48
3.2 Fungsi dan Makna Katana Shinken Setelah Perang Dunia ke II
Masyarakat yang modern, Jepang yang damai dan terbentuknya NBTHK merupakan salah satu alasan katana shinken mengalami perubahan fungsi dan
makna berbeda setelah masa perang dunia. Terutama pembagian sertifikasi mengenai katana shinken yang ditetapkan oleh NBTHK memiliki bagian besar
terhadap perubahan fungsi dan makna itu sendiri. NBTHK menetapkan 4 tingkatan klasifikasi dalam system ini, yaitu:
1.
Hozon layak dilestarikan
2. Tokubetsu Hozon pekerjaan bernilai tinggi layak dilestarikan
3. Juyo Token pedang penting
4. Tokubetsu Juyo Token Pedang bernilai tinggi dan penting
Dimana sertifikasi tersebut mampu membuat katana shinken buatan tosho bernilai sepuluh kali lipat lebih mahal. Dilain sisi tosho mengejar gelar Mukansa yaitu
posisi 10 tosho terbaik yang bahkan beberapa diantaranya dapat menjadi Ningen Kokuhō 人間国宝 yaitu Harta Nasional yang hidup yang merupakan istilah
popular bagi individu yang diberikan sertifikat sebagai orang yang berpengaruh penting terhadap kebudayaan Jepang oleh Kementrian Pendidikan, kebudayaan,
olahraga, sains dan teknologi Jūyō Mukei Bunkazai Hojisha - 重要 无形 文化 财
保持 者.
Universitas Sumatera Utara
49
3.2.1 Fungsi shinken sebagai barang seni dan perhiasan Walaupun tidak digunakan dalam peperangan lagi, namun masih banyak
kalangan masyarakat Jepang yang mengoleksi shinken, baik itu peninggalan leluhur maupun shinken yang dibuat setelah perang dunia ke 2. Keindahan seni
dan nilai mewah yang di tawarkan bilah yang telah mendapat sertifikasi NBTHK yang menjadi alasannya. Pedang dengan sertifikasi NBTHK dapat mencapai harga
146 juta sampai dengan 365 juta Rupiah untuk kelas tosho Biasa dan 400 sampai 600 juta untuk tosho dengan kelas mukansha dan diatas 1 milyar untuk shinken
peninggalan orang penting maupun artefak yang memiliki sejarah penting Jepang didalamnya. Bahkan semakin lama dan bagus kondisi shinken tersebut disimpan
maka semakin mahal harga yang ditawarkan atas usia bilah pedangnya. Dalam pemesanan pembuatan shinken kepada tosho juga tidak sama
seperti sebelum perang dunia ke2 dimana para pengguna katana dapat dipesan sesuai kriteria yang di inginkan. Shinken tidak dibenarkan dipesan dengan kriteria
keinginan pemesan pedang. Segala kualitas dan desain diserahkan sepenuhnya kepada tosho. Rata-rata pemesan pedang memahami dan menerima nilai seni dari
shinken setelah pedang tersebut selesai dibuat dan dijelaskan oleh tosho pembuat. Jika pembeli memaksakan keinginan bentuk dan desain kepada tosho maka
dipastikan penolkan pembuatan shinken terjadi. Bagi tosho nilai seni akan shinken terjadi begitu saja saat pembuatan, dan seni pembuatan pedang tidak bisa dibuat
berdasarkan perencanaan di awal.
Shinken buatan tosho Kanekuni Ogawa pada 2011 contohnya, untuk
memesan bilah pedang besinya saja harus mengeluarkan dana sebesar 290 juta
Universitas Sumatera Utara
50
Rupiah. Hal tersebut dikarenakan Kanekuni sudah mengikuti kontes pedang NBTHK dan memenangkan beberapa penghargaan dari hal tersebut walaupun
belum pernah mendapatkan gelar Mukansha dan umurnya yang sudah 86 tahun yang mengakibatkan tosho tersebut hanya mampu membuat sebilah shinken untuk
satu tahun http:www.jidai.jpkanekuni.asp
3.2.2 Fungsi shinken sebagai benda seni beladiri Toshishiro Obata “Kaiso”, penemu beladiri pedang “Shinkendo”
mengatakan dalam seminar Shinkendo Shimbukan Indonesia di Jakarta November 2013 “ A Shinken is valuable both as a weapon and an aesthetic object; its
overall beauty is composed of both elements” sebuah shinken berharga baik sebagai senjata maupun sebagai objek estetika, keindahan keseluruhannya
tersusun dari kedua elemen dalam satu shinken. Meskipun tidak lagi lagi digunakan sebagai senjata perang, namun kesan benda seni dan juga barang
beladiri senjata tertuang dalam shinken itu sendiri. Hal tersebut di karenakan kasta dan profesi samurai yang memang tidak ada lagi di Jepang, namun ilmu samurai
tersebut, masih tertinggal utuh dengan masing-masing aliran teknik pedang yang tersebar di negara Jepang sampai seluruh dunia.
