabel 2.1 Model Pembelajaran Learning Cycle Atkin-Karpus

Fase Kegiatan pembelajaran

Exploration Siswa memilki pengetahuan awal dengan fenomena yang ada

Invention siswa dikenalkan dengan istilah baru yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari

Discovery siswa menerapkan konsep dan menggunakannya pada situai yang baru

Model pembelajaran learning cycle tidak berhenti dengan hanya tiga siklus. Pada pertengahan 1980an Biological Science Curriculum Study (BSCS) mengambangkan model learning cycle menjadi lima fase yaitu terdiri dari fase

engage, explore, explain, elaborate dan evaluate. Perkembangan ini dilakukan dengan menambahkan fase engage di awal pembelajaran yang bertujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa dan fase evaluate ditambahkan di akhir pembelajaran yang bertujuan untuk menilai pemahaman siswa, sedangkan fase


(34)

pemahaman konsep dan aplikasi konsep diganti dengan istilah baru yaitu explain

dan elaborate (Bybee et.al., 2006: 8).

Tabel 2.2 Perbandingan Fase SCIS dan BSCS 5E pada Learning Cycle

SCIS BSCS 5E

Engagement (fase baru)

Exploration Exploration (diadaptasi dari SCIS)

Invention (Term Introduction) Explanation (diadaptasi dari SCIS)

Discovery (Concept Application) Elaboration (diadaptasi dari SCIS)

Evaluation (fase baru)

Perkembangan model learning cycle yang paling baru sudah memiliki tujuh fase sehingga sekarang dikenal dengan model pembelajaran 7E. Perubahan yang terjadi pada tahapan 5E menjadi 7E terjadi pada fase Engage menjadi dua yaitu Elicit dan Engage, sedangkan pada fase Elaborate dan Evaluate menjadi tiga tahapan yaitu Elaborate, Evaluate, dan Extend. Perubahan tahapan learning cycle dari 5E menjadi 7E ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut ini:


(35)

2.4.3 Model pembelajaran Learning Cycle 7E

Eisenkraft (2003) menjelaskan kegiatan setiap tahapan learning cycle 7E

sebagai Elicit, Engage, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate, dan Extend.

2.4.3.1Elicit (Mendatangkan pengetahuan awal siswa)

Pada fase ini, guru berusaha menimbulkan pemahaman awal siswa. Penelitian di bidang kognitif sains menujukan bahwa pemahaman awal merupakan komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Penelitian ini juga menunjukan bahwa siswa lebih mahir menerapkan konsep dibanding siswa lain, (Bransford et.al. dalam Eisenkraft, 2003: 57). Fase ini dapat dilakukan dengan cara guru memberi pertanyaan pada siswa mengenai suatu fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang terkait dengan materi yang akan dipelajari. Namun pada fase ini, guru tidak memberitahukan jawaban yang benar dari pertanyaan yang telah diajukan. Pada fase ini guru hanya memancing rasa ingin tahu siswa sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar agar dapat mengetahui jawaban sebenarnya dari pertanyaan tersebut.

2.4.3.2Engage(Melibatkan)

Fase ini digunakan untuk memusatkan perhatian siswa, merangsang kemampuan berfikir siswa serta membangkitkan minat dan motivasi siswa terhadap konsep yang akan diajarkan. Pada fase ini siswa dilibatkan dalam kegiatan demonstrasi, diskusi, eksperimen atau kegiatan lain. Pada fase ini siswa diajarkan untuk berhipotesis yaitu menyusun jawaban sementara dari masalah yang akan mereka diskusikan atau praktikan. Selain itu, menonton beberapa video juga memiliki potensi tinggi untuk memotivasi siswa (Huang, 2009: 3).


(36)

2.4.3.3Explore(Menyelidiki)

Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama secara mandiri dalam kelompok-kelompok kecil. Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk mengamati data, merekam data, mengisolasi variabel, merancang dan merencanakan eksperimen, membuat grafik, menafsirkan hasil, mengembangkan hipotesis serta mengatur temuan mereka. Guru merangkai pertanyaan, memberi masukan, dan menilai pemahaman siswa.

2.4.3.4Explain (Menjelaskan)

Pada fase ini siswa diperkenalkan pada konsep, hukum dan teori baru. Siswa menyimpulkan dan mengemukakan hasil dari temuannya pada fase explore. Guru mengenalkan siswa pada beberapa kosa kata ilmiah, dan memberikan pertanyaan untuk merangsang siswa agar menggunakan istilah ilmiah untuk menjelaskan hasil eksplorasi.

2.4.3.5Elaborate(Menerapkan)

Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk menerapkan pengetahuannya pada situasi baru. Pada fase ini, guru memberikan permasalahan yang terkait dengan materi yang telah diajarkan untuk dipecahkan oleh siswa.

2.4.3.6Evaluate(Menilai)

Fase evaluasi model learning cycle 7E terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif tidak boleh dibatasi pada siklus-siklus tertentu saja, sebaiknya guru selalu menilai semua kegiatan siswa. Apabila dalam pembelajaran dilakukan praktikum maka pengujian harus termasuk pertanyaan


(37)

yang berkaitan dengan kegiatan praktikum. Selain itu, guru juga mendapatkan umpan balik dari hasil siswa dan dapat memodifikasi strategi pengajaran mereka untuk kursus berikutnya (Huang, 2009: 3).

2.4.3.7Extend(Memperluas)

Pada fase extend guru membimbing siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah didapat pada konteks baru. Fase ini dapat dilakukan dengan cara mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi selanjutnya.

