KawasanTaman Nasional Meru Betiri

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap habitat pakan yang dilakukan di sekitar Kebun Pantai Perkebunan Bandealit yang berstatus sebagai daerah penyangga serta padang perumputan Pringtali TNMB, diketahui nilai produktivitas hijauan pakan yang biasa dimakan oleh banteng. Hasil penelitian produktivitas tumbuhan bawah pakan banteng di padang perumputan Pringtali TNMB dan Kebun Pantai Perkebunan Bandealit disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9. Tabel 8 Produktivitas hijauan pakan banteng di padang perumputan Pringtali TNMB No Nama Daerah Nama Botani Produktivitas kghahari Musim Hujan Musim Kemarau 1 Paitan Paspalum conjugatum Berg. 26,80 12,50 2 Lamuran Andropogon caricocus L. 3,10 1,20 3 Teki Cyperus rotundus L. 3,22 1,27 4 Ilat Carex baccans Nees. 3,77 1,50 5 Gajahan Panicum repens L. 12,50 6,86 6 Pringpringan Pogonatherum paniceum L. 40,33 19,16 7 Alimosa Mimosa invisa Mar. 2,20 1,33 8 Babadotan Ageratum conyzoides L. 3,60 1,77 9 Sintrong Erechtites valerianifolia Spreng. DC. 28,22 22,33 Total 123,74 67,92 Tabel 9 Produktivitas hijauan pakan banteng di Kebun Pantai Perkebunan Bandealit No. Nama Daerah Nama Botani Produktivitas kg ha hari Musim Hujan Musim Kemarau 1 Kolonjono Hierochloe horsfieldii Max. 28,66 15,71 2 Paitan Paspalum conjugatum Berg. 24,11 10,40 3 Kipait Axonopus compressus L. 10,30 4,33 4 Putian Andropogon pertusus L. 8,22 3,4 5 Ilatladingan Carex baccans Nees. 2,30 1,11 6 domdoman Andropogon aciculatus L. 6,10 2,30 7 Teki Cyperus monochephalus L. 3,13 1,33 8 Kawatan Panicum montanum L. 2,66 1,30 9 Jalantir Erigeron linifolius Willd. 2,42 1,10 10 Gajahan Panicum repens L. 10,33 6,60 11 Babadotan Ageratum conyzoides L. 2,90 1,10 12 Alimosa Mimosa invisa Mar. 2,60 1,22 13 Sintrong Erechtites valerianifolia Spreng DC. 16,88 9,40 14 Lamuran Andropogon caricocus L. 2,80 1,66 Total 123,41 60,96 Berdasarkan pengamatan terhadap tumbuhan bawah di padang perumputan Pringtali dan Perkebunan Bandealit ditemukan masing-masing sembilan jenis dan 14 jenis tumbuhan sumber pakan banteng. Hasil pengukuran produktivitas hijauan sumber pakan banteng di areal kebun pantai Bandealit disajikan pada Tabel 9. Produktifitas tumbuhan bawah sebagai sumber pakan banteng pada saat musim hujan di Kebun Pantai Perkebunan Bandealit relatif sama dengan di padang perumputan Pringtali kawasan TNMB, walaupun jumlah jenis yang ditemukan di Perkebunan Bandealit lebih banyak. Hal ini diduga ada hubungan dengan penutupan tajuk pohon, di padang perumputan Pringtali arealnya sangat terbuka sehingga tumbuhan bawah mendapat sinar matahari yang cukup sedangkan di Perkebunan Bandealit tumbuhan bawah ternaungi oleh tegakan pohon seperti johar Cassia siamea L., kopi Coffea robusta L., karet Hevea brasiliensis willd..Muell.Arg., sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen dan balsa Ochroma bicolor Rowlee. sehingga pertumbuhannya lebih lambat. Semiadi dan Nugraha 2004 menyatakan bahwa rumput atau tumbuhan bawah akan tumbuh dengan cepat apabila mendapat sinar matahari untuk proses fotosintesa. Hijauan rumput di areal perkebunan produktifitas per hektarnya rendah karena kurang mendapatkan sinar matahari. Perbedaan produktifitas kemungkinan dikarenakan jenis