KawasanTaman Nasional Meru Betiri
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap habitat pakan yang dilakukan di sekitar Kebun Pantai Perkebunan Bandealit yang berstatus sebagai daerah
penyangga serta padang perumputan Pringtali TNMB, diketahui nilai produktivitas hijauan pakan yang biasa dimakan oleh banteng. Hasil penelitian produktivitas
tumbuhan bawah pakan banteng di padang perumputan Pringtali TNMB dan Kebun Pantai Perkebunan Bandealit disajikan pada Tabel 8 dan Tabel 9.
Tabel 8 Produktivitas hijauan pakan banteng di padang perumputan Pringtali TNMB
No Nama Daerah Nama Botani
Produktivitas kghahari Musim Hujan Musim Kemarau
1 Paitan Paspalum conjugatum
Berg. 26,80
12,50 2 Lamuran
Andropogon caricocus L.
3,10 1,20
3 Teki Cyperus rotundus
L. 3,22
1,27 4 Ilat
Carex baccans Nees.
3,77 1,50
5 Gajahan Panicum repens
L. 12,50
6,86 6 Pringpringan Pogonatherum paniceum L. 40,33 19,16
7 Alimosa Mimosa invisa
Mar. 2,20
1,33 8 Babadotan
Ageratum conyzoides L.
3,60 1,77
9 Sintrong Erechtites valerianifolia
Spreng. DC. 28,22 22,33
Total 123,74 67,92
Tabel 9 Produktivitas hijauan pakan banteng di Kebun Pantai Perkebunan Bandealit
No. Nama Daerah Nama Botani
Produktivitas kg ha hari Musim Hujan Musim Kemarau
1 Kolonjono Hierochloe horsfieldii Max. 28,66 15,71 2 Paitan
Paspalum conjugatum Berg.
24,11 10,40 3 Kipait
Axonopus compressus L.
10,30 4,33 4 Putian
Andropogon pertusus L.
8,22 3,4
5 Ilatladingan Carex baccans
Nees. 2,30
1,11 6 domdoman Andropogon aciculatus L.
6,10 2,30
7 Teki Cyperus monochephalus
L. 3,13 1,33 8 Kawatan Panicum montanum L. 2,66
1,30 9 Jalantir
Erigeron linifolius Willd.
2,42 1,10
10 Gajahan Panicum repens
L. 10,33
6,60 11 Babadotan Ageratum conyzoides L.
2,90 1,10
12 Alimosa Mimosa invisa
Mar. 2,60
1,22 13 Sintrong
Erechtites valerianifolia Spreng DC.
16,88 9,40 14 Lamuran
Andropogon caricocus L. 2,80 1,66
Total 123,41 60,96
Berdasarkan pengamatan terhadap tumbuhan bawah di padang perumputan Pringtali dan Perkebunan Bandealit ditemukan masing-masing sembilan jenis dan
14 jenis tumbuhan sumber pakan banteng. Hasil pengukuran produktivitas hijauan sumber pakan banteng di areal kebun pantai Bandealit disajikan pada Tabel 9.