Kenjutsu, Iaijutsu, Iaido, Shinkendo, Toyama-ryu dan masih banyak lagi aliran seni beladiri Jepang yang tersebar memungkinkan shinken masih tetap
digunakan sebagai barang seni beladiri, walupun fungsi berlatih untuk perangnya sudah tidak ada lagi. Di Jepang sendiri tidak banyak yang menekuni beladiri
pedang, perlengkapan yang mahal dan harga shinken yang sangat mahal
Universitas Sumatera Utara
51
merupakan salah satu alasan terbesarnya. Walaupun begitu setiap siswa praktisi pedang pemula yang baru mengikuti selalu diwajibkan memakai pedang kayu
bokken hanya untuk melakukan latihan katacara dan suburimengayun pedang sampai dirasa pantas untuk tameshigirites memotong dengan menggunakan
shinken. Mahalnya biaya perawatan shinken di Jepanglah yang menjadi alasannya. Kunimasa Matsuba salah seorang tosho berpengalaman di Jepang
menyampaikan dalam seminarnya yang bertajuk “Paradoks Pedang Jepang” di Japan Foundation Los Angeles Amerika Serikat bahwa shinken di Jepang sudah
mengalami perubahan fungsi menjadi senjata sekaligus objek Seni yang telah membuat pedang tersebut terlalu mahal untuk digunakan memotong oleh orang
yang bukan praktisi beladiri pedang Jepang. Memerlukan dana sebesar 420.000 Yen atau sebesar 49 juta Rupiah untuk layanan perawatan pengasahan bilah
shinken tumpul yang hanya dapat dilakukan oleh togishi bersertifikat http:www.jflalc.orgac-lecture12.html. Oleh karena itu cara melakukan
tameshigiri yang salah dapat membuat shinken menjadi tumpul dan mengeluarkan biaya lagi untuk mengasahnya saja.
3.2.3 Makna shinken sebagai Harta Tradisional Banyak beredar pedang katana shinken di luar Jepang saat ini. Di
Yogyakarta sebilah katana shinken dapat dibeli dengan kisaran harga 500 sampai dengan 5 juta Rupiah, buatan China dapat dibeli dengan kisaran harga paling
mahal 12-15 juta Rupiah. Namun apabila pedang itu di sebut shinken didepan orang Jepang yang merupakan praktisi pedang, kolektor pedang Jepang ataupun
Universitas Sumatera Utara
52
tosho sudah dapat dipastikan yang keluar adalah kata-kata dengan emosi tinggi yang dianggap menghina shinken yang asli dari Jepang sendiri. Bagi masyarakat
Jepang, duplikat katana shinken yang beredar di luar Jepang, tanpa sertifikat yang Jelas, merupakan barang sampah, pisau biasa, atau yang paling halus hanya
disebut sebagai besi tajam. Hampir seluruh pedang tajam baik itu pisau, pisau lipat, parang, celurit
bahkan katana buatan luar negara Jepang, disahkan oleh undang-undah sebagai senjata tajam terlarang untuk di bawa ke depan publik. Dapat dipastikan setiap
orang yang membawa katana shinken buatan Yogyakarta, China, maupun negara lain ke Jepang akan disita, dan dikenai sanksi denda sampai dengan kurungan
penjara. Namun apabila memiliki katana shinken asli dari tangan tosho yang sudah mendapat sertifikat dengan ketajaman yang luar biasa, tidak akan
mendapatkan masalah untuk membawanya kemanapun selama masih berada di negara Jepang.
