1. Kebutuhan  bahan baku berupa campuran tapioka, ampok, PVOH, pati asetat,
dan bahan tambahan lainnya yang jumlahnya 120 kghari 2.
Harga bahan baku tapioka Rp. 6.000kg sedangkan ampok Rp. 1.500kg 3.
Jumlah produksi 2000 tray per hari atau setara 120 kg adonan 4.
Harga jual biofoam Rp. 400buah atau Rp. 6666,67kg 5.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan 4 HOKhari 6.
Upah tenaga kerja Rp 48.000HOK Hasil  perhitungan  nilai  tambah  pada  industri  kemasan  biofoam  berbahan
baku  tapioka  dan  ampok  seperti  tersaji  pada  Tabel  33  menunjukkan  bahwa industri  biofoam  dapat  memberi  nilai  tambah  pada  tapioka  sebesar  14,33
sedangkan  pada  ampok  mencapai  71,44.  Adapun  tingkat  keuntungan  yang diperoleh sebesar 8,57 untuk tapioka dan 65,68 bila dilihat dari sisi penggunaan
ampok. Dengan demikian, industri kemasan biofoam ini dapat memberikan manfaat
dan  nilai  tambah  yang  besar  bagi  tapioka  dan  ampok  produk  samping  industri tepung jagung.  Selain itu hal yang utama adalah menyediakan kemasan alternatif
pengganti  styrofoam  yang  ramah  lingkungan  dan  aman  bagi  kesehatan.    Manfaat lainnya adalah membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar.
Tabel  33.  Hasil  Perhitungan  Nilai  Tambah  Tapioka  dan  Ampok  sebagai  Bahan Baku Pembuatan Biofoam
No Variabel
Tapioka Ampok
I Output, input dan harga
1. Output trayper produksi
2. Bahan baku kgproduksi
3. Tenaga kerja HOK
4. Faktor konversi
5. Koefisien tenaga kerja HOKkg
6. Harga output Rpkg
7. Upah
rata-rata tenaga
kerja RpHOK
2000 28,8
4 69,44
0,16 6666,67
48.000 2000
9,6 4
208,33 0,26
6666,67 48.000
II Pendapatan dan Keuntungan
1. Harga bahan baku Rpkg
2. Sumbangan input lain Rpkg
3. Nilai output Rpkg
4. Nilai tambah Rpkg
5. Nisbah nilai tambah
6. Imbalan tenaga kerja Rpkg
7. Bagian tenaga kerja
8. Keuntungan Rpkg
9. Tingkat keuntungan
172.800 223.800
462.963 66.363,19
14,33 26.666.667
40,18 39.696,53
8,57 14.400
382.200 1.388.890
992.289,58 71,44
80.000.000 8,06
912.289,58 65,68
III Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
Marjin keuntungan - Pendapatan tenaga kerja
- Sumbangan input lain - Keuntungan perusahaan
290.163,1944
9,19 77,13
13,68 1.374.489,58
5,82 27,81
66,37
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. SIMPULAN
Biofoam  berbahan  baku  tapioka  dan  ampok  berpotensi  digunakan  sebagai kemasan  alternatif  ramah  lingkungan  pengganti  styrofoam.    Biofoam  ini  memiliki
keunggulan  yaitu  sifat  hidrofobisitas  dan  sifat  mekanis  yang  setara  dengan  styrofoam serta  memiliki  kemampuan  biodegradabilitas  yang  lebih  tinggi.    Proses  pembuatan
biofoam  dilakukan  dengan  teknik  thermopressing  pada  suhu    170 C,  yaitu  di  atas
melting  point semua  bahan  baku  sehingga  semua  bahan  dapat  tercampur  dengan  baik.
Waktu proses berkisar 2,5-3 menit, dengan volume adonan yang digunakan  60 g. Karakteristik  biofoam  dipengaruhi  oleh  karakteristik  bahan  baku  dan  kondisi
proses pembuatannya. Tapioka memiliki kadar pati  lebih tinggi 97,89 dibandingkan ampok  69,26,  sebaliknya  ampok  memiliki  kadar  lemak,  protein  dan  serat  8,90,
11,18 dan 7,96 yang lebih besar dibandingkan tapioka 0,19,  0,55 dan 1,27. Perbedaan komposisi ini berpengaruh terhadap karakteristik biofoam yang dihasilkan.