hijauan rumput yang terdapat di Kebun Pantai dan di padang perumputan Pringtali berbeda, sehingga kemampuan untuk tumbuh kembali dari jenis-jenis rumput tersebut juga berbeda. McIlroy 1977 dan Reksohadiprojo 1982 menyatakan bahwa produktifitas hijauan pakan tergantung pada daya tahan hidup dari jenis tumbuhan, daya saing dengan spesies lain, kemampuan tumbuh kembali setelah injakan dan penggembalaan berat, sifat tahan kering atau basah serta kesuburan tanah. Semua tumbuhan bawah yang ditemukan di padang perumputan Pringtali TNMB dan Kebun Pantai Perkebunan Bandealit mempunyai potensi yang cukup baik. Tetapi padang perumputan Pringtali luasannya hanya lima ha dan sebagian besar sudah terinvasi oleh jenis invasif seperti kirinyuh Chromolaena odorata L. King RM Rob H dan Lantana camara L, sehingga perlu dilakukan pembinaan habitat padang perumputan Pringtali secara rutin serta dilakukan perluasan untuk meningkatkan produktivitas hijauan pakan. Terbatasnya luasan padang penggembalaan menunjukkan daya dukung populasi rendah sehingga dapat menjadi penyebab keluarnya banteng dari kawasan. Alikodra 1983 menyatakan bahwa jika suatu kawasan tidak mampu menyediakan salah satu atau beberapa komponen utama dari keperluan hidupnya, maka banteng akan bergerak mencari kawasan lain yang mampu untuk memenuhi tuntutan hidupnya. 5.1.2 Nilai Kandungan Gizi dan Palatabilitas Hijauan Pakan Analisis kandungan gizi hijauan pakan banteng tidak hanya dilakukan pada jenis-jenis rumput yang dijumpai di padang perumputan saja, tetapi dilakukan juga pada jenis-jenis tumbuhan yang ada di luar padang penggembalaan yang dapat dimakan banteng. Dari hasil analisis kandungan gizi hijauan yang dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB diketahui nilai kandungan gizi jenis hijauan pakan yang terdapat di kawasan TNAP dan sekitarnya serta di kawasan TNMB dan sekitarnya Tabel 10 dan 11. Nilai gizi hijauan dapat diartikan sebagai kualitas dari hijauan yang dapat mengendalikan proses kehidupan yang komplek dan sangat penting bagi kesehatan, pertumbuhan, reproduksi maupun ketahanan hidup satwa Dashman 1964. Nilai kandungan gizi yang terdapat dalam hijauan pakan banteng di padang perumputan Sadengan dan Sumbergedang TNAP serta di padang perumputan Pringtali dan perkebunan Bandealit TNMB disajikan dalam Tabel 10 dan 11. Tabel 10 Kandungan nutrisi pakan di Sadengan TNAP dan Blok Sumbergedang Jenis Bahan kering Abu Protein kasar Serat kasar Lemak kasar Beta-N Ca P Cu ppm Zn ppm EB kalg Drujon 83,33 10,11 10,20 28,10 0,26 34,66 0,11 0,34 1,11 8,44 2.793 Bambangan 87,80 11,21 5,36 42,37 1,06 20,30 0,32 0,24 1,73 16,58 1.952 Kulit Mahoni 87,55 5,09 3,02 24,84 1,10 53,50 2,65 0,20 4,72 11,36 3.826 Putian 87,58 23,27 7,84 33,32 1,32 21,83 0,60 0,57 2,95 15,02 2.017 Kiserut 85,78 18,71 12,50 32,69 0,19 21,69 1,06 0,35 3,02 11,39 2.461 Kolomento 89,10 16,45 8,80 27,43 0,99 35,43 0,41 0,25 1,91 23,90 1.763 Grinting 88,53 7,65 3,37 29,59 0,92 47,00 0,12 0,22 0,39 5,49 2.468 Teki Rawa 87,91 17,11 5,26 33,67 0,26 31,61 0,04 0,32 0,92 13,11 3.027 Dom-doman 88,21 11,97 9,36 34,72 0,19 31,97 0,37 0,18 1,88 12,44 2.121 Paitan 85,56 11,08 8,85 29,19 0,45 35,09 0,31 0,24 3,76 22,89 2.367 Alang-alang 84,93 7,70 10,06 52,93 0,47 13,77 0,57 0,28 4,29 14,22 