Ketujuh tahapan di atas adalah hal-hal yang harus dilakukan guru dan siswa untuk menerapkan learning cycle 7E pada pembelajaran di kelas. Guru dan siswa mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan tahapan dari learning cycle. Arah pembelajaran serta aktivitas guru dan siswa yang dianjurkan oleh National Science Teachers Association (NSTA) dalam setiap tahap dalam learning cycle 7E dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Arah Pembelajaran Learning Cycle 7E

Fase Arah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

Elicit •Menarik perhatian siswa sebelum pemberian pengetahuan

•Membantu dalam

mentransfer pengetahuan

•Membangun

pengetahuan baru di atas pengetahuan yang telah ada

•Memfokuskan siswa terhadap materi yang akan dipelajari

•Mengajukan pertanyaan kepada siswa dengan pertanyaan seperti “Apa yang kamu pikirkan?” atau “Apa yang kamu ketahui?” yang sesuai dengan permasalahan

•Menampung semua jawaban siswa

•Memfokuskan diri terhadap apa yang disampaikan oleh guru

•Mengingat kembali materi yang telah dipelajari

•Mengajukan pendapat jawaban berdasarkan pengetahuan sebelumnya atau pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari

Engage •Memfokuskan pikiran dan perhatian siswa

•Bertukar informasi dan pengalaman dengan siswa

•Menyajikan demonstrasi atau bercerita tentang fenomena alam yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari

•Memberikan pertanyaan untuk merangsang motivasi dan keingintahuan siswa

•Memperhatikan guru ketika sedang menjelaskan atau

mendemonstrasikan sebuah fenomena

•Mencari dan berbagi informasi yang mendukung konsep yang akan dipelajari


(38)

Fase Arah Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Explore •Melakukan eksperimen

•Mencatat data, membuat grafik, menginterpretasi

hasil

•Diskusi

•Guru membimbing dan

memeriksa pemahaman siswa

•Menjelaskan maksud dari pembelajaran yaitu untuk malaksanakan eksperimen atau diskusi

•Memandu dan membimbing siswa

dalam melakukan eksperimen

•Memberi waktu yang cukup kepada

siswa untuk menyelesaikan eksperimen

•Melakukan eksperimen untuk mendapatkan data

•Mencatat data, membuat grafik, dan menginterpretasikan hasil

•Diskusi dalam kelompok untuk menjawab permasalahan yang disajikan dalam LKS

Explain •Siswa

mengkomunikasikan apa yang telah dieksplorasi secara tertulis dan lisan

•Menyimpulkan hasil eksplorasi

•Pembenaran

•Membimbing siswa dalam

menyiapkan laporan (data dan kesimpulan) eksperimen

•Menganjurkan siswa untuk menjelaskan laporan eksperimen dengan kata-kata mereka sendiri

•Memfasilitasi siswa untuk melakukan presentasi laporan eksperimen

•Mengarahkan siswa pada data dan petunjuk telah diperoleh dari pengalaman sebelumnya atau dari hasil eksperimen untuk mendapatkan kesimpulan

•Melakukan presentasi dengan cara menjelaskan data yang diperoleh dari hasil eksperimen

•Mendengarkan penjelasan kelompok lain

•Mengajukan pertanyaan terhadap penjelasan kelompok lain

•Mendengarkan dan memahami

penjelasan/klarifikasiyang disampaikan oleh guru (jika ada)

•Menyimpulkan hasil eksperimen berdasarkan data yang telah didapat dan petunjuk (penjelasan) dari guru

Elaborate•Transfer pembelajaran

•Aplikasi dari

pengetahuan baru yang telah didapatkan

•Mengajak siswa untuk menggunakan

istilah umum

•Memberikan soal atau permasalahan dan mengarahkan siswa untuk menyelesaikan

•Menganjurkan siswa untuk menggunakan konsep yang telah mereka dapatkan

•Menggunakan istilah umum dan

pengetahuan yang baru

•Menggunakan informasi

sebelumnya yang didapat untuk bertanya, mengemukakan pendapat dan membuat keputusan

•Menerapkan pengetahuan yang baru untuk menyelesaikan soal

Extend •Menghubungkan satu konsep ke konsep lain

•Menghubungkan subjek

satu ke subjek lain

•Memperlihatkan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep yang lain

•Memberikan pertanyaan untuk membantu siswa melihat hubungan antara konsep yang dipelajari dengan konsep/topik yang lain

•Mengajukan pertanyaan tambahan

yang sesuai dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sebagai aplikasi konsep dari materi yang dipelajari

•Membuat hubungan antara konsep

yang telah dipelajari dengan kehidupan sehari-hari sebagai gambaran aplikasi konsep yang nyata

•Menggunakan pengetahuan dari hasil eksperimen untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru, terkait dengan konsep yang telah dipelajari

•Berfikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari

Evaluate •Melakukan penilaian:

•Formatif

•Summatif

•Informal

•formal

•Memberikan penguatan terhadap konsep yang telah dipelajari

•Melakukan penilaian kinerja melalui observasi selama proses

pembelajaran

•Memberikan kuis

•Mengerjakan kuis

•Menjawab pertanyaan lisan yang diajukan oleh guru (baik berupa pendapat maupun fakta)


(39)

2.4.4 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Learning Cycle 7E Kelebihan dari model learning cycle 7E menurut Lorsbach, sebagaimana dikutip oleh Hardiansyah (2010: 24) antara lain:

1. Merangsang siswa untuk mengingat materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya.

2. Memberikan motivasi kepada siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa keingintahuan siswa.

3. Melatih siswa belajar melakukan konsep melalui kegiatan eksperimen.

4. Melatih siswa untuk menyampaikan secara lisan konsep yang telah mereka pelajari.

5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari.

6. Guru dan siswa menjalankan tahapan-tahapan pembelajaran yang saling mengisi satu sama lainnya.

7. Guru dapat menerapkan model ini dengan metode yang berbeda-beda. Kelemahan model learning cycle 7E menurut Fajaroh (2008) adalah:

1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang mengusai materi dan langkah-langkah pembelajaran.

2. Menuntut kesunggahan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.

3. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.


(40)

2.5

Tinjauan materi tentang Usaha dan Energi

2.5.1 Energi

2.5.1.1Pengertian energi

Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha (Wasis, 2008; 165).

2.5.1.2Bentuk-bentuk energi

2.5.1.2.1 Energi kimia

Seperti telah disinggung sebelumnya, makanan dan minuman mengandung energi kimia. Zat-zat kimia yang terkandung di dalam makanan dan minuman tersebut dapat menghasilkan energi kimia karena di dalam tubuh sebenarnya terjadi reaksi kimia yang mengubah zat-zat yang terkandung dalam makanan menjadi energi. Gas, bensin, solar, batu bara, dan minyak tanah juga merupakan sumber energi kimia. Jika contoh-contoh sumber energi tersebut direaksikan, dapat menghasilkan energi.

