3.3. Kerangka Pemikiran
Ketergantungan  manusia  terhadap  styrofoam  yang  sudah  sangat  tinggi, padahal  banyak  dampak  negatif  yang  ditimbulkan  dari  pemakaian  styrofoam
tersebut baik terhadap kesehatan maupun kelestarian lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan  upaya  untuk  mengurangi  ketergantungan  terhadap  styrofoam  dengan
menyediakan kemasan alternatif  yang aman bagi  kesehatan serta ramah terhadap lingkungan.  Salah satu bahan yang memiliki potensi adalah pati, karena memiliki
kemampuan  ekspansi  serta  bersifat  termoplastis.    Sayangnya  menurut  beberapa hasil penelitian sebelumnya, biofoam yang dihasilkan oleh bahan berpati memiliki
beberapa  kelemahan  diantaranya,  rapuh  serta  hidrofilik  sehingga  aplikasi penggunaannya masih sangat terbatas.
Beberapa  upaya  dapat  dilakukan  untuk  memperbaiki  karakteristik  pati tersebut  antara  lain  dengan  melakukan  modifikasi  pati,  menambahkan  bahan
hidrofobik,  polimer  sintetis  ataupun  aditif  lainnya.    Penelitian  ini  dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan produk kemasan yang aman bagi kesehatan
dan  ramah  lingkungan  yang  dapat  menggantikan  penggunaan  styrofoam, khususnya  sebagai  wadah  kemasan  pangan  sekali  pakai.    Hal  ini  mengingat
pemakaian  kemasan  styrofoam  sekali  pakai  yang  sangat  banyak  padahal  hanya digunakan  satu  kali  saja  dan  langsung  dibuang.    Sementara  itu,  waktu  yang
dibutuhkan untuk mendegradasi styrofoam tersebut lebih dari 500 tahun. Penelitian  ini  juga  bertujuan  untuk  mengurangi  kelemahan  yang  ada  pada
biofoam  berbasis  pati  dengan  menambahkan  beberapa  bahan  tambahan  yang diharapkan  akan  menghasilkan  biofoam  dengan  karakteristik  fisik,  mekanis  dan
biodegradabilitas yang baik. Menurut  beberapa  literatur,  karakteristik  biofoam  dipengaruhi  oleh
komposisi  bahan  baku  terutama  sumber  pati  serta  kondisi  proses  pembuatannya. Komposisi  bahan  baku  meliputi  komposisi  kimia,  rasio  amilosaamilopektin,
ukuran  partikel  yang  semuanya  akan  berpengaruh  terhadap  sifat  fungsional  dari pati  tersebut  dan  pada  akhirnya  berpengaruh  terhadap  karakteristik  biofoam.
Sementara  itu,  kondisi  proses  baik  suhu,  tekanan,  waktu  proses  thermopressing
juga akan berpengaruh terhadap kemampuan ekspansi dari bahan baku yang pada akhirnya akan mempengaruhi karakteristik produk yang dihasilkan.
Proses pembuatan biofoam dilakukan dengan menggunakan thermopressing dimana  adonan  dicetak  dan  dipanaskan  pada  suhu  dan  tekanan  tertentu  selama
beberapa  waktu.    Penentuan  kondisi  proses  sendiri  ditentukan  oleh  formulasi bahan  yang  digunakan.    Formulasi  dan  kondisi  proses  ini  sangat  mempengaruhi
karakteristik biofoam yang dihasilkan. Dengan penggunaan bahan baku yang sedapat mungkin bersifat alami maka
diharapkan  biofoam  yang  dihasilkan    dapat  menyediakan  kemasan  alternatif pengganti  styrofoam  yang  ramah  lingkungan  dan  aman  bagi  kesehatan.  Dengan
penggunaan  bahan  alami  seperti  tapioka  dan  ampok  maka  diharapkan ketergantungan  terhadap  minyak  bumi  untuk  bahan  baku  styrofoam  dapat
dikurangi.  Selain  itu  penggunaan  ampok  sebagai  bahan  baku  juga  diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bagi ampok itu sendiri serta membuka lapangan
kerja baru bagi masyarakat.
3.4. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan yaitu 1  Karakterisasi bahan baku  pembuatan  biofoam,  2  Pengembangan  produk  biofoam  berbahan  baku
tapioka  dan  ampok,    3  Perbaikan  karakteristik  biofoam  dan    4  Analisis  nilai tambah tapioka dan ampok sebagai bahan baku biofoam, sebagaimana tersaji pada
Gambar 2.
3.4.1. Karakterisasi sifat fisikokimia dan fungsional bahan baku.
Tahapan  awal  penelitian  ini  adalah  melakukan    karakterisasi  bahan  baku utama yang digunakan dalam  penelitian yaitu ampok, tapioka, pati hidrofobik dan
pati asetat.   Karakterisasi yang dilakukan meliputi analisis komposisi kimia bahan yang  terdiri  dari    kadar  air,  abu,  protein,  lemak,  serat  kasar  dan  karbohidrat  by
difference , kadar pati serta  rasio amilosa dan amilopektin.  Analisis sifat termal
meliputi  suhu  gelatinisasi,  suhu  maksimum,  viskositas  maksimum,  viskositas breakdown
,  viskositas  setback  dan  viskositas  akhir  dengan  menggunakan