3.711 Berdasarkan hasil analisis kandungan gizi pakan yang terdapat di kawasan TNAP diketahui bahwa jenis kiserut Streblus asper, drujon Achartus ilichiphelia L, alang-alang Imperata cylindrica L. Beauv. dan domdoman Andropogon aciculatus Retz. mempunyai kandungan protein yang tinggi dibanding jenis hijauan lainnya yaitu 9,36 sampai 12,50. Sedangkan kandungan lemak tertinggi yaitu bambangan Commelina nudiflora Brn F. sebesar 1,06, kulit batang mahoni Swietenia macrophilla Jack. 10 dan putian Andropogon pertutus L. 1,32. Jenis pakan yang mengandung kalsium cukup tinggi adalah Kiserut Streblus asper dan kulit batang mahoni Swietenia macrophilla Jack. masing-masing sebesar 1,06 dan 2,65. Kulit batang mahoni Swietania macrophilla Jack. selain mempunyai kandungan kalsium yang tinggi, juga mengandung unsur Cu dan Zn yang cukup tinggi yaitu masing-masing 4,72 dan 11,36. Kulit batang mahoni juga mempunyai kandungan kalori yang lebih tinggi dibanding jenis pakan lainnya yaitu 3.826 kcalg berat basah, sedangkan jenis lainnya seperti kolomento 1.763 kcalg dan alang-alang 3.711 kcalg. Ketersediaan pakan di areal perkebunan Bandealit yang merupakan enclave selain secara kuantitas dapat memenuhi kebutuhan banteng juga secara kualitas lebih baik dibanding dengan yang ada dalam kawasan TNMB. Tanaman di perkebunan Bandealit seperti karet, kopi dan coklat Theobroma cacao L. yang dimakan banteng mempunyai nilai kandungan gizi yang lebih tinggi dibanding hijauan pakan yang ada dalam kawasan TNMB. Kandungan nutrisi yang terkandung dalam hijauan pakan banteng di TNMB dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan hasil analisis kandungan nutrisi hijauan pakan diketahui bahwa gajahan Panicum repens L., putian Andropogon pertutus L., pringpringan Pogonatherum paniceum L. dan paitan Paspalum conjugatum Berg. yang terdapat di padang penggembalaan Pringtali mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi yaitu lebih dari 10. Tetapi jika dibandingkan dengan tanaman yang terdapat di perkebunan Bandealit seperti daun karet, daun sengon dan kulit sengon, kandungan nutrisi hijauan pakan tersebut masih rendah. Tabel 11 Kandungan nutrisi hijauan pakan banteng di kawasan Pringtali TNMB dan Perkebunan Bandealit Protein, kalsium dan posfor dalam pakan dapat digunakan sebagai indikator penentu tinggi rendahnya kualitas sumber pakan. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan banteng berpindah ke areal perkebunan Bandealit kasus di TNMB dan ke areal Perum Perhutani kasus di TNAP yang menyediakan jenis pakan lebih bervariasi dengan kandungan gizi dan mineral yang lebih tinggi. Kulit sengon dan kulit mahoni termasuk daun karet di luar kawasan mempunyai kandungan kalsium, yang cukup tinggi dibanding dengan hijauan pakan lainnya. Kalsium dalam pakan ruminansia sangat berguna dalam proses pencernaan selulosa, untuk pembentukan dinding sel bakteri dan proses fiksasi N oleh bakteri Durand dan Kawashima 1980. Sedangkan Cu berperan dalam mengaktifkan sintesa protein, selanjutnya disebutkan bahwa kekurangan Cu dapat menyebabkan anemia pada ruminansia Church et al. 1971, diacu dalam Bismark 2008, dan banteng merupakan salah satu jenis satwa ruminansia. Hasil analisis statistik Lampiran 5 menunjukkan bahwa kandungan nilai gizi