2.5.1.2.2 Energi Listrik

Menurut Krisno (2008: 202), energi listrik terjadi karena adanya muatan listrik yang bergerak. Muatan listrik yang bergerak akan menimbulkan arus listrik. 2.5.1.2.3 Energi Panas

Energi panas sering disebut juga energi kalor, merupakan salah satu bentuk energi yang berasal dari partikel-partikel penyusun suatu benda (Wasis, 2008: 166). Partikel-partikel suatu benda dapat menghasilkan energi panas apabila ada sesuatu yang dapat membuat partikel-partikel bergerak.


(41)

2.5.1.2.4 Energi Bunyi

Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar. Ketika penggaris kamu getarkan, partikel udara di sekitar mistar akan ikut bergetar, partikel-partikel inilah yang menimbulkan bunyi. Dengan demikian, bunyi dapat dihasilkan oleh getaran partikel udara di sekitar sumber bunyi (Krisno, 2008: 203).

2.5.1.2.5 Energi Nuklir

Krisno (2008: 203) mendefinisikan energi nuklir sebagai energi yang dihasilkan selama reaksi nuklir. Reaksi nuklir terjadi karena reaksi inti di dalam inti radioaktif. Contoh energi nuklir terjadi pada ledakan bom atom dan reaksi inti yang terjadi di matahari. Di matahari, terjadi reaksi inti fusi yang menghasilkan energi nuklir yang sangat besar sehingga energi ini merupakan sumber energi utama di bumi.

2.5.1.3Perubahan energi

Suatu bentuk energi dapat berubah menjadi bentuk energi yang lain. Perubahan bentuk energi yang biasa dimanfaatkan sehari-hari antara lain sebagai berikut:

2.5.1.3.1 Energi listrik menjadi energi panas

Contoh perubahan energi listrik menjadi energi panas terjadi pada mesin pemanas ruangan, kompor listrik, setrika listrik, heater, dan selimut listrik.

2.5.1.3.2 Energi mekanik menjadi energi panas

Contoh perubahan energi mekanik menjadi energi panas adalah dua buah benda yang bergesekan.


(42)

2.5.1.3.3 Energi mekanik menjadi energi bunyi

Perubahan energi mekanik menjadi energi bunyi dapat terjadi ketika kita bertepuk tangan atau ketika kita memukulkan dua buah benda keras.

2.5.1.3.4 Energi kimia menjadi energi listrik

Perubahan energi pada baterai dan aki merupakan contoh perubahan energi kimia menjadi energi listrik.

2.5.1.3.5 Energi listrik menjadi energi cahaya dan kalor

Perubahan energi listrik menjadi energi cahaya dan kalor terjadi pada berpijarnya bohlam lampu. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa energi cahaya biasanya disertai bentuk energi lainnya, misalnya kalor.

2.5.1.3.6 Energi cahaya menjadi energi kimia

Perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dapat kita amati pada proses pemotretan hingga terbentuknya foto.

2.5.1.4Energi mekanik

Energi mekanik merupakan penjumlahan antara besarnya energi kinetik dan energi potensial (Krisno, 2008: 204). Energi mekanik yang dimiliki suatu benda dapat ditulis secara matematis sebagai berikut.

Keterangan:

Em = energi mekanik (Joule)

Ep = energi potensial (Joule)


(43)

2.5.1.4.1 Energi potensial

Energi potensial adalah energi yang disebabkan oleh posisi benda. Semakin besar ketinggian suatu benda, semakin besar pula energi potensial yang dimiliki benda tersebut. Energi potensial juga dipengaruhi oleh massa benda (Wasis, 2008: 168-169).

Dari uraian di atas, energi potensial dapat ditulis ke dalam bentuk matematis sebagai berikut.

Keterangan:

EP = energi potensial (J)

m = massa (kg)

g = percepatan gravitasi (m/s2) h = ketinggian (m)

2.5.1.4.2 Energi kinetik

Energi kinetik dapat didefinisikan sebagai energi yang dimiliki sebuah benda karena kelajuannya. Besar energi kinetik bergantung pada massa benda dan kecepatannya (Wasis, 2008: 169). Energi kinetik dapat dirumuskan sebagai berikut.

Keterangan:

Ek = energi kinetik (J) m = massa (kg)


(44)

v = kelajuan (m/s)

2.5.1.4.3 Hukum kekekalan energi

Menurut Wasis (2008: 170), banyaknya energi yang berubah menjadi bentuk energi lain sama dengan banyaknya energi yang berkurang sehingga total energi dalam sistem tersebut adalah tetap. Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, energi hanya dapat berubah bentuk menjadi bentuk energi lain. Pernyataan ini dikenal sebagai

hukum kekekalan energi. 2.5.2 Usaha

2.5.2.1Pengertian usaha

Usaha adalah perkalian antara gaya yang bekerja dengan besarnya perpindahan (Wasis, 2008: 172).

Gambar 2.2 Definisi Usaha

Dalam bentuk matematis, usaha dapat dituliskan sebagai berikut

Keterangan:

W = usaha (J)

F = gaya yang bekerja pada benda (N) s = perpindahan benda (m)


(45)

2.5.2.2Hubungan energi dan usaha

Sebuah bola berada di atas lantai. Bola tersebut kemudian digerakkan ke atas dengan gaya F, akibatnya bola berpindah setinggi h. Hal ini berarti kita melakukan usaha untuk memindahkan bola dari lantai sampai setinggi h. Ketika bola bergerak, bola memiliki energi kinetik. Pada saat bola berada setinggi h, bola memiliki energi potensial.

Besarnya usaha yang diperlukan untuk memindahkan bola sama dengan selisih energi kinetiknya atau selisih energi potensialnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa besarnya usaha sama dengan besarnya perubahan energi pada benda (Krisno, 2008: 211).

2.5.3 Daya

2.5.3.1Pengertian daya

Menurut Krisno (2008: 212), daya adalah perubahan energi potensial atau energi kinetik tiap satuan waktu.


(46)

Dengan demikian, daya didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan tiap satuan waktu. Daya merupakan besaran fisika yang mempunyai satuan J/s atau watt. Secara matematis daya dituliskan sebagai berikut:

Keterangan:

P = daya (J/s) W = usaha (J) t = waktu (s)

Satuan daya yaitu Joule/sekon (J/s). Dalam satuan SI disebut sebagai watt dilambangkan W. 1 watt = 1 Joule/sekon.