Produktifitas tumbuhan bawah sebagai sumber pakan banteng pada saat musim hujan di Kebun Pantai Perkebunan Bandealit relatif sama dengan di padang
perumputan Pringtali kawasan TNMB, walaupun jumlah jenis yang ditemukan di Perkebunan Bandealit lebih banyak. Hal ini diduga ada hubungan dengan
penutupan tajuk pohon, di padang perumputan Pringtali arealnya sangat terbuka sehingga tumbuhan bawah mendapat sinar matahari yang cukup sedangkan di
Perkebunan Bandealit tumbuhan bawah ternaungi oleh tegakan pohon seperti johar Cassia siamea L., kopi Coffea robusta L., karet Hevea brasiliensis
willd..Muell.Arg., sengon Paraserianthes falcataria L. Nielsen dan balsa Ochroma bicolor Rowlee. sehingga pertumbuhannya lebih lambat. Semiadi dan
Nugraha 2004 menyatakan bahwa rumput atau tumbuhan bawah akan tumbuh dengan cepat apabila mendapat sinar matahari untuk proses fotosintesa. Hijauan
rumput di areal perkebunan produktifitas per hektarnya rendah karena kurang mendapatkan sinar matahari. Perbedaan produktifitas kemungkinan dikarenakan
jenis hijauan rumput yang terdapat di Kebun Pantai dan di padang perumputan Pringtali berbeda, sehingga kemampuan untuk tumbuh kembali dari jenis-jenis
rumput tersebut juga berbeda. McIlroy 1977 dan Reksohadiprojo 1982 menyatakan bahwa produktifitas hijauan pakan tergantung pada daya tahan hidup
dari jenis tumbuhan, daya saing dengan spesies lain, kemampuan tumbuh kembali setelah injakan dan penggembalaan berat, sifat tahan kering atau basah serta
kesuburan tanah. Semua tumbuhan bawah yang ditemukan di padang perumputan Pringtali
TNMB dan Kebun Pantai Perkebunan Bandealit mempunyai potensi yang cukup baik. Tetapi padang perumputan Pringtali luasannya hanya lima ha dan sebagian
besar sudah terinvasi oleh jenis invasif seperti kirinyuh Chromolaena odorata L. King RM Rob H dan Lantana camara L, sehingga perlu dilakukan
pembinaan habitat padang perumputan Pringtali secara rutin serta dilakukan perluasan untuk meningkatkan produktivitas hijauan pakan. Terbatasnya luasan
padang penggembalaan menunjukkan daya dukung populasi rendah sehingga dapat menjadi penyebab keluarnya banteng dari kawasan. Alikodra 1983
menyatakan bahwa jika suatu kawasan tidak mampu menyediakan salah satu atau beberapa komponen utama dari keperluan hidupnya, maka banteng akan bergerak
mencari kawasan lain yang mampu untuk memenuhi tuntutan hidupnya. 5.1.2 Nilai Kandungan Gizi dan Palatabilitas Hijauan Pakan
Analisis kandungan gizi hijauan pakan banteng tidak hanya dilakukan pada jenis-jenis rumput yang dijumpai di padang perumputan saja, tetapi dilakukan
juga pada jenis-jenis tumbuhan yang ada di luar padang penggembalaan yang dapat dimakan banteng. Dari hasil analisis kandungan gizi hijauan yang
dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB diketahui nilai kandungan gizi jenis hijauan pakan yang terdapat di kawasan TNAP dan
sekitarnya serta di kawasan TNMB dan sekitarnya Tabel 10 dan 11. Nilai gizi hijauan dapat diartikan sebagai kualitas dari hijauan yang dapat mengendalikan
proses kehidupan yang komplek dan sangat penting bagi kesehatan, pertumbuhan,
reproduksi maupun ketahanan hidup satwa Dashman 1964.
Nilai kandungan gizi yang terdapat dalam hijauan pakan banteng di padang perumputan Sadengan dan Sumbergedang TNAP serta di padang perumputan
Pringtali dan perkebunan Bandealit TNMB disajikan dalam Tabel 10 dan 11. Tabel 10 Kandungan nutrisi pakan di Sadengan TNAP dan Blok Sumbergedang
Jenis Bahan
kering Abu
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
Beta-N Ca P
Cu ppm
Zn ppm
EB kalg
Drujon 83,33 10,11 10,20 28,10
0,26 34,66 0,11 0,34 1,11 8,44 2.793
Bambangan 87,80 11,21 5,36 42,37
1,06 20,30 0,32 0,24
1,73 16,58 1.952 Kulit Mahoni
87,55 5,09 3,02 24,84
1,10 53,50 2,65 0,20
4,72 11,36 3.826 Putian 87,58
23,27 7,84
33,32 1,32
21,83 0,60 0,57
2,95 15,02
2.017 Kiserut
85,78 18,71 12,50 32,69 0,19 21,69 1,06 0,35
3,02 11,39 2.461 Kolomento 89,10
16,45 8,80
27,43 0,99
35,43 0,41 0,25
1,91 23,90
1.763 Grinting
88,53 7,65 3,37 29,59
0,92 47,00 0,12 0,22
0,39 5,49 2.468 Teki Rawa
87,91 17,11 5,26 33,67 0,26
31,61 0,04 0,32 0,92 13,11 3.027
Dom-doman 88,21 11,97
9,36 34,72
0,19 31,97
0,37 0,18 1,88
12,44 2.121
Paitan 85,56 11,08
8,85 29,19
0,45 35,09
0,31 0,24 3,76
22,89 2.367
Alang-alang 84,93 7,70
10,06 52,93
0,47 13,77
0,57 0,28 4,29
14,22 3.711
Berdasarkan hasil analisis kandungan gizi pakan yang terdapat di kawasan TNAP diketahui bahwa jenis kiserut Streblus asper, drujon Achartus
ilichiphelia L, alang-alang Imperata cylindrica L. Beauv. dan domdoman
Andropogon aciculatus Retz. mempunyai kandungan protein yang tinggi dibanding jenis hijauan lainnya yaitu 9,36 sampai 12,50. Sedangkan
kandungan lemak tertinggi yaitu bambangan Commelina nudiflora Brn F. sebesar 1,06, kulit batang mahoni Swietenia macrophilla Jack. 10 dan putian
Andropogon pertutus L. 1,32. Jenis pakan yang mengandung kalsium cukup tinggi adalah Kiserut Streblus asper dan kulit batang mahoni Swietenia
macrophilla Jack. masing-masing sebesar 1,06 dan 2,65.