hijauan pakan khususnya kandungan protein, Ca dan Zn di luar kawasan lebih tinggi dengan nilai R 0,55 sampai 0,95 sehingga banteng memilih keluar kawasan terutama dalam melakukan aktivitas makannya. Hal ini dimungkinkan karena banteng membutuhkan hijauan pakan yang mengandung tiga unsur tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan pakan yang tersedia dalam kawasan kekurangan kandungan unsur-unsur yang dibutuhkan banteng sebagai satwa ruminansia. Jenis pakan Bahan Kering Abu Protein Kasar Serat Kasar Lemak Kasar Beta- N Ca P Cu ppm Zn ppm EB kalg Kolonjono 84,40 16,50 9,98 38,9 0,46 18,54 0,83 0,33 14,86 50,45 3170 Pringpringan 94,35 22,22 10,94 43,22 1,42 16,55 0,88 0,26 8,37 39,05 3594 Alang alang 84,93 7,70 10,06 52,93 0,47 13,77 0,57 0,28 4,29 14,22 3711 Putian 95,26 15,21 16,48 43,60 0,18 19,79 1,03 0,31 15,38 28,63 3069 Buah Cokelat 92,28 15,09 18,62 56,12 0,14 2,31 1,84 0,49 17,85 57,01 3393 Gajahan 93,77 18,54 7,54 42,81 1,16 23,72 0,93 0,48 11,74 33,15 3787 Daun Sengon 94,45 7,98 19,73 46,47 3,52 16,75 1,74 0,30 8,25 23,05 3572 Kulit Sengon 95,35 5,44 13,14 48,36 4,45 23,96 2,29 0,22 4,29 17,15 3525 Rumput Gajah 91,27 16,39 10,79 34,38 1,90 27,81 0,03 0,40 - - 3302 Daun Karet 91,27 6,32 18,91 44,05 2,04 23,13 0,15 0,36 3,61 26,76 3264 Kawatan 94,10 7,48 9,65 39,09 1,72 36,16 0,12 0,45 4,06 69,43 3086 Paitan 93,17 10,37 9,31 36,97 2,18 34,34 2,42 0,26 4,89 14,39 3142 Jenis hijauan pakan yang disukai banteng di padang perumputan Sadengan TNAP dan sekitarnya yang ditunjukkan dengan besarnya proporsifrekwensi jenis yang ditemukan dalam kotoran banteng dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12 Proporsi material rumput yang terdapat dalam feses banteng Nama Daerah Nama Ilmiah Proporsi Grinting Paspalum longipolia Roxb 7,03 Lamuran Andropogon caricosus L. 2,099 Kolomento Leersia hexandria Sw 1,679 Paitan Paspalum conjugatun Berg 1,469 Putian Andropogon pertutus L 0,105 Sumber: Pairah 2006 Pada Tabel 12 terlihat bahwa jenis grinting Paspalum longipolia Roxb adalah jenis rumput yang proporsi ditemukannya paling tinggi, berarti jenis tersebut disukai oleh banteng selanjutnya adalah jenis lamuran Andropogon caricosus L. dan kolomento Leersia hexandria Sw . Produktifitas Tabel 6 dan kandungan protein grinting Paspalum longipolia Roxb yang rendah Tabel 10 dibanding jenis rumput lainnya, tetapi jenis grinting tersebut mempunyai nilai proporsi yang tinggi, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kandungan lemak yang tinggi. Grinting mempunyai kandungan lemak yang tinggi dibanding jenis lain yaitu 0,92, kandungan lemak yang tinggi dapat mempengaruhi rasa, hal tersebut diduga yang menjadikan banteng menyukainya. Tingkat palatabilitas banteng terhadap hijauan pakan berupa rumput yang terdapat di kawasan TNMB dan sekitarnya disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Palatabilitas jenis hijauan pakan banteng di TNMB No Jenis Hijauan Nilai Tingkat Palatabilitas P X Y 1 Kolonjono Hierachloe horsfieldii Max. 14 15 0,93 2 Putian Andropogon pertusus L. 11 12 0,92 3 Domdoman Andropogon aciculatus L. 13 15 0,86 4 Paitan Paspalum.conjugatum Berg. 10 12 0,83 5 Kawatan Panicum montanum Roxb. 6 8 0,75 6 Teki Cyperus monochephalus Roxb. 5 8 0,62 7 Pringpringan Pogonatherum