2.6

Kerangka Berpikir

Dalam tujuan pembelajaran fisika dalam KTSP tercakup kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa yaitu memupuk sikap ilmiah, mengembangkan pengalaman dan menguasai konsep dan prinsip fisika. Kompetensi-kompetensi tersebut berkenaan dengan hasil belajar fisika siswa yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian, pada hakikatnya sains atau fisika merupakan ilmu pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam metode ilmiah.

Dalam pembelajaran sains atau fisika harus lebih menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa harus benar-benar dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran untuk memperoleh pemahaman yang lebih


(47)

mendalam tentang alam sekitar. Sains atau fisika bukan berisi informasi yang harus dihafalkan siswa, tetapi informasi yang terdapat dalam sains dapat diperoleh dan dialami siswa secara langsung sehingga kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran sains atau fisika dapat lebih komperhensif meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat tertanamkan dengan baik pada diri siswa. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut dibutuhkan pendekatan yang mampu memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam pembelajaran sains.

Salah satu upaya pemecahan masalah di atas yaitu dengan memberikan pembelajaran sains atau fisika model learning cycle 7E. Model learning cycle 7E

merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa (student centered learning)

dengan berperan aktif dalam menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Penggunaan model learning cycle 7E

pada pembelajaran sains fisika pokok bahasan Usaha dan Energi kelas VIII SMP, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kerangka berpikir peneliti dapat disajikan dalam bagan sebagaimana tergambar pada Gambar 2.4.


(48)

2.7

HIPOTESIS

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran

learning cycle 7E dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 9 Semarang pada pokok bahasan Usaha dan Energi.

Fakta yang ditemui ¾ Pembelajaran cenderung ceramah (teacher center)

¾ Kurang adanya variasi metode dan media pembelajaran

¾ Siswa kurang aktif dalam pembelajaran

¾ Pemahaman konsep siswa rendah

¾ hasil belajar siswa rendah

Perlu perbaikan sistem pembelajaran Fisika dengan memperbaiki model pembelajaran

Model pembelajaran learning cycle 7E

Kegiatan belajar meningkat

¾ Suasana pembelajaran menyenangkan

¾ Motivasi dan minat belajar siswa meningkat

¾ Keaktifan siswa meningkat

¾ Hasil belajar siswa meningkat Hasil yang diharapkan

Pemecahan Masalah


(49)

35

METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Tempat dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Semarang yang beralamat di Pedurungan kota Semarang. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A yang terdiri dari 28 siswa, 11 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

3.2

Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif diukur dengan tes tertulis. Hasil belajar afektif dan psikomotorik diukur dengan lembar observasi.

3.3

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning),

pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

Secara sistematis skema prosedur penelitian tindakan kelas seperti pada Gambar 3.1.


(50)

Gambar 3.1. Bagan Siklus Pembelajaran

Perencanaan Tindakan I:

-observasi identifikasi masalah

-menyusun skenario, perangkat dan instrumen untuk sub pokok bahasan energi dan perubahan bentuk energi

-Validasi perangkat pembelajaran dan instrumen oleh dosen pembimbing dan dosen ahli

-uji coba soal dan analisis soal

Pelaksanaan Tindakan I:

-melaksanakan skenario pembelajaran pada sub pokok bahasan energi dan perubahan bentuk energi sesuai model learning cycle 7E

Pengamatan Tindakan I:

Mengamati dan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E Refleksi Tindakan I:

-menganalisis jawaban post-test

-menganalisis hasil observasi

-hasil analisi menunjukan hasil belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan sehingga perlu perbaikan untuk siklus selanjutnya

Perencanaan Tindakan II:

-identifikasi masalah berdasarkan refleksi I -menyusun skenario, perangkat dan instrumen untuk sub pokok bahasan energi potensial, energi kinetik, dan energi mekanik

Pelaksanaan Tindakan II:

-melaksanakan skenario pembelajaran pada sub pokok bahasan energi potensial, energi kinetik, dan energi mekanik sesuai model learning cycle 7E

Pengamatan Tindakan II:

Mengamati dan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E Refleksi Tindakan II:

-menganalisis jawaban post-test

-menganalisis hasil observasi

-hasil analisi menunjukan hasil belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan sehingga perlu perbaikan untuk siklus selanjutnya

Perencanaan Tindakan III:

-identifikasi masalah berdasarkan refleksi II -menyusun skenario, perangkat dan instrumen untuk sub pokok bahasan usaha, hubungan usaha dan energi, dan daya

Pelaksanaan Tindakan III:

-melaksanakan skenario pembelajaran pada pokok bahasan usaha, hubungan usaha dan energi, dan daya sesuai model learning cycle 7E

Pengamatan Tindakan III:

Mengamati dan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E Refleksi Tindakan III:

-menganalisis jawaban post-test

-menganalisis hasil observasi

-hasil analisis post-test dan hasil observasi menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai sehingga siklus dihentikan


(51)

Langkah-langkah yang ditempuh pada setiap siklus dapat dijelaskan sebagai berikut:

3.3.1 Perencanaan (planning)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

1) Observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa maupun guru. Identifikasi masalah yang dihadapi siswa yaitu hasil ulangan harian mata pelajaran fisika materi sebelumnya. Identifikasi masalah yang dihadapi guru yaitu mengenai metode pembelajaran yang biasa dilakukan, motifasi dan minat siswa terhadap fisika dan situasi pembelajaran di kelas.

2) Menyusun skenario pembelajaran sesuai dengan tahapan pembelajaran

learning cycle 7E dan menyusun perangkat pembelajaran seperti silabus dan sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan lembar kegiatan siswa (LKS).

3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa.

4) Menyusun format lembar observasi untuk penilaian afektif dan psikomotorik. 5) Menyusun kisi-kisi soal uji coba.

6) Melakukan uji coba dan analisis soal uji coba.

3.3.2 Pelaksanaan (Acting)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran learning cycle 7E.

Tindakan yang dilakukan guru adalah orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual


(52)

maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Di setiap akhir siklus, guru memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Pada saat yang bersamaan peneliti bertindak sebagai pengamat (observer) yang melakukan observasi terhadap hasil belajar afektif dan psikomotorik siswa.

