Deskripsi Banteng Bioekologi Banteng

3. Tidak ada solusi tunggal; Konflik antara manusia dan satwaliar dan tindakan penanggulangannya merupakan sesuatu yang kompleks karena menuntut rangkaian kombinasi berbagai solusi potensial yang tergabung dalam sebuah proses penanggulangan konflik yang komprehensif. 4. Skala lansekap; Satwaliar tertentu, termasuk gajah dan harimau, memiliki daerah jelajah yang sangat luas. Upaya penanggulangan konflik yang komprehensif harus berdasarkan penilaian yang menyeluruh dari keseluruhan daerah jelajahnya home range based mitigation .

5. Tanggungjawab multi pihak; Selain sebagai sebuah isu konservasi, konflik

juga mempengaruhi dan memiliki dampak sosial dan ekonomi di daerah. Sehingga penanggulangan konflik antara manusia dan satwaliar ini harus melibatkan berbagai pihak yang terkait termasuk dunia usaha dan para pengguna lahan skala luas untuk berbagi tanggungjawab. Beberapa contoh tahapan yang harus dilakukan dalam menghadapi konflik satwaliar harimau dan manusia di Sumatra Tilson et al. 1994, diacu dalam Nyhus Tilson 2004 adalah: 1. Pengumpulan data observasi dan test hipotesis; 2. Diskusi antara stakeholders terkait dan 3. Jika terjadi konflik harus langsung direspons misalnya dengan translokasi, pemanfaatan dan menjinakkannya.

2.5 Manajemen Kolaboratif

Gagasan dasar pengelolaan kolaboratif adalah kemitraan antara lembaga pemerintah, komunitas lokal dan pengguna sumberdaya, lembaga non pemerintah dan kelompok kepentingan lainnya dalam bernegosiasi dan menentukan kerangka kerja yang tepat tentang kewenangan dan tanggung jawab untuk mengelola daerah spesifik atau sumberdaya. Hubungan kemitraan dalam pengelolaan disebut sebagai co-management IUCN 1997 dalam Resolusi 142 Tahun 1996. Manajemen kolaboratif merupakan terjemahan dari istilah collaborative management . Marshall 1995, diacu dalam Tajudin 2000 menyatakan bahwa kolaborasi merupakan suatu bentuk resolusi konflik yang mengakomodasikan sikap kooperatif dan asertif yang tinggi nilai positif. Kolaborasi merupakan suatu bentuk resolusi konflik yang menghasilkan situasi ”menang-menang” dan sama sekali tidak mempertimbangkan suatu keputusan atau kesepakatan yang bersifat zero-sum kebijakan rendah sekali perhatiannya dalam mempertimbangkan alokasi sumberdaya langka. Manajemen kolaboratif didefinisikan sebagai bentuk manajemen yang mengakomodasikan kepentingan-kepentingan seluruh stakeholders secara adil, dan memandang harkat setiap stakeholders sebagai entitas yang sederajat sesuai dengan tata nilai yang berlaku, dalam rangka mencapai tujuan bersama Tajudin 2000. Co-management adalah suatu kondisi dimana dua atau lebih stakeholders bernegosiasi, menetapkan dan memberikan garansi diantara mereka serta membagi secara adil mengenai fungsi pengelolaan, hak dan tanggung jawab dari suatu daerah teritori atau sumberdaya alam tertentu. Stakeholders adalah mereka yang terlibat dan terpengaruh oleh kebijakan Borrini-Feyerabend et al. 2000. Claridge dan O’Callaghan 1995 mengemukakan bahwa pengelolaan kolaboratif adalah partisipasi aktif dalam pengelolaan sumberdaya oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok yang mempunyai keterkaitan atau kepentingan dengan sumberdaya tersebut, sehingga dapat mengatasi kerusakan yang menjadi penyebab konflik. Dikemukakan pula bahwa ada tiga elemen penting dari pengelolaan kolaboratif yaitu: 1. Pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan sumberdaya berdasarkan rencana yang dipahami dan disetujui oleh semua pihak. 2. Tujuan sosial, budaya, dan ekonomi merupakan bagian yang terintegrasi dari strategi pengelolaan. 3. Keberlanjutan pengelolaan sumberdaya merupakan tujuan utama. Partisipasi penuh dari masyarakat akan menentukan keberhasilan co- management . Pemberian insentif, kepercayaan dan penguatan kelembagaan dan kepedulian masyarakat serta institusi akan mendukung keberlanjutan sumberdaya alam Rodgers et al. 2002. Co-management dapat meningkatkan produktivitas sumber-sumber dan kreasi dari kondisi yang ada untuk memacu pengembangan masyarakat Bowen 2005. Co-management merupakan pengembangan lapangan dalam pengelolaan kawasan yang dilindungi . Pada dasarnya tujuan utama yang ingin dicapai dari setiap pelaku dalam pengelolaan sumberdaya melalui co-management adalah pengelolaan yang lebih tepat, lebih efisien, serta lebih adil dan merata. Tujuan utama tersebut menjadi