Kulit batang mahoni Swietania macrophilla Jack. selain mempunyai kandungan kalsium yang tinggi, juga mengandung unsur Cu dan Zn yang cukup
tinggi yaitu masing-masing 4,72 dan 11,36. Kulit batang mahoni juga mempunyai kandungan kalori yang lebih tinggi dibanding jenis pakan lainnya
yaitu 3.826 kcalg berat basah, sedangkan jenis lainnya seperti kolomento 1.763 kcalg dan alang-alang 3.711 kcalg.
Ketersediaan pakan di areal perkebunan Bandealit yang merupakan enclave selain secara kuantitas dapat memenuhi kebutuhan banteng juga secara kualitas
lebih baik dibanding dengan yang ada dalam kawasan TNMB. Tanaman di perkebunan Bandealit seperti karet, kopi dan coklat Theobroma cacao L. yang
dimakan banteng mempunyai nilai kandungan gizi yang lebih tinggi dibanding hijauan pakan yang ada dalam kawasan TNMB. Kandungan nutrisi yang
terkandung dalam hijauan pakan banteng di TNMB dapat dilihat pada Tabel 11. Berdasarkan hasil analisis kandungan nutrisi hijauan pakan diketahui bahwa
gajahan Panicum repens L., putian Andropogon pertutus L., pringpringan Pogonatherum paniceum L. dan paitan Paspalum conjugatum Berg. yang
terdapat di padang penggembalaan Pringtali mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi yaitu lebih dari 10. Tetapi jika dibandingkan dengan tanaman yang
terdapat di perkebunan Bandealit seperti daun karet, daun sengon dan kulit sengon, kandungan nutrisi hijauan pakan tersebut masih rendah.
Tabel 11 Kandungan nutrisi hijauan pakan banteng di kawasan Pringtali TNMB dan Perkebunan Bandealit
Protein, kalsium dan posfor dalam pakan dapat digunakan sebagai indikator penentu tinggi rendahnya kualitas sumber pakan. Hal ini kemungkinan yang
menyebabkan banteng berpindah ke areal perkebunan Bandealit kasus di TNMB dan ke areal Perum Perhutani kasus di TNAP yang menyediakan jenis pakan lebih
bervariasi dengan kandungan gizi dan mineral yang lebih tinggi. Kulit sengon dan kulit mahoni termasuk daun karet di luar kawasan mempunyai kandungan kalsium,
yang cukup tinggi dibanding dengan hijauan pakan lainnya. Kalsium dalam pakan ruminansia sangat berguna dalam proses pencernaan selulosa, untuk pembentukan
dinding sel bakteri dan proses fiksasi N oleh bakteri Durand dan Kawashima 1980. Sedangkan Cu berperan dalam mengaktifkan sintesa protein, selanjutnya disebutkan
bahwa kekurangan Cu dapat menyebabkan anemia pada ruminansia Church et al. 1971, diacu dalam Bismark 2008, dan banteng merupakan salah satu jenis satwa
ruminansia. Hasil analisis statistik Lampiran 5 menunjukkan bahwa kandungan nilai gizi hijauan pakan khususnya kandungan protein, Ca dan Zn di luar kawasan
lebih tinggi dengan nilai R 0,55 sampai 0,95 sehingga banteng memilih keluar kawasan terutama dalam melakukan aktivitas makannya. Hal ini dimungkinkan
karena banteng membutuhkan hijauan pakan yang mengandung tiga unsur tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Sedangkan pakan yang tersedia dalam
kawasan kekurangan kandungan unsur-unsur yang dibutuhkan banteng sebagai satwa ruminansia.