3.3.3 Pengamatan (Observing)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengamati dan merekam segala peristiwa yang terjadi selama tindakan untuk memantau sejauh mana efek tindakan pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E. Perekaman data mengenai hasil belajar kognitif, hasil belajar afektif meliputi: kehadiran di kelas, tanggung jawab, menghargaai pendapat orang lain, kerapian pakaian, kemampuan menyampaikan pendapat, memperhatikan pelajaran, bekerjasama dalam kelompok. Hasil belajar psikomotorik meliputi: kemampuan mempersiapkan alat dan bahan, keterampilan merangkai alat dan bahan, keterampilan dalam melaksanakan percobaan, kesungguhan dalam mengamati percobaan, kerapian dan kebersihan alat praktikum, dan efektifitas waktu.

3.3.4 Refleksi (Reflecting)

Refleksi berhubungan dengan proses dan dampak pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah: 1) Menganalisis jawaban dari hasil post-test.

2) Menganalisi hasil observasi.

3) Melakukan perbaikan untuk siklus atau kegiatan belajar mengajar selanjutnya.


(53)

3.4

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi, tes, dan observasi.

3.4.1 Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan mengambil dokumen atau data-data yang mendukung penelitian yang dikelompokan menjadi tiga tingkatan huruf p yakni

person: sumber data berupa orang (daftar nama siswa yang menjadi sampel penelitian), place: sumber data berupa tempat (alamat dan letak SMP Negeri 9 Semarang), paper: sumber data berupa simbol (daftar nilai Fisika kelas VIII pokok bahasan Gaya) (Arikunto, 2006: 129).

3.4.2 Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150).

Tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif yang diperoleh siswa setelah diterapkannya model learning cycle 7E. Tes ini mencakup aspek-aspek kognitif C1, C2, C3, dan C4 terkait materi Usaha dan Energi. Tes prestasi belajar dikonstruksi dalam bentuk tes objektif jenis pilihan ganda dengan empat alternatif pilihan jawaban.

3.4.3 Observasi

Observasi berfungsi untuk mengukur sejauh mana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Peneliti melakukan observasi terhadap aspek afektif dan aspek psikomotorik siswa selama pembelajaran berlangsung.


(54)

3.5

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Soal post-test (pilihan ganda),

2. Lembar observasi afektif, 3. Lembar observasi psikomotorik.

3.6

Analisis instrumen

3.6.1 Validitas Isi

Instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008: 121). Pada penelitian ini, validitas yang diuji adalah validitas isi instrumen. Pengujian validitas isi melalui analisis rasional oleh professional judgment. Secara teknis pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis (Sugiyono, 2008: 129).

3.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas menyatakan tingkat ke”ajeg”an suatu tes. Scarvia B. Anderson (Arikunto, 2008: 87) dan kawan-kawan menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan reabilitas itu penting “A reliable measure in one that provides consistent and stable indication of the characteristic being investigated. Nilai


(55)

reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah dengan menggunakan metoda belah dua (split half). Sehingga, Arikunto (2008: 93) mengemukakan untuk perumusan perhitungan reliabilitas tes adalah sebagai berikut:

r

11

=

Metode split half method adalah metode belah dua. Telah disinggung oleh Arikunto (2008: 100) bahwa salah satu syarat untuk dapat menggunakan metode belah dua adalah bahwa banyaknya item harus genap agar dapat dibelah. Syarat yang kedua item-item yang membentuk soal tes harus homogen atau paling tidak setelah dibelah terdapat keseimbangan antara belahan pertama dengan belahan kedua.

Untuk mengatasi kesulitan memenuhi persyaratan ini maka reabilitas dapat dicari dengan rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson yaitu rumus K-R. 21. Sehingga Arikunto (2008: 100) mengemukakan perumusan perhitungan reabilitas tes adalah sebagai berikut:

r

11

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen,

p = proporsi subjek yang menjawab soal dengan benar, q = proporsi subjek yang menjawab soal dengan salah, n = banyaknya soal,


(56)

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q,

S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians).

Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r tabel.

Apabila maka dikatakan instrumen tersebut reliabel (Arikunto, 2008:

196).

3.6.3 Daya Pembeda

Daya pembeda atau indeks diskriminasi digunakan untuk membedakan antara siswa pandai (berkemampuan tinggi) dan siswa tidak pandai (berkemampuan rendah). Menurut Arikunto (2008: 213), rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal adalah:

Keterangan:

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar,

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar,

JA = banyaknya peserta kelompok atas,

JB = banyaknya peserta kelompok bawah.

Nilai DP yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan daya pembeda butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Nilai DP Kriteria

DP < 0,00 Sangat jelek

0,00 ≤ DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik


(57)

3.6.4 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Menurut Arikunto (2008: 208), untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal rumus yang digunakan adalah:

Keterangan:

IK = indeks kesukaran,

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar,

JS = jumlah seluruh siswa.

Taraf kemudahan butir soal berkisar antara 0,0 sampai dengan 1,0. Bila butir soal mempunyai taraf kemudahan 0,0 berarti tidak seorangpun peserta tes dapat nmenjawab butir soal tersebut secara benar. Taraf kemudahan 1,0 berarti bahwa semua peserta tes dapat menjawab butir soal itu dengan benar. Nilai IK

yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan taraf kemudahan butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.2. Adapun indeks kesukaran soal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Interpretasi Taraf Kemudahan

Nilai TK Kriteria

0,00 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < TK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < TK ≤ 1,00 Mudah


(58)

3.7

Metode Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif, karena data input penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes dan merupakan hasil belajar kognitif dan lembar observasi hasil belajar afektif dan psikomotorik. Data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.

Analisis data dilakukan untuk menghitung perolehan hasil belajar siswa yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

3.7.1 Analisis tes hasil belajar kognitif

Untuk mengetahui pemahaman konsep siswa yang ditujukkan oleh kemampuan kognitif dihitung dengan menggunakan rumus:

(Yuliana, 2009: 196)

3.7.2 Analisis hasil observasi afektif dan psikomotorik

Aspek afektif dan psikomotorik siswa yang diperoleh merupakan data hasil observasi yang dianalisis dengan menggunakan rumus:

(Yuliana, 2009: 196)

3.7.3 Analisis persentase ketuntasan hasil belajar

3.7.3.1Ketuntasan individual

Persentase ketuntasan belajar siswa secara individual dihitung dengan menggunakan rumus deskriptif persentase:


(59)

Keterangan:

% = persentase,

n = jumlah nilai yang diperoleh, N = jumlah nilai maksimal.

