26
21. Motohaba
:  Lebar  bilah  di  habakimoto.  Istilah  fumbari digunakan  apabila  bilah  yang  lebih  luas  di  motohaba  dibanding
sakihaba 22.
Monouchi :    Bagian  bilah  pedang  utama  yang  digunakan
untuk  pemotongan,  dihitung  dari  kissaki  kedaerah  bilah  bawa sepanjang 5-6 inci Kanzan Sato, 1983;15-16
2.2 Jokoto  Sampai tahun 900
Sekitar  setelah  zaman  batu  dan  selama  zaman  besi,  teknik  pembuatan pedang pertama kali diperkenalkan di Jepang dari daratan Asia. Tidak jelas kapan
tepatnya  hal  tersebut  terjadi.  Tetapi    dari  pemeriksaan  penemuan  pedang  yang telah  digali  dari  tumuli    bukit  kecil    gundukan  tanah    dan  kofun,  membuat
seluruh  arkeolog  Jepang  memperkirakan  bahwa  sekitar  abad  ke  empat  atau  lima masehi  merupakan awal pedang zaman Jokoto  berada. Tentu keberadaan pedang
sebenarnya sudah ada sebelum abad ke empat, namun penggunaan pedang secara meluas berada pada waktu tersebut Kanzan Sato, 1983;28.
Sejarah  awal  Jepang  sangat  dipengaruhi  oleh  budaya  dan  benua  bangsa yang  lebih  kuno.  Budaya  periode  Yayoi  sangat  dipengaruhi  oleh  budaya  Korea,
hal  tersebut  dipengaruhi  oleh  jalur  semenanjung  Korea  dan  Jepang  yang merupakan  jalur  perdagangan,  yang  ternyata  memberikan  inovasi  pada
kebudayaan  Jepang  itu  sendiri  nantinya.  Budi  daya  padi,  alat-alat  besi  maupun teknologi  yang  terkait  didalamnya  diperkenalkan  pada  zaman  Jomon.  Alat-alat
besi dan senjata membantu Jepang untuk meningkatkan kehidupan mereka.
Universitas Sumatera Utara
27
Pada  tahap  pertama  pembangunan  Jepang,  impor  alat  besi  dan persenjataan  dari  benua-benua  penempa  besi  masuk  ke  negara  Jepang.  Pedang
logam  tertua  yang  tercatat  di  Jepang  merupakan  dua  buah  pedang  yang  dikirim sebagai  hadiah  untuk  ratu  Himiko  dari  China  selama  dinasti  Wei  pada  sekitar
tahun 240 masehi. Pada tahun 280 masehi banyak pedang besi yang di impor dari China  ke  Jepang.  Tosho  dan  para  pelajar  penempa  pedang  di  zaman  sekarang
percaya  banyak  temuan  pedang  purba  merupakan  buatan  China  yang  dikirim  ke Jepang  dan  hanya  beberapa  yang  dibuat  oleh  orang  Jepang  menyerupai  buatan
China,  beberapa  diantaranya  sangat  tipis.  Adanya  kopian  pedang  China  buatan Jepang  dikarenakan  meningkatnya  kebutuhan  akan  pedang  besi  tersebut,  maka
sekitar  abad  ke  empat  atau  ke  lima  pedang  besi  baja  sudah  dibuat  di  Jepang Yoshinda, 1987:20.
Bilah pedang pada masa itu disebut Chokuto dengan zaman pedang Jokoto, pedang  zaman  ini  memiliki  bilah  yang  lurus.  Ukuran  panjang  pedang  zaman
Jokoto dapat ditemukan dalam Kojiki dan Nihon Shoki. Dua karya sejarah penting yang berasal dari tahun 712 dan 720. Dimana masing-masing menjelaskan ukuran
dari  pedang  zaman  tersebut  adalah  sepuluh  kepal,  sembilan  kepal  dan  delapan kepal. Kepalan didefinisikan sebagai ukuran jarak yang dapat ditutupi oleh empat
jari,  digunakan  sebagai  sistem  ukur  pada  masa  tersebut.  Dalam  lapangan,  setiap orang  memiliki  berbagai  macam  ukuran  tangan  dan  jari  yang  menyebabkan
ukuran  genggaman  menjadi  berbeda  satu  dengan  yang  lain  yang  menyebabkan ukuran  pedang  pada  zaman  Jokoto  berbeda-beda  namun  ukuran  tangan  yang
diperbolehkan  menjadi  acuan  panjang  adalah  tangan  dengan  ukuran  9  atau  10
Universitas Sumatera Utara
28
centimeter.  Oleh  karena  hal  tersebut  sebuah  pedang  dengan  ukuran  sepuluh kepalan dapat mencapai 90 centimeter sampai dengan 1 meter panjangnya.
Salah satu jenis bilah pedang pada zaman Jokoto adalah jenis bilah pedang Kiriha-zukuri,  bilahnya  dengan  sisi  datar  namun  dengan  sudut  tajam  meruncing
pada  ujungnya  dan  tajam  pada  sisi  ha.  Pedang  lain  adalah  jenis  bilah  pedang Kamasu-kissaki  atau  hira-zukuri  yang  merupakan  pedang  dengan  bilah  datar
namun  memiliki  hasisi  tajam  di  kedua  sisinya.  Kedua  pedang  lurus  tersebut dipengaruhi  oleh  mencontoh  bentuk  pedang  China  yang  sebelumnya  diperoleh
dari jalur perdagangan semenanjung Korea. Walaupun sudah ditinggalkan zaman karena rentan akan patah dan efisiensinya kedua jenis pedang ini selanjutnya tetap
digunakan sebagai salah satu alat persembahan di kuil untuk dewi Amaterasu. Sebuah  pedang  jenis  terakhir  pada  era  Jokoto  adalah  jenis  bilah  Kissaki-
moroha-zukuri  diperkirakan  dibuat  dan  masih  digunakan  pada  sekitar  tahun  700 sampai dengan 800 masehi. Pedang ini merupakan pedang era purba Jokoto yang
mengalami  evolusi  metalurgi  yang  membuat  logamnya  menjadi  lebih  kuat. Pedang  jenis  ini  yang  paling  terkenal  diberi  nama  Kogarasu  Maru  gagak  kecil
dibuat pada tahun 900 masehi yang menandai akhir era pedang zaman Jokoto
2.3 Koto 900 – 1596