paniceum Lam. 6 10 0,60 8 Gajahan Panicum repens L. 7 12 0,58 Keterangan : X = jumlah petak ukur ditemukannya suatu jenis hijauan yang ada gigitannya. Y = jumlah seluruh petak ukur ditemukannya jenis tersebut. Berdasarkan pengamatan terhadap tingkat kesukaan banteng pada jenis rumput yang terdapat di TNMB dan sekitarnya diketahui bahwa jenis rumput kolonjono Hierachloe horsifieldi Max., putian Andropogon pertutus L, domdoman Andropogon aciculatus L. dan paitan Paspalum conjugatum Berg. merupakan jenis rumput yang disukai oleh banteng. Hal ini kemungkinan karena ketiga jenis rumput tersebut mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat dan ketahanan dalam kekeringan, sehingga produktifitas pada musim kemarau masih relatif tinggi dibanding jenis rumput lainnya Tabel 9. Palatabilitas diantaranya dipengaruhi oleh umur hijauan, intensitas penggembalaan, kecepatan pemulihan, dan ketahanan terhadap kekeringan McIlroy 1964. Alikodra 1980 menyatakan bahwa palatabilitas dipengaruhi oleh bau aroma dan pencicipan satwa terhadap hijauan, faktor bau biasanya ditimbulkan oleh kandungan zat-zat makanan dalam hijauan yang relatif berbeda untuk setiap jenis. Kesegaran hijauan juga berpengaruh terhadap palatabilitas, satwa biasanya jika akan memakan hijauan selalu didahului dengan membauinya, bila tidak cocok akan berpindah ke hijauan lain. Hal ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat kesukaan terhadap jenis-jenis hijauan pakannya. Jenis hijauan pakan yang dipilih oleh banteng tidak selalu yang mempunyai kandungan protein tinggi, jenis rumput kolonjono dengan kandungan protein 9,98 dan grinting dengan kandungan protein 3,37 lebih disukai dibanding jenis pringpingan yang kandungan proteinnya 10,94. Hal ini menunjukkan bahwa pakan dengan kandungan protein yang tinggi belum tentu dipilih oleh satwa. Moen 1973 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kandungan gizi yang dikandung oleh pakan dengan tingkat palatabilitas atau kesukaan. 5.1.3 Populasi dan Daya Dukung Berdasarkan pengamatan, sebagian besar populasi banteng TNAP hanya berada di padang perumputan Sadengan dengan aktivitas makan. Padang perumputan Sadengan mempunyai luas 84 ha, dengan areal yang ditumbuhi hijauan pakan sekitar 37 ha, sisanya terinvasi jenis invasif seperti kirinyuh Chromolaena odorata L.. King RM Rob H dan enceng-enceng Cassia tora L.. Kelompok banteng mudah dijumpai pada waktu pagi dan sore hari, sedangkan malam hari banteng masuk ke ladang masyarakat di hutan produksi Perum Perhutani di blok Sumbergedang dan sekitarnya. Berdasarkan pengamatan secara langsung di padang perumputan Sadengan diketahui populasi banteng tahun 2008 sebanyak 34 ekor terdiri dari 3 jantan, 23 betina dan 8 anak, tahun 2009 sebanyak 64 ekor terdiri dari 16 jantan, 34 betina dan 14 anak. Pada saat pengamatan terakhir yang dilakukan bulan Oktober tahun 2010 populasi tertinggi yang dijumpai yaitu 90 ekor terdiri dari 21 betina, 49 jantan, dan 20 anak Gambar 13. Pada lokasi blok Sumbergedang selama penelitian hanya dijumpai satu kelompok banteng sebanyak 6 ekor yang terdiri dari 1 jantan, 3 betina dan 2 anak. Dinamika populasi banteng disebabkan oleh pembentukan dan penyebaran sub-sub kelompok dalam kawasan, hal ini terlihat dari fluktuasi