Jenis pakan Bahan
Kering Abu
Protein Kasar
Serat Kasar
Lemak Kasar
Beta- N
Ca P Cu
ppm Zn
ppm EB
kalg Kolonjono
84,40 16,50 9,98
38,9 0,46 18,54
0,83 0,33 14,86 50,45 3170
Pringpringan 94,35 22,22 10,94 43,22 1,42 16,55
0,88 0,26 8,37 39,05 3594 Alang alang
84,93 7,70
10,06 52,93 0,47 13,77
0,57 0,28
4,29 14,22 3711 Putian
95,26 15,21 16,48 43,60 0,18 19,79
1,03 0,31 15,38 28,63 3069 Buah
Cokelat 92,28 15,09 18,62 56,12 0,14 2,31 1,84 0,49 17,85 57,01 3393
Gajahan 93,77 18,54
7,54 42,81
1,16 23,72
0,93 0,48
11,74 33,15
3787 Daun Sengon
94,45 7,98
19,73 46,47 3,52 16,75
1,74 0,30
8,25 23,05 3572 Kulit Sengon
95,35 5,44
13,14 48,36 4,45 23,96
2,29 0,22
4,29 17,15 3525 Rumput
Gajah 91,27 16,39 10,79 34,38 1,90 27,81
0,03 0,40 -
- 3302 Daun Karet
91,27 6,32
18,91 44,05 2,04 23,13
0,15 0,36
3,61 26,76 3264 Kawatan 94,10
7,48 9,65
39,09 1,72
36,16 0,12
0,45 4,06
69,43 3086
Paitan 93,17 10,37
9,31 36,97
2,18 34,34
2,42 0,26
4,89 14,39
3142
Jenis hijauan pakan yang disukai banteng di padang perumputan Sadengan TNAP dan sekitarnya yang ditunjukkan dengan besarnya proporsifrekwensi jenis
yang ditemukan dalam kotoran banteng dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12 Proporsi material rumput yang terdapat dalam feses banteng
Nama Daerah Nama Ilmiah
Proporsi Grinting
Paspalum longipolia Roxb
7,03 Lamuran
Andropogon caricosus L.
2,099 Kolomento
Leersia hexandria Sw
1,679 Paitan
Paspalum conjugatun Berg
1,469 Putian
Andropogon pertutus L
0,105 Sumber: Pairah 2006
Pada Tabel 12 terlihat bahwa jenis grinting Paspalum longipolia Roxb adalah jenis rumput yang proporsi ditemukannya paling tinggi, berarti jenis
tersebut disukai oleh banteng selanjutnya adalah jenis lamuran Andropogon caricosus
L. dan kolomento Leersia hexandria Sw . Produktifitas Tabel 6 dan
kandungan protein grinting Paspalum longipolia Roxb yang rendah Tabel 10 dibanding jenis rumput lainnya, tetapi jenis grinting tersebut mempunyai nilai
proporsi yang tinggi, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kandungan lemak
yang tinggi. Grinting mempunyai kandungan lemak yang tinggi dibanding jenis lain yaitu 0,92, kandungan lemak yang tinggi dapat mempengaruhi rasa, hal
tersebut diduga yang menjadikan banteng menyukainya. Tingkat palatabilitas banteng terhadap hijauan pakan berupa rumput yang
terdapat di kawasan TNMB dan sekitarnya disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Palatabilitas jenis hijauan pakan banteng di TNMB
No Jenis Hijauan
Nilai Tingkat Palatabilitas
P X Y
1 Kolonjono Hierachloe horsfieldii Max. 14
15 0,93
2 Putian Andropogon pertusus L. 11
12 0,92
3 Domdoman Andropogon aciculatus L.
13 15
0,86 4 Paitan
Paspalum.conjugatum Berg. 10 12
0,83 5 Kawatan
Panicum montanum Roxb. 6 8
0,75 6 Teki
Cyperus monochephalus Roxb. 5 8
0,62 7 Pringpringan
Pogonatherum paniceum Lam. 6 10
0,60 8 Gajahan
Panicum repens L. 7 12
0,58 Keterangan : X = jumlah petak ukur ditemukannya suatu jenis hijauan yang ada gigitannya.