Alasan utama mengapa shinken asli buatan tosho bersertifikat diperbolehkan dibawa di negara Jepang adalah metode menempa bilah besi,
pelipatan tamahagane, pembuatan koshirae yang indah, pembuatan hamon, dan sebagainya yang menggunakan tangan tosho dengan cara tradisional Jepang
dianggap suatu warisan keterampilan tradisional dan kebudayaan Jepang. Pemerintah Jepang harus menjaga kebudayaan untuk selama-lamanya sehingga
pemerintah memutuskan bahwa hanya shinken yang dibuat dengan metode yang benar dan kemampuan dari tosho bersertifikat walaupun memiliki ketajaman luar
biasa tidak diperlakukan sebagai sebuah senjata melainkan sebuah karya seni yang
Universitas Sumatera Utara
53
kedepannya akan menjadi warisan sejarah Jepang kelak. Hal tersebut di ikuti dengan persyaratan shinken tersebut haruslah dibuat oleh para tosho bersertifikat,
disahkan oleh kantor pemerintahan Jepang dan memiliki kartu registrasi.
3.2.4 Makna shinken sebagai benda dengan esensi spiritual
Shinken setelah perang dunia ke 2, tetap mendapat tempat penghormatan, namun sudah tidak dibenarkan lagi melakukan tameshigiri dengan menggunakan
objek mahluk hidup apapun. Shinken walau dihormati statusnya tetap tidak melebihi manusia pada saat ini. Tameshigiri dilakukan dengan menggunakan
bambu ataupun tatami yang digulung dan dijemur seharian terlebih dahulu, melakukan tameshigiri di zaman ini bukan lagi bermakna untuk melihat
ketajaman shinken lagi tetapi lebih kepada kemampuan pemakai pedang itu sendiri apakah sudah dapat melakukan teknik pemotongan dengan baik atau tidak.
Dalam arti lain tameshigiri sudah lebih melihat kepada orangnya, bukan shinken lagi.
Disisi lain shinken mengalami perubahan sudut makna dalam hal religius, dimana dahulu juga digunakan untuk persembahan di kuil-kuil Shinto. Kini
shinken digunakan dalam ritual Misogi Purificationpenyucian. Salah satu
metode misogi adalah Misogi no Ken, happogiri no misogi yang dilakukan oleh Kurota Sembokuya Sensei seorang instruktur beladiri Aikido dan Iaido Jepang di
Vancouver, Kanada. Dalam wawancara via email beliau mengatakan alasannya
Universitas Sumatera Utara
54
”
“一年
いちねん
のはじめに 道 場
どうじょう
の安全
あんぜん
とメンバ
め ん
ば
ーの無病息災
むびょうそくさい
を 祈願
き が ん
して 行
ぎょう
つています。東西南北
とうざいなんぼく
に大
たい
して 行
おこな
う四歩切
よ ん ほ ぎ
りと八歩切
は ち ほ ぎ
りがあり ますが 私
わたし
たちの 道 場
どうじょう
は八歩切
は ち ほ ぎ
りで 行
ぎょう
つています。日本
に ほ ん
では 刀
かたな
は 邪気
じ ゃ き
を 断
だ
ち切
き
る 力
ちから
があるとされて降
お
りますので神剣
しんけん
を使
つか
い ます。”
Alasan melakukannya misogi dengan shinken adalah. Mendoakan untuk kesehatan anggota tanpa penyakit dan keselamatan
dojo diawal tahun pertama. Kearah timur barat utara selatan kami melakukan shihogiri dan happogiri memotong dengan empat arah dan
delapan arah tetapi di dojo kami melakukan happogiri. Di Jepang kalau ada kekuatan untuk membunuh roh-roh jahat maka digunakanlah katana
shinken. Dalam hal religius, shinken berkembang menjadi media yang dipercaya
dapat memutuskan kuasa roh jahat di empat sampai delapan arah mata angin dan memberikan hasil keselamatan dan kesehatan serta berkah di tempat dilakukannya
Misogi dalam memulai aktifitas di awal tahun yang baru terutama dilakukan oleh Aikido Iwama yang dipengaruhi
Ōmoto-kyō.
Universitas Sumatera Utara
55
3.3 Perbandingan Fungsi dan Makna Katana Shinken