dari setiap kelompok masyarakat yang berhubungan dengan pengelolaan banteng atau yang berpotensi konflik. Wawancara mendalam dimaksudkan
untuk mengetahui permasalahan yang diketahui dan keinginan masyarakat dalam mengelola banteng di luar kawasan.
3. Untuk mengetahui pengaruh dan kepentingan stakeholders yang berhubungan dengan konflik dilakukan wawancara melalui pengisian kuisioner yang telah
disusun secara terstruktur pertanyaan tersusun dan berurutan. Pertanyaan yang dibuat berhubungan dengan pengelolaan taman nasional dan konservasi
banteng Redd et al. 2009. 4. Aspek regulasiperaturan dilakukan melalui tinjauan terhadap dukungan
peraturan formal Peraturan Pemerintah dan Undang-undang atau kebijakan yang ada tentang pengelolaan taman nasional dan pelestarian banteng Dephut
2007. 4. Persepsi pakar dan para stakeholders dilakukan melalui wawancara dan
pengisian kuisioner dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process
AHP guna menentukan dan merumuskan urutan prioritas faktor, aktor dan program kegiatan yang didapatkan dari hasil penelitian di lapang
dalam merumuskan manejemen konflik satwaliar banteng dan masyarakat yang akan dibangun Saaty 1993.
5. Analisis SWOT dilakukan untuk menentukan strategi dalam
mengimplementasikan program pengembangan kegiatan yang menjadi pilihan atau prioritas dalam pengelolaan kolaborasi Rangkuti 2006 dan
analisis untuk menentukan tingkatbentuk co-management.
3.5 Teknik Pengambilan Sampel Responden
Responden yang dijadikan sampel penelitian di TNMB diambil dari dua desa di Wilayah Kerja Seksi Ambulu yaitu Desa Andongrejo dan Desa
Curahnongko, Kecamatan Tempurejo. Di desa tersebut terdapat Perkebunan Bandealit yang berbatasan langsung dengan taman nasional, desa dan perkebunan
berstatus sebagai enclave dalam TNMB. Responden sampel di TNAP diambil dari satu desa, yaitu Desa Kalipahit, Kecamatan Tegaldlimo. Jumlah responden
sampel masing-masing 37 responden untuk Desa Andongrejo dan Desa Curahnongko dan 47 responden untuk Desa Kalipait. Responden ditentukan
secara purposive random sampling dari kelompok masyarakat yang terkena dampak konflik banteng. Sedangkan responden dari stakeholders Balai Taman
Nasional, LSM, perkebunan Bandealit serta Perum Perhutani dipilih secara purposive sampling
yaitu responden yang telah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan obyek penelitian, wawancara juga dilakukan dengan masyarakat kunci
sebagai tokoh masyarakat dan kepala desa. Jenis data yang diambil dari responden yaitu sosial ekonomi, pemanfaatan hutan dan persepsi. Rincian dan jumlah
sampel responden disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah sampel responden dan stakeholder di lokasi penelitian
No. SampelResponden Teknik Pengambilan
Sampel Jumlah
I Unit daerah:
1. Kabupaten Purposive sampling
Kabupaten : Jember dan Banyuwangi
2. Desa Purposive sampling
TNMB : 2 desa TNAP : 1 desa
II Unit Responden
Stakeholder: 1. Masyarakat
lokal Pusposive random sampling
Tiap desa 37-47 KK 2. Kepala
desa Purposive sampling
3 desa 3. Kepala
Perkebunan Purposive sampling
2 orang 4.
Kepala Balai TN Purposive sampling
2 orang 5.
Adm Perhutani Purposive sampling
1 orang 6. Ketua
LSM Purposive sampling
3 orang
3.6 Alternatif Program
Berdasarkan survey awal , diketahui bahwa masyarakat menginginkan adanya beberapa kegiatan untuk meningkatkan pendapatan melalui perluasan
lahan garapan seperti di zona penyangga dan di areal perkebunan serta peningkatan pemanfaatan zona rehabilitasi atau zona pemanfaatan. Dari hasil
wawancara dan diskusi dengan para pakar konservasi, stakeholders serta literatur dan aturan ditentukan ada empat alternatif program kegiatan yang dapat
meredam konflik konservasi banteng yaitu peningkatan kualitas habitat pakan, pengembangan ekowisata, pengembangan penangkaran dan pengembangan
tanaman obat dan buah. Penentuan prioritas program kegiatan dan strategi dalam implementasi pengembangan empat program kegiatan dilakukan melalui analisis
AHP dan SWOT.
3.7 Analisis Data
Dari hasil penelitian yang telah dikelompokkan dalam hasil aspek ekologi, sosial ekonomi, kelembagaan di analisis dan disintesa menurut proses, strategi,
dan sistimatika serta diagram aliran informasi sebagaimana Gambar 9, 10 dan 11.
Ga
Instr Fokus
Faktor
Alternatif program
S
Tingkat Co- Management
Aktor Bala
Pen kual
bante
Wawancara kuesioner
dan FGD
Gambar 9 Struk
ambar 10 Diagram Aliran Informasi
Co-Management
ruktif Konsultatif
Kooperatif Pengembangan
ekowisata Pengembangan
penangkaran osialBudaya
Ekonomi
Advok ai TN
Masyarakat PT PerkebunanPerum
Perhutani
ningkatan litas habitat
eng pakan
Kelembagaan Kolaboratif
Tingkat K
ktur Level Hirarki dengan Metode Analisis A 42
Ekologi
Informatif katif
LSM
Pengembangan tanaman obat dan
buah
Kolaborasi
AHP