Y = jumlah seluruh petak ukur ditemukannya jenis tersebut.
Berdasarkan pengamatan terhadap tingkat kesukaan banteng pada jenis rumput yang terdapat di TNMB dan sekitarnya diketahui bahwa jenis rumput kolonjono
Hierachloe horsifieldi Max., putian Andropogon pertutus L, domdoman Andropogon aciculatus L. dan paitan Paspalum conjugatum Berg. merupakan
jenis rumput yang disukai oleh banteng. Hal ini kemungkinan karena ketiga jenis rumput tersebut mempunyai pertumbuhan yang relatif cepat dan ketahanan dalam
kekeringan, sehingga produktifitas pada musim kemarau masih relatif tinggi dibanding jenis rumput lainnya Tabel 9.
Palatabilitas diantaranya dipengaruhi oleh umur hijauan, intensitas penggembalaan, kecepatan pemulihan, dan ketahanan terhadap kekeringan
McIlroy 1964. Alikodra 1980 menyatakan bahwa palatabilitas dipengaruhi oleh bau aroma dan pencicipan satwa terhadap hijauan, faktor bau biasanya
ditimbulkan oleh kandungan zat-zat makanan dalam hijauan yang relatif berbeda untuk setiap jenis. Kesegaran hijauan juga berpengaruh terhadap palatabilitas,
satwa biasanya jika akan memakan hijauan selalu didahului dengan membauinya, bila tidak cocok akan berpindah ke hijauan lain. Hal ini yang menyebabkan
terjadinya perbedaan tingkat kesukaan terhadap jenis-jenis hijauan pakannya. Jenis hijauan pakan yang dipilih oleh banteng tidak selalu yang mempunyai
kandungan protein tinggi, jenis rumput kolonjono dengan kandungan protein 9,98 dan grinting dengan kandungan protein 3,37 lebih disukai dibanding
jenis pringpingan yang kandungan proteinnya 10,94. Hal ini menunjukkan bahwa pakan dengan kandungan protein yang tinggi belum tentu dipilih oleh
satwa. Moen 1973 menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kandungan gizi yang dikandung oleh pakan dengan tingkat palatabilitas atau kesukaan.
5.1.3 Populasi dan Daya Dukung Berdasarkan pengamatan, sebagian besar populasi banteng TNAP hanya
berada di padang perumputan Sadengan dengan aktivitas makan. Padang perumputan Sadengan mempunyai luas 84 ha, dengan areal yang ditumbuhi hijauan pakan
sekitar 37 ha, sisanya terinvasi jenis invasif seperti kirinyuh Chromolaena odorata
L.. King RM Rob H dan enceng-enceng Cassia tora L.. Kelompok banteng mudah dijumpai pada
waktu pagi dan sore hari, sedangkan malam hari banteng masuk ke ladang masyarakat di hutan produksi
Perum Perhutani di blok Sumbergedang dan sekitarnya. Berdasarkan pengamatan secara langsung di padang perumputan Sadengan diketahui populasi banteng
tahun 2008 sebanyak 34 ekor terdiri dari 3 jantan, 23 betina dan 8 anak, tahun
2009 sebanyak 64 ekor terdiri dari 16 jantan, 34 betina dan 14 anak. Pada saat pengamatan terakhir yang dilakukan bulan Oktober tahun 2010 populasi tertinggi
yang dijumpai yaitu 90 ekor terdiri dari 21 betina, 49 jantan, dan 20 anak Gambar 13. Pada lokasi blok Sumbergedang selama penelitian hanya dijumpai
satu kelompok banteng sebanyak 6 ekor yang terdiri dari 1 jantan, 3 betina dan 2 anak. Dinamika populasi banteng disebabkan oleh pembentukan dan penyebaran
sub-sub kelompok dalam kawasan, hal ini terlihat dari fluktuasi populasi hasil pengamatan bulanan tahun 2009 dan 2010 Tabel 14.