3.7.3.2Ketuntasan klasikal

Presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus deskriptif persentase sebagia berikut:

(Yuliana, 2009: 196

Keterangan:

% = persentase,

n = jumlah sisiwa yang tuntas secara klasikal, N = jumlah seluruh siswa.

3.7.4 Uji Gain Rata-rata Ternormalisasi

Peningkatan rata-rata keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep siswa sebelum diberi perlakuan dan setelah mendapat perlakuan dapat dihitung menggunakan rumus gain rata-rata ternormalisasi. Hake (1998: 64) menyatakan bahwa gain rata-rata ternormalisasi adalah perbandingan gain rata-rata aktual

G dan gain rata-rata maksimum max G , pre pre post S S S G G g % 100 % % % % 0 0 max − − = = ,

dimana Spre adalah nilai rata-rata siklus I dan Spost adalah nilai rata-rata


(60)

tinggi = g > 0,7,

sedang = 0,3 ≥ g ≤ 0,7,

rendah = g < 0,3.

3.7.5 Analisis signifikansi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik

Untuk mengetahui taraf peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dari satu silus ke siklus beeikutnya digunakan uji-t dengan persamaan sebagai berikut:

(Arikunto 2006: 275)

Keterangan:

M = mean dari perbedaan setiap siklus, Xd = deviasi setiap subjek (d-Md), ∑x2d = jumlah kuadrat deviasi, N = subjek pada sampel.

3.8

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam pembelajaran ini tercermin dari adanya peningkatan hasil belajar siswa di setiap siklusnya, berupa peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.

Menurut Mulyasa (2002:99), keberhasilan pembelajaran untuk aspek kognitif siswa dapat diketahui dari hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai KKM (75% untuk SMP Negeri 9 Semarang) secara individual dan 85% secara


(61)

klasikal. Untuk penilaian aspek afektif dan aspek psikomotorik, seorang siswa dikatakan tuntas belajar jika hasil belajar siswa mencapai 75% secara individual dan 75% secara klasikal (Mulyasa 2002: 101-102).


(62)

48

4.1

Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Belajar Kognitif dan Peningkatannya

Hasil belajar kognitif siswa dan peningkatannya di setiap siklus setelah diterapkan model learning cycle 7E disajikan dalam Tabel 4.1. Penilaian hasil belajar kognitif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Lampiran 12.

Tabel 4.1 Hasil Belajar Kognitif Siswa

Keterangan Sesudah tindakan Kriteria

Siklus I Siklus II

Siklus III

Nilai tertinggi 91.67 91.67 100.00

Nilai terendah 50.00 50.00 61.54

Nilai rata-rata 71.73 74.40 80.49

Jumlah siswa tuntas 17 20 24

Jumlah siswa tidak tuntas 11 8 4

Ketuntasan klasikal 60.71 71.43 85.71

ttabel pada taraf signifikansi

95%

1,703 Gain <g> siklus I ke siklus

II

0,095 Rendah Gain <g> siklus II ke siklus

III

0,238 Rendah Gain <g> siklus I ke siklus

III

0,310 Sedang

thitung siklus I ke siklus II 1,611 Tidak

signifikan

thitung siklus II ke siklus III 4,712 Signifikan

thitung siklus I ke siklus III 4,097 Signifikan

Peningkatan hasil belajar kognitif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Gambar 4.1.


(63)

Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Belajar Kognitif Siswa

4.1.2 Hasil Belajar Afektif dan Peningkatannya

Hasil belajar afektif siswa dan peningkatannya di setiap siklus setelah diterapkan model learning cycle 7E disajikan dalam Tabel 4.2. Penilaian hasil belajar afektif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Lampiran 15.

Tabel 4.2 Hasil Belajar Afektif Siswa

Keterangan Sesudah tindakan Kriteria

Siklus I Siklus II

Siklus III

Nilai tertinggi 85,71 89,29 96,43

Nilai terendah 50,00 50,00 57,14

Nilai rata-rata 72,70 76,15 82,14

Jumlah siswa tuntas 16 18 23

Jumlah siswa tidak tuntas 12 10 5

Ketuntasan klasikal 57,14 64,29 82,14

ttabel pada taraf signifikansi

95%

1,703 Gain <g> siklus I ke siklus

II

0,128 Rendah Gain <g> siklus II ke siklus

III

0,251 Rendah Gain <g> siklus I ke siklus

III


(64)

thitung siklus I ke siklus II 3,453 Signifikan

thitung siklus II ke siklus III 4,974 Signifikan

thitung siklus I ke siklus III 8,204 Signifikan

Peningkatan hasil belajar afektif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Belajar Afektif Siswa

4.1.3 Hasil Belajar Psikomotorik dan Peningkatannya

Hasil belajar psikomotorik siswa dan peningkatannya di setiap siklus setelah diterapkan model learning cycle 7E. Penilaian hasil belajar psikomotorik siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Lampiran 19.

Tabel 4.3 Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

Keterangan Sesudah tindakan Kriteria

Siklus I Siklus II

Siklus III

Nilai tertinggi 83,33 87,50 87,50

Nilai terendah 54,17 58,33 62,50

Nilai rata-rata 74,11 77,53 80,95

Jumlah siswa tuntas 19 20 23

Jumlah siswa tidak tuntas 9 8 5

Ketuntasan klasikal 67,86 71,43 82,14


(65)

95%

Gain <g> siklus I ke siklus II

0,132 Rendah Gain <g> siklus II ke siklus

III

0,152 Rendah Gain <g> siklus I ke siklus

III

0,264 Rendah

thitung siklus I ke siklus II 6,491 Signifikan

thitung siklus II ke siklus III 4,420 Signifikan

thitung siklus I ke siklus III 6,072 Signifikan

Peningkatan hasil belajar afektif siswa di setiap siklus dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Belajar Psikomotorik Siswa

4.1.4 Tinjauan Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif

Peningkatan hasil belajar afektif siswa dianalisis dari peningkatan setiap indikator hasil belajar afektif yang diteliti yaitu indikator kehadiran di kelas, tanggung jawab, menghargai pendapat orang lain, kerapian pakaian, menyampaikan pendapat, memperhatikan pelajaran, dan bekarjasama dalam


(66)

kelompok. Setiap indikator dalam lembar observasi aspek afektif dihitung nilai gain ternormalisasinya. Analisis peningkatan setiap indikator hasil belajar afektif siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17. Setelah dilakukan analisis, diperoleh data seperti ditunjukan pada Tabel 4.4.


