Analisis Habitat Analisis Data

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kawasan Taman Nasional Alas Purwo

4.1.1 Sejarah Kawasan TNAP Pada tahun 1920, Pemerintah Belanda mendirikan monument alam yang disebut Purwo atau Jati Ikan. Monumen alam tersebut meliputi seluruh Semenanjung Sembulungan dan sebagian lahan yang berbatasan dengan teluk pangpang Jati Ikan dengan luas kawasan 42.000 ha. Tahun 1939 kawasan diperluas dengan tambahan seluas 20.000 ha, yaitu areal padang rumput untuk kepentingan perlindungan mamalia besar. Keseluruhan areal akhirnya ditetapkan dengan ketetapan No. 456 tanggal 1 September 1939 dengan luas 62.000 ha dan bernama Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan. Kawasan Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan merupakan salah satu kawasan hutan di Jawa Timur yang memiliki keragaman satwaliar tinggi. Dengan perubahan kepentingan pada tahun 1954 sebagian kawasan rusak dan vegetasi menjadi hutan tanaman jati dan mahoni seluas 20.000 ha. Pada tahun 1968 Perum Perhutani memutuskan untuk mengembalikan 20.000 ha kawasan hutan tanaman tersebut kepada Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam PPA. Selanjutnya, berdasarkan SK No. 3154 HS6668 luas kawasan Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan diperluas kembali menjadi 62.000 ha. Tahun 1992 Suaka Margasatwa Banyuwangi berubah status menjadi taman nasional, dengan nama Taman Nasional Alas Purwo TNAP dengan luas kawasan 43.420 ha. Perubahan status berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.283Kpts-II1992, dan selanjutnya ditindaklanjuti dengan Surat Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. 185Kpts-II1997 tanggal 31 Maret 1997 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional dan Unit Taman Nasional. Luas TNAP lebih kecil bila dibandingkan dengan luas Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan. Hal tersebut disebabkan oleh penyerahan 18.580 ha areal hutan tanaman di Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan kepada Perum Perhutani. Kawasan Taman Nasional Alas Purwo sedikitnya memiliki lima tipe ekosistem, yaitu hutan bambu, hutan pantai, hutan mangrove, hutan tanaman dan padang rumput. Secara umum kawasan TNAP mempunyai topografi datar, bergelombang ringan sampai berat dengan puncak tertinggi yaitu Gunung Manis 322 m dpl. 4.1.2 Letak dan Luas Berdasarkan Administratif Pemerintahan, daerah TNAP terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis terletak di ujung timur Pulau Jawa wilayah pantai selatan antara 8°26’45”- 8°47’00” LS dan antara 114°20’16” – 114°36’00” Bujur Timur. Batas wilayah TNAP adalah sebagai berikut Gambar 9 : Sebelah Barat : Kecamatan Pasanggaran Sebelah Timur : Selat Bali Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Utara : Kecamatan Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo dan Pasanggaran Kawasan TNAP mempunyai luas 43.420 ha dikelola dalam bentuk zonasi dan terdiri dari empat zona yaitu: Zona Inti Sanctuary zone seluas 17.200 ha Zona Rimba Wilderness zone seluas 24.767 ha Zona Pemanfaatan Intensive use zone seluas 250 ha Zona Penyangga Buffer zone seluas 1.203 ha 4.1.3 Iklim dan Topografi Rata-rata curah hujan 1000-1500 mm per tahun dengan temperatur 22° – 31°C, dan kelembaban udara 40-85. Wilayah TNAP sebelah barat mempunyai curah hujan yang lebih tinggi dibanding dengan wilayah sebelah timur. Dalam keadaan normal, musim kemarau terjadi pada bulan April sampai Oktober dan musim hujan jatuh pada bulan Oktober sampai April BTNAP, 2002. Secara umum kawasan TNAP mempunyai topografi datar kelerengan 0- 8, berombak kelerengan 8-15, bergelombang kelerengan 15-25, berbukit dan bergunung dengan puncak tertinggi Gunung Lingga Manis 322 m dpl. Hampir keseluruhan merupakan jenis tanah liat berpasir dan sebagian kecil berupa tanah lempung. Sungai di kawasan TNAP pada umumnya dangkal dan pendek sekitar 2 - 9 km. Sungai yang mengalir sepanjang tahun hanya terdapat pada bagian Barat taman nasional yaitu Sungai Segoro Anak dan Sunglon Ombo. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kuncur, Gunung Kunci, Goa Basori, dan Sendang Srengenge BTNAP 2002. 4.1.4 Keragaman Ekosistem Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah satu perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa. Tipe ekosistem lain yang terdapat di TNAP adalah hutan mangrove, hutan rawa dan sebagian hutan tanaman jati dan mahoni serta terdapat hutan bambu yang meliputi 40 luas kawasan. Formasi vegetasi di TNAP terdiri dari : 1. Mangrove : terdapat 26 jenis mangrove dalam areal seluas 1.200 ha 2. Hutan Pantai : seluas 750 ha diantaranya sawo kecik Manikara kauki 3. Hutan Hujan Dataran Rendah : terdapat 13 jenis bambu seluas 36.686 ha. 4. Hutan Tanaman : jati, mahoni dan johar seluas 3.350 ha. 5. Savanapadang rumput : grazing area bagi rusa dan banteng seluas 84 ha. Di sepanjang pantai TNAP terdapat formasi hutan pantai dengan jenis- jenis tumbuhan langka seperti ketapang Terminalia catappa, nyamplung Calophyllum inophyllum, waru laut Hibiscus tilliaceus, keben Barringtonia asiatica dan sawo kecik Manikara kauki 4.1.5 Keragaman Fauna Satwaliar yang terdapat di TNAP terdiri dari 31 jenis mamalia, 236 jenis burung dan 20 jenis reptil. Mamallia besar yang terdapat di TNAP yaitu banteng Bos javanicus, macan tutul Panthera pardus, anjing hutan Cuon alpinus, kijang Muntiacus muntjak dan rusa timor Rusa timorensis. Jenis primata yaitu lutung budeng Trachypithecus auratus dan monyet ekor panjang Macaca fascicularis . Jenis burung yang terdapat di TNAP dan termasuk langka yaitu merak Pavo muticus, ayam hutan Gallus sp, rangkong Buceros rhinoceros, kangkareng perut putih Anthracoceros dan julang Anthracocerus convecus. Di Taman nasional ini juga terdapat 16 jenis burung migran dari Australia yang biasa ditemui di sekitar Segoro Anak pada bulan November sampai akhir Januari. Sedangkan jenis reptil seperti penyu yang terdapat di sekitar pantai TNAP yaitu penyu hijau Celonia mydas, penyu belimbing Dermochelys coriacea, penyu sisik Erithmochelys imbricate dan penyu abu-abu Lepidochelys olivacea. Penyu-penyu tersebut memanfaatkan pantai sekitar TNAP sebagai tempat mendarat dan bertelur. BTNAP 2005. 4.1.6 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Sebagian besar penduduk yang tinggalnya berdekatan dengan TNAP mempunyai mata pencaharian sebagai buruh tani dan petani pemilik. Buruh tani dan petani pemilik memiliki persentase yang cukup besar jika dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya. Persentase mata pencaharian masyarakat sekitar TNAP terdiri dari buruh tani yaitu 37,25; petani 24,20 sedangkan sisanya yaitu pegawai negeri 0,61, pertukangan 0,56 , pedagang 0,33, nelayan 0,25 dan lainnya 36,84. Masyarakat nelayan sebagian besar tinggal di wilayah Muncar. Bidang pertanian yang diusahakan adalah pertanian tanaman palawija pangan, peternakan, perikanan darat dan perkebunan. Pertanian lahan kering tadah hujan dilakukan pada areal hutan dengan pola tumpangsari. Petani tumpang sari ini yang sering mendapat gangguan dari satwaliar karena lokasinya yang langsung berbatasan dengan kawasan taman nasional. Petani penggarap pesanggem tersebut diijinkan untuk menanam tanaman semusimpangan disela-sela tanaman pokok jati. Kegiatan tumpangsari telah berjalan sejak tahun 2001 di areal hutan bekas penjarahan tahun 1998-2000 dengan luas total kurang lebih 1.500 ha. Tanaman semusim yang ditanam meliputi padi, jagung, kedelai, kacang tanah dan sebagian kecil holtikultura yang terdiri dari jeruk siam, jeruk sambel dan cabe. 4.1.7 Aksesibilitas Kawasan Taman Nasional Alas Purwo dapat dicapai melalui rute sebagai berikut: a Jalur melalui Surabaya-Banyuwangi Surabaya – Banyuwangi – Dambuntung - Pasaranyar sepanjang 360 Km dengan jarak tempuh rata-rata selama 8,5 jam.