Penambahan  ampok  hingga  75  berpengaruh  terhadap  peningkatan hidrofobisitas  biofoam  dengan  menurunkan  daya  serap  airnya  dari  59,49  menjadi
44,17.  Selain  itu,  penambahan  ampok  juga  meningkatkan  biodegradabilitas  biofoam khususnya  pertumbuhan  kapang  yang  meningkat  dari  6,67  menjadi  90.    Namun
demikian,    penambahan  ampok  berpengaruh  negatif  terhadap  sifat  mekanis  dengan menurunkan kuat tekan dari 27,31 Nmm
2
menjadi 6,14 Nmm
2
. Penambahan  polimer  sintetik  PVOH  hingga  50  dapat  membantu  perbaikan
sifat  mekanis  biofoam  dengan  meningkatkan  kuat  tekan  dari  10,94  Nmm
2
menjadi 33,29 Nmm
2
, sementara untuk kuat tarik, meningkat dari 25,67 Nmm
2
menjadi 48,85 Nmm
2
.    Penambahan  PVOH  juga  dapat  meningkatkan  hidrofobisitas  dengan menurunkan daya serap air dari 54 menjadi  35.
Penambahan  pati  hidrofobik,  ternyata  tidak  berpengaruh  terhadap  perbaikan karakteristik biofoam. Penambahan pati asetat dan sizing agent   berpengaruh terhadap
peningkatan  sifat  hidrofobisitas  dilihat  pada    peningkatan  nilai  contact  angle    dari
30,11 menjadi  79,79
untuk  perlakuan  terbaik.    Penambahan  pati  asetat  dan  sizing agent
juga berpengaruh terhadap perbaikan sifat mekanis dilihat dari peningkatan kuat tekan    19,11  Nmm
2
menjadi  31,80  Nmm
2
dan  kuat  tarik  48,72  Nmm
2
menjadi 52,64  Nmm
2
.  Penambahan  gliserol  sebesar  5  berpengaruh  terhadap  perbaikan  sifat mekanis  khususnya  peningkatan  viskoelastisitas  biofoam  yang  ditandai  dengan
penurunan nilai storage modulus yang cukup tajam pada saat  suhu kamar yaitu dari 530 Mpa pada 0
C  menjadi 170 Mpa  pada 20 C.
Pemilihan  formulasi  terbaik  untuk  pembuatan  biofoam  disesuaikan  dengan aplikasi  atau  peruntukan  biofoam  tersebut.    Formula  terbaik  adalah  perlakuan  P1K3
yaitu  rasio tapioka:ampok 3:1 dengan penambahan PVOH 30 dari berat bahan kering. Karakteristik  biofoam  yang  dihasilkan    memiliki  daya  serap  air  39,  densitas  0,48
gcm
3
, kuat tekan 19,11 Nmm
2
, kuat tarik 48,72 Nmm
2
dan biodegradabilitas 36,67. Biofoam ini dapat digunakan untuk mengemas produk dengan kadar air rendah karena
permukaannya  masih  sensitif  terhadap  air.    Untuk  produk  hasil  pertanian  ataupun produk olahan dengan kadar air yang lebih tinggi, dilakukan perbaikan formula dengan
perlakuan  terbaik    P2S2G1  yang  memiliki  komposisi  tapioka  21,  pati  asetat  7, ampok 12 dan PVOH 8.  Sizing agent yang ditambahkan dari jenis carvacrol serta
penambahan  gliserol  sebesar  5.  Formula  ini  memiliki  karakteristik  yang  lebih  baik dibandingkan  P1K3  untuk  sifat  mekanisnya  yaitu  kuat  tekan  31,80  Nmm
2
dan    kuat tarik  51,60  Nmm
2
,  namun  daya  serap  airnya  lebih  tinggi  yaitu    62,95  dan biodegradabilitas  yang  lebih  rendah  0.    Kelebihan  formula  ini  memiliki  permukaan
yang  hidrofobik  dengan  nilai  contact  angle  79,79 .    Pemanfaatan  tapioka  dan  ampok
sebagai  bahan  baku  pembuatan  biofoam  dapat  memberikan  nilai  tambah    sebesar 14,33 untuk tapioka dan 71,44 untuk ampok.
5.2. SARAN
Perlu  dilakukan  penelitian  lanjutan  untuk  mendapatkan  biofoam  yang  dapat digunakan untuk wadah produk pangan dengan kadar air dan suhu yang tinggi.  Hal ini