(67)

Tabel 4.4 Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif Tiap Siklus

Indikator Siklus <g>I-II Kriteria <g>II-IIIKriteria <g>I-III Kriteria

I II III

Kehadiran di kelas 80.36 80.36 84.82 0 Tidak

meningkat

0.227 Rendah 0,227 Rendah

Tanggung jawab 84.82 86.61 91.96 0.118 Rendah 0.400 Sedang 0,471 Sedang

Menghargai pendapat orang lain

61.61 62.5 72.32 0.023 Rendah 0.262 Rendah 0,279 Rendah

Kerapian pakaian 94.64 94.64 96.43 0 Tidak

meningkat

0.333 Sedang 0,333 Sedang Menyampaikan

pendapat

41.07 50.89 61.61 0.167 Rendah 0.218 Rendah 0,348 Sedang

Memperhatikan pelajaran

62.50 68.75 72.32 0.167 Rendah 0.114 Rendah 0,262 Rendah

Bekerjasama dalam kelompok

83.93 89.29 95.54 0.333 Sedang 0.583 Sedang 0,722 Tinggi

Rata-rata 72.70 76.15 81.51 0.115 Rendah 0.305 Sedang 0,378 Sedang

Hasil analisis data Tabel 4.4 digambarkan dengan diagram batang seperti ditunjukan pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Diagram Batang Gain Ternormalisasi Tiap Indikator Hasil Belajar Afektif


(68)

4.1.5 Tinjauan Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Psikomotorik

Peningkatan hasil belajar psikomotorik siswa dianalisis dari peningkatan setiap indikator hasil belajar afektif yang diteliti yaitu indikator memeprsiapkan alat dan bahan, keterampilan merangkai alat dan bahan, keterampilan dalam melaksanakan percobaan, kesungguhan dalam mengamati percobaan, kerapian dan kebersihan praktikum, dan efektifitas waktu. Setiap indikator dalam lembar observasi aspek psikomotorik dihitung nilai gain ternormalisasinya. Analisis peningkatan setiap indikator hasil belajar psikomotorik siswa secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 21. Setelah dilakukan analisis, diperoleh data seperti ditunjukan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Peningkatan Tiap Indikator Hasil Belajar Psikomotorik Tiap Siklus

Indikator Siklus <g>I-II Kriteria <g>II-III Kriteria <g>I-III Kriteria

I II III

Mempersiapkan alat dan bahan

84.82 86.61 91.96 0.118 Rendah 0.4 Sedang 0,471 Sedang

Merangkai alat dan bahan

71.43 71.43 75 0 Tidak

meningkat

0.125 Rendah 0,125 Rendah Melaksanakan

percobaan

66.96 66.96 69.64 0 Tidak

meningkat

0.081 Rendah 0,081 Rendah Kesungguhan

mengamati percobaan

65.18 66.07 66.96 0.026 Rendah 0.026 Rendah 0,051 Rendah

Kerapian dan kebersihan alat

praktikum

84.82 88.39 92.86 0.235 Rendah 0.385 Sedang 0,529 Sedang

Efektifitas waktu 71.43 85.71 89.29 0.5 Sedang 0.25 Rendah 0,625 Sedang

Rata-rata 74.11 77.53 80.95 0.146 Rendah 0.211 Rendah 0,314 Sedang

Hasil analisis data Tabel 4.5 digambarkan dengan diagram batang seperti ditunjukan pada Gambar 4.5.


(69)

Gambar 4.5 Diagram Batang Gain Ternormalisasi Tiap Indikator Hasil Belajar Psikomotorik

4.2

Pembahasan

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII A SMP Negeri 9 Semarang. Kelas ini dipilih karena dari hasil observasi sebelum penelitian, kelas VIII A merupakan kelas yang paling ramai, paling susah untuk diatur, dan nilai rata-rata kelas yang lebih rendah daripada kelas lain. Pada ulangan pokok bahasan gaya, dari 28 siswa hanya 5 siswa yang tuntas. Daftar nilai ulangan harian terprogram kelas VIII A pokok bahasan Gaya dapat dilihat pada Lampiran 9.

Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu berkoordinasi dengan dosen pembimbing untuk menentukan materi pelajaran dan sub pokok bahasan, rencana pelaksanaan pembelajaran, menyusun LKS, menyusun lembar observasi, menyusun soal uji coba, dan mengujicobakan soal


(70)

tersebut. Dari soal yang diujicobakan, diambil soal yang mempunyai daya beda cukup atau baik untuk digunakan sebagai alat evaluasi hasil belajar kognitif siswa berupa soal post-tes. Sebelum soal diujicobakan, soal terlebih dahulu diuji validitasnya melalui uji validitas isi. Analisis hasil uji coba soal secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 5.

Kegitan penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan model learning cycle 7E. Model ini terdiri dari 7 fase yaitu fase elicit, engege, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend. Penyusunan RPP disesuaikan dengan model

learning cycle 7E. Setiap akhir siklus dilakukan perbaikan yang disesuaikan dengan refleksi setelah tindakan dilaksanakan. Dalam pelaksanaan model learning cycle 7E, siswa dibagi menjadi tujuh kelompok dimana satu kelompok beranggotakan empat orang siswa. Kelompok ini nantinya akan terus digunakan pada siklus selanjutnya.