Gambar 13 Grafik dinamika populasi banteng di TNAP Tabel 14 Fluktuasi populasi banteng di padang pengembalaan Sadengan TNAP
Bulan Tahun 2009
Tahun 2010 Jantan Betina
Anak Jumlah Jantan
Betina Anak Jumlah
Januari 0 0 0
7 23
6 36
Pebruari 2 26 5
33 6
26 5
37 Maret
2 43 1 46
5 20
7 32
April 5 32 6
43 10
46 1 57
Mei 4 33 6
43 11
39 5 55
Juni 5 37 9
51 16
34 14 64
Juli 3 13 0
16 12
39 18 69
Agustus 4 27 3
34 18
33 22 73
September 4 11 2
17 13
39 5 57
Oktober 16 34 14
64 21
49 20 90
Nopember 6 39 11
56 20
46 19 85
Desember 7 40 10
57 17
35 15 67
Sumber : Data primer
10 20
30 40
50 60
2008 2009
2010
Populasi Banteng
Ekor
Tahun Populasi
Banteng
Jantan Betina
Anak
Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas hijauan pakan, diketahui total produktivitas pakan banteng di padang perumputan Sadengan saat musim hujan
sebesar 122,95 kghahari dalam berat segar, sedangkan saat musim kemarau produktivitasnya sebesar 23,94 kghahari. Hewan membutuhkan pakan harian
sebanyak 10 dari bobot badannya Anggorodi 1993. Berdasarkan pengukuran bobot badan banteng di Taman Safari Prigen Jawa Timur dan Kebun Binatang
Surabaya Sawitri dan Takandjandji 2010 diketahui bahwa bobot badan rata-rata banteng betina 350 kg dan bobot badan banteng jantan yaitu 600 kg. Jumlah pakan
untuk banteng betina sebesar 35 kg dan untuk jantan 70 kg per ekor per hari. Atas dasar diketahuinya bobot badan banteng secara umum dan jumlah berat pakan yang
dibutuhkan oleh banteng dapat dihitung perkiraan daya dukung habitat pakan. Berdasarkan produktifitas rumput, daya dukung padang perumputan Sadengan
seluas 37 ha pada saat musim kemarau dapat menampung 13 ekor banteng jantan atau 26 ekor betina dewasa, sedangkan di musim hujan dapat menampung 130
ekor banteng betina atau 65 ekor banteng jantan. Daya dukung habitat pakan di Sumbergedang dengan produktivitas sebesar 279,09 kghahari pada saat musim
hujan dan 43,71 kghahari pada saat musim kemarau, habitat Sumbergedang dengan luas areal yang ditumbuhi hijauan pakan seluas ± 4 ha pada saat musim
hujan dapat menampung sebanyak 32 ekor banteng betina atau 16 banteng jantan. Pada saat musim kemarau dapat menampung 5 ekor betina atau 3 ekor jantan.
Berdasarkan hasil perhitungan produktivitas habitat pakan di padang perumputan Sadengan dan diketahuinya jumlah populasi banteng terakhir
pengamatan Oktober 2010 sebanyak 90 ekor, maka habitat pakan tersebut tidak mampu menampung populasi banteng yang ada, khususnya pada saat musim
kemarau. Selain itu padang perumputan Sadengan juga digunakan sebagai habitat pakan oleh rusa, pada saat pengamatan bulan Oktober tahun 2010 dijumpai
populasi rusa tertinggi yaitu sebanyak 88 ekor terdiri dari 11 jantan, 62 betina dan 15 anak. Digunakannya padang perumputan Sadengan sebagai habitat pakan oleh
rusa, maka kemampuan daya dukung padang perumputan Sadengan menjadi lebih rendah. Jika dtinjau dari produktivitas pakan per hektar terutama pada saat musim
kemarau hanya 23,94 kghahari, tidak memenuhi kebutuhan pakan bagi banteng. Hal
ini kemungkinan sebagai salah satu penyebab banteng keluar kawasan memakan tanaman petani pesanggem dan kulit batang mahoni kelas umur 0 – 5
tahun di hutan produksi Perum Perhutani.