21
1.5 .Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan fungsi Katana Shinken pada masyarakat Jepang setelah Perang Dunia II
2. Untuk mengetahui makna Katana Shinken pada masyarakat Jepang setelah Perang Dunia II
1.5.2. Manfaat Penelitian
1. Penulisan ini diharapkan dapat menjadi referensi ataupun memberikan informasi bagi masyarakat secara umum maupun mahasiswa yang berminat
terhadap Katana Shinken. 2. Dengan adanya penulisan ini diharapkan Katana Shinken dapat semakin dikenal
oleh masyarakat luas sehingga membuat masyarakat luas tersebut tertarik mengetahui dan mempelajari hasil budaya Jepang khususnya tentang Katana
Shinken.
1.6. Metode penelitian
Menurut Djajasudarma 1993:3, metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian dalam
menggunakan data. Metode memiliki peran yang sangat penting, metode merupakan syarat atau langkah-langkah yang dilakukan dalam sebuah penelitian.
Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian fungsi dan makna Katana Shiken pada masyarakat jepang setelah perang Dunia II adalah
Universitas Sumatera Utara
22
metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bersifat deskriptif, bertujuan memperjelas secara tepat sifat-sifat individu, keadaan gejala atau
kelompok tertentu atau untuk menentukan frekwensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala lain dalam masyarakat. Dalam hal ini sedikit banyaknya
pengetahuan tentang masalah yang bersangkutan Koentjraningrat,1991:29. Sedangkan menurut Hadari dan Mimi martini 1994:176, penelitian yang
bersifat kualitatif yaitu rangkaian kegiatan atau proses menjaring data atau informasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi
aspekbidang kehidupan tertentu pada objeknya. Penelitian ini tidak mempersoalkan sampel dan populasi sebagaimana dalam penelitian Kuantitatif.
Dalam metode ini, penulis memanfaatkan sumber-sumber yang didapatkan dari koleksi pribadi, perpustakaan USU, toko buku elektronik, buku milik praktisi
beladiri pedang Jepang, serta jurnal-jurnal maupun artikel-artikel yang dimuat di majalah maupun internet sebagai sumber data.
Universitas Sumatera Utara
23
BAB II
TINJAUAN UMUM KATANA SHINKEN
Dalam bab ini akan dibahas secara mendalam mengenai bagian-bagian pedang Jepang yang merupakan asal usul katana shinken untuk menjelaskan
perbedaan jenis pedang, dan evolusi apa saja yang terjadi pada zaman tiap-tiap pedang itu sendiri sehingga katana shinken ada setelah mengalami perubahan
bentuk dari tachi menjadi uchigatana kemudian katana shinken. Sugata
姿
yaitu perubahan bentuk bilah pedang Jepang dijelaskan pada bab ini, hal tersebut dilakukan untuk menghindari pembahasan Nihonto yang terlalu luas dan hanya
memusat pada Jenis pedang yang menjadi cikal bakal katana shinken saja. 2.1 Bagian-Bagian Pedang Jepang
Pedang Jepang sangat berbeda dari segala jenis pedang dari bangsa lain. Hal tersebut dikarenakan setiap detail dari pedang Jepang itu sendiri, dipandang
berharga oleh masyarakat maupun Tosho. Detail dari setiap bagian pedang Jepang mengalami perubahan pada tiap zaman yang membuat pedang berubah Fungsi dan
Maknanya. Untuk membantu penjelasan akan perubahan tiap zaman pedang Jepang maka perlu di jabarkan bagian pedang Jepang itu sendiri.
Bagian – bagian dari satu set pedang Jepang, antara lain : 1.
Kissaki : Titik ujung pedang, atau didefinisikan sebagai area
luar yokote.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Yokote
: Area dalam ujung pedang, atau disebut sebagai punggung kissaki.
3. Shinogi
: Sebuah garis menonjol di kedua sisi bilah pedang, yang menyambung sampai ujung pedang daerah yokote. Garis ini
biasanya lebih dekat ke area belakang mune dari pada sisi tajam ha.
4. Ha
: Bagian sisi bawah pedang yang merupakan area tajam.
5. Hamon
: Garis tempa yang berkelok pada kedua sisi pedang yang berada di antara tempahan ha dan ji, garis ini merupakan
tempat darah target mengalir. 6.
Bo
-
7. Ji
: Area diantara ha dan shinogi. shi
: Garis bagian dari ha yang terletak di kissaki.
8. Shinogiji
: Area diantara shinogi dan mune. 9.
Mune : Bagian punggung bilah pedang. Dapat dikatakan
bagian tumpul atas pedang. 10.
Munamachi : Sudut lekukan pada bagian tepi punggung pedang mune. Terletak pada dekat area pangkal besi genggaman pedang
nakago. 11.
Hamachi : Sudut lekukan pada bagian ha atau bagian bilah
tajam bagian bawah pedang, letaknya berlawanan dengan munamachi. Terletak pada dekat area pangkal besi genggaman
pedang nakago.
Universitas Sumatera Utara
25
12. Habakimoto : Wilayah yang dicakup oleh habaki, yaitu bagian
pangkal sisi tajam pedang yang dipasang diantara nakago dan dan bagian yang dipoles ketika pedang sudah terpasang dengan gagang
kayu. 13.
Nakago : Bagian kasar pedang yang tidak dipoles dan
ditempa secara tajam, yang merupakan pangkal besi yang akan menjadi gagang pedang setelah dipasang penutup kayu. Dalam
bahasa Inggris disebut tang. 14.
Yasurime : Semacam tulisan tanda pada tang, non fungsional
pada pertarungan tetapi banyak variasi tulisangambar yang dibuat dari penempa-penempa pedang maupun sekolah penempa pedang
dan ditujukan sebagai tanda sejenis tangan tambahan. 15.
Mei : Tandatangan yang terletak pada tang dibawah
yasurime. 16.
Nakagojiri : Bagian pangkal tang. 17.
Mekugiana : Lubang untuk mempertahankan peg mekugi yang memegang dan mempertahankan tang pada gagang kayu.
18. Nagasa
: Panjang, didefinisikan sebagai ukuran dari ujung pedang kissaki sampai munamachi.
19. Sori
: Kurva atau lekukan, yang didefinisikan sebagai jarak tegak lurus terbesar antara nagasa dan mune.
20. Sakihaba
: Lebar bilah pada bagian yokote.
Universitas Sumatera Utara
26
21. Motohaba
: Lebar bilah di habakimoto. Istilah fumbari digunakan apabila bilah yang lebih luas di motohaba dibanding
sakihaba 22.
Monouchi : Bagian bilah pedang utama yang digunakan
untuk pemotongan, dihitung dari kissaki kedaerah bilah bawa sepanjang 5-6 inci Kanzan Sato, 1983;15-16
2.2 Jokoto Sampai tahun 900