4.2.1 Pembahasan Siklus I

Pembahasan yang diuraikan disini didasarkan atas pengamatan dan refleksi diri. Selama proses pembelajaran, siswa diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan dan pendapat terkait materi Usaha dan Energi pada sub pokok bahasan bentuk energi, perubahan bentuk energi, dan hukum kekekalan energi. Siklus I dapat dilaksanakan dalam satu pertemuan dengan materi awal bentuk energi, perubahan bentuk energi, dan hukum kekekalan energi. Pada siklus I siswa dibagi menjadi tujuh kelompok dimana satu kelompok beranggotakan empat orang siswa. Pembagian kelompok ditentukan langsung oleh peneliti agar pembagian kelompok tidak memakan waktu yang terlalu lama yang akan


(1)

High Potential Energy Permukaan meja (ketinggian = 0 cm) titik A

Diangkat sampai ketinggian 50 cm titik B

4. When you lift the book 50 cm, is there any potential energy change, explain and determine!

(Pada saat kamu mengangkat buku setinggi 50 cm, apakah terjadi perubahan energi pada buku?, jelaskan dan hitung!)

. . . . . . . . . . . . . . . 5. When you lift the book, how many works do you spend already

(Ketika kamu mengangkat buku, berapa usaha yang telah kamu keluarkan?) Informasi: usaha yang kamu keluarkan adalah perkalian antara gaya yang kamu berikan untuk mengangkat buku (sama dengan berat buku tersebut) dan perpindahan buku (ketinggian buku akhir-ketinggian buku awal).

. . . . . . . . . . . . . . .

h

A B


(2)

6. Compare energy changes and the works you spend to lift the book. (Same/ Different)!

(Bandingkan perubahan energi buku dan usaha yang kamu keluarkan untuk mengangkat buku. (Sama/ Berbeda)

7. From this activity, what is the relationship between works and energy? Give conclusion

(Dari kegiatan ini, apakah hubungan usaha dan energi?, berilah kesimpulan!) . . . . . . . . . . . . . . .

Activity III (Powers) 1. Watch this picture below

(Perhatikan gambar di bawah ini!)

2. Information 1:Assume that both have same mass. First car has power 500 hp, while scond car has 1000 hp. Both have same push force 4500 N, first car can travel 100 m on 5 s, while second car on 2,5 s.

(Informasi 1: dengan menganggap massa kedua mobil sama. Mobil pertama memiliki daya 500 hp, sedangkan mobil kedua memiliki daya 1000 hp. Dengan gaya dorong mesin yang sama 4500 N, mobil pertama mampu menempuh jarak 100 m dalam 5 detik, sedangkan mobil kedua dalam 2,5 detik.)

Mobil Daya Gaya mesin Jarak waktu

1 500 hp 4500 N 100 m 5 detik


(3)

Information 2: By the same push force 4500 N, first car on 5 s can travel 100 m, while second car can travel 200 m.

(Informasi 2: dengan gaya dorong mesin yang sama 4500 N, mobil pertama dalam waktu yang 5 detik sama mampu menempuh jarak 100m, mobil kedua 200 m.)

No Daya Gaya mesin waktu Jarak

1 500 hp 4500 N 5 detik 100 m

2 1000 hp 4500 N 5 detik 200 m

From the informations above, what is the quantities affect powers? Explain! (Dari informasi di atas, besaran apakah yang mempengaruhi daya? Jelaskan!) . . . . . . . . . . . . . . . . . .


(4)

Tabel Harga Kritik dari r Product-Moment

Interval Kepercayaan Interval Kepercayaan Interval kepercayaan N (1) 95% (2) 99% (3) N (1) 95% (2) 99% (3) N (1) 95% (2) 99% (3)

3 0,997 0,999 26 0,388 0,4906 55 0,266 0,345

4 0,950 0,990 27 0,381 0,487 60 0,254 0,330

5 0,878 0,959 28 0,374 0,478 65 0,244 0,317

6 0,811 0,917 29 0,367 0,470 70 0,235 0,306

7 0,754 0,874 30 0,361 0,463 75 0,227 0,296

8 0,707 0,874 31 0,355 0,456 80 0,220 0,286

9 0,666 0,798 32 0,349 0,449 85 0,213 0,278

10 0,632 0,765 33 0,344 0,442 90 0,207 0,270

11 0,602 0,735 34 0,339 0,436 95 0,202 0,263

12 0,576 0,708 35 0,334 0,430 100 0,195 0,256

13 0,553 0,684 36 0,329 0,424 125 0,176 0,230

14 0,532 0,661 37 0,325 0,418 150 0,159 0,210

15 0,514 0,641 38 0,320 0,413 175 0,148 0,194

16 0,497 0,623 39 0,316 0,408 200 0,138 0,181

17 0,482 0,606 40 0,312 0,403 300 0,113 0,148

18 0,468 0,590 41 0,308 0,396 400 0,098 0,128

19 0,456 0,575 42 0,304 0,393 500 0,088 0,115

20 0,444 0,561 43 0,301 0,389 600 0,080 0,105

21 0,433 0,549 44 0,297 0,384 700 0,074 0,097

22 0,423 0,537 45 0,294 0,380 800 0,070 0,091

23 0,413 0,526 46 0,291 0,276 900 0,065 0,086

24 0,404 0,515 47 0,288 0,372 1000 0,062 0,081

25 0,396 0,505 48 0,284 0,368

26 49 0,281 0,364

27 50 0,297 0,361

51 52 Lampiran 25


(5)

Tabel Distribusi t Lampiran 26


(6)

Foto Penelitian


Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Learning Cycle 7E Terhadap Kemampuan Koneksi Matematik Siswa

7 19 177

Pengaruh penggunaan LKS berbasis learning Cycle 7E pada pembelajaran konstruktivisme konsep sistem peredaran darah

0 4 12

PERBEDAAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E SMK YPK MEDAN.

1 7 27

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN PERUBAHAN LINGKUNGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP DARATAN.

1 2 34

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SMA MELALUI PRAKTIKUM DALAM MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E PADA MATERI STOIKIOMETRI.

0 0 38

PENGGUNAAN PERTANYAAN PRODUKTIF PADA LKS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN ENERGI PANAS.

1 31 52

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI.

0 1 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN GETARAN HARMONIS Nismalasari

0 1 21

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBANTU MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A DI SMP KRISTEN SENDANG TULUNGAGUNG PADA POKOK BAHASAN CAHAYA SKRIPSI

0 0 26

PEMBUATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP SANTO YOSEF SURABAYA PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI SKRIPSI

0 0 19