Pengamatan  yang  dilakukan  terhadap  kadar  air,  densitas,  warna,  daya serap  air,  struktur  morfologi,  sifat  termal,  kuat  tarik,  kuat  tekan  dan
biodegradabilitas  baik  secara  kualitatif  maupun  kuantitatif.    Adapun  prosedur karakterisasi  produk  biofoam  sebagaimana  tersaji  pada  Lampiran  1.    Dua  hasil
terbaik  berdasarkan  sifat  hidrofobisitas,  sifat  mekanis  dan  biodegradabilitasnya akan digunakan pada tahapan selanjutnya untuk  menentukan formula  pembuatan
biofoam. Tabel 2.  Formula Pembuatan Biofoam dengan Penambahan Ampok dalam 100 g
Bahan Kering Rasio Tapioka
Ampok Kelompok
Konsentrasi PVOH
Tapioka Ampok
PVOH
4 : 0 100
3 : 1 75
25 2 : 2
50 50
1 ; 3 25
75 4 : 0
30 70
30 3 : 1
52,5 17,5
30 2 : 2
35 35
30 1 ; 3
17,5 52,5
30
3.4.2.3. Pembuatan  Biofoam  dengan  Penambahan    PVOH  Sebagai  Sumber
Polimer Sintetik
Biofoam yang terbuat hanya dari polimer alami pati dan serat,  umumnya memiliki  sifat  mekanis  yang  rendah  sehingga  harus  diperbaiki  dengan
penambahan  polimer  sintetik  antara  lain  dengan  penambahan  PVOH.  Perlakuan yang  digunakan  pada  tahapan  ini  adalah  konsentrasi  PVOH  yang  bervariasi  dari
0-50  dari bobot bahan kering yang digunakan.   Sebagai kelompok, dipilih dua perlakuan  terbaik  dari  tahapan  sebelumnya.  Penelitian  dilakukan  dengan
Rancangan Acak Kelompok dengan tiga kali ulangan yang dilanjutkan dengan uji Duncan.  Model matematik rancangan percobaan tersebut adalah sebagai berikut :
Y
ijk
= µ + P
i
+ K
j
+ Ɛ
ijk
Dimana i = 1,2 kelompok
j = 1,2,3,4,5,6 taraf konsentrasi PVOH k = 1,2,3 taraf ulangan
Keterangan Y
ijk
= Hasil  pengamatan  karena  pengaruh  kelompok  ke-i  dari  rasio
tapioka:ampok,  taraf  ke-j  dari  konsentrasi  PVOH  serta  taraf  ke-k  dari ulangan
P
i
= Pengaruh kelompok rasio tapioka:ampok ke-i
K
j    =
Pengaruh konsentrasi PVOH ke-j Ɛ
ijk       =
Galat percobaan pada ulangan ke-k Untuk  memudahkan  pengeluaran  produk  biofoam  dari  cetakan  maka
dilakukan  penambahan  Mg  stearat  dengan  jumlah  1,5  dari  berat  bahan  kering. Penambahan  air  pada  pembuatan  adonan  dilakukan  dengan    rasio  1:1  terhadap
bahan  kering.    Hasil  terbaik  pada  tahapan  ini  akan  digunakan  sebagai  formula pembuatan biofoam.
3.4.3. Perbaikan Karakteristik Biofoam
3.4.3.1. Peningkatan  Hidrofobisitas  Biofoam  dengan  Penambahan  Pati Hidrofobik
Biofoam  yang  terbuat  hanya  dari  bahan  berpati,  selain  memiliki    sifat mekanis yang rendah tetapi juga bersifat hidrofilik yang memang berasal dari sifat
polimer  alami  yang  sensitif  terhadap  kelembaban.    Pada  tahapan  ini  dilakukan upaya  perbaikan  sifat  hidrofilik    agar  biofoam  yang  dihasilkan  mampu
menggantikan  fungsi  kemasan  styrofoam  sebagai  wadah  kemasan  siap  saji termasuk pangan dengan kadar air tinggi.  Upaya perbaikan yang dilakukan pada
tahapan  ini  adalah  dengan  menggantikan  sebagian  atau  seluruh  proporsi  tapioka dengan  pati    hidrofobik.    Adapun  perlakuan  yang  digunakan  pada  tahapan  ini
hanya  satu  faktor  yaitu  rasio  tapioka:pati  hidrofobik  yang  terdiri  dari  lima  taraf yaitu : 4:0, 3:1, 2:2, 1:3 dan 0:4.  Untuk formulasi lainnya seperti ampok,
PVOH, air dan Mg  stearat adalah tetap sesuai dengan hasil terbaik pada tahapan sebelumnya.  Penelitian dilakukan dengan  Rancangan Acak Lengkap dengan tiga