populasi hasil pengamatan bulanan tahun 2009 dan 2010 Tabel 14. Gambar 13 Grafik dinamika populasi banteng di TNAP Tabel 14 Fluktuasi populasi banteng di padang pengembalaan Sadengan TNAP Bulan Tahun 2009 Tahun 2010 Jantan Betina Anak Jumlah Jantan Betina Anak Jumlah Januari 0 0 0 7 23 6 36 Pebruari 2 26 5 33 6 26 5 37 Maret 2 43 1 46 5 20 7 32 April 5 32 6 43 10 46 1 57 Mei 4 33 6 43 11 39 5 55 Juni 5 37 9 51 16 34 14 64 Juli 3 13 0 16 12 39 18 69 Agustus 4 27 3 34 18 33 22 73 September 4 11 2 17 13 39 5 57 Oktober 16 34 14 64 21 49 20 90 Nopember 6 39 11 56 20 46 19 85 Desember 7 40 10 57 17 35 15 67 Sumber : Data primer 10 20 30 40 50 60 2008 2009 2010 Populasi Banteng Ekor Tahun Populasi Banteng Jantan Betina Anak Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas hijauan pakan, diketahui total produktivitas pakan banteng di padang perumputan Sadengan saat musim hujan sebesar 122,95 kghahari dalam berat segar, sedangkan saat musim kemarau produktivitasnya sebesar 23,94 kghahari. Hewan membutuhkan pakan harian sebanyak 10 dari bobot badannya Anggorodi 1993. Berdasarkan pengukuran bobot badan banteng di Taman Safari Prigen Jawa Timur dan Kebun Binatang Surabaya Sawitri dan Takandjandji 2010 diketahui bahwa bobot badan rata-rata banteng betina 350 kg dan bobot badan banteng jantan yaitu 600 kg. Jumlah pakan untuk banteng betina sebesar 35 kg dan untuk jantan 70 kg per ekor per hari. Atas dasar diketahuinya bobot badan banteng secara umum dan jumlah berat pakan yang dibutuhkan oleh banteng dapat dihitung perkiraan daya dukung habitat pakan. Berdasarkan produktifitas rumput, daya dukung padang perumputan Sadengan seluas 37 ha pada saat musim kemarau dapat menampung 13 ekor banteng jantan atau 26 ekor betina dewasa, sedangkan di musim hujan dapat menampung 130 ekor banteng betina atau 65 ekor banteng jantan. Daya dukung habitat pakan di Sumbergedang dengan produktivitas sebesar 279,09 kghahari pada saat musim hujan dan 43,71 kghahari pada saat musim kemarau, habitat Sumbergedang dengan luas areal yang ditumbuhi hijauan pakan seluas ± 4 ha pada saat musim hujan dapat menampung sebanyak 32 ekor banteng betina atau 16 banteng jantan. Pada saat musim kemarau dapat menampung 5 ekor betina atau 3 ekor jantan. Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas habitat pakan di padang perumputan Sadengan dan diketahuinya jumlah populasi banteng terakhir pengamatan Oktober 2010 sebanyak 90 ekor, maka habitat pakan tersebut tidak mampu menampung populasi banteng yang ada, khususnya pada saat musim kemarau. Selain itu padang perumputan Sadengan juga digunakan sebagai habitat pakan oleh rusa, pada saat pengamatan bulan Oktober tahun 2010 dijumpai populasi rusa tertinggi yaitu sebanyak 88 ekor terdiri dari 11 jantan, 62 betina dan 15 anak. Digunakannya padang perumputan Sadengan sebagai habitat pakan oleh rusa, maka kemampuan daya dukung padang perumputan Sadengan menjadi lebih rendah. Jika dtinjau dari produktivitas pakan per hektar terutama pada saat musim kemarau hanya 23,94 kghahari, tidak memenuhi kebutuhan pakan bagi banteng. Hal ini kemungkinan sebagai salah satu penyebab banteng keluar kawasan memakan tanaman petani pesanggem dan kulit batang mahoni kelas umur 0 – 5 tahun di hutan produksi Perum Perhutani.