akan dihapuskan. Bentuk tebangan ini meliputi bidang-bidang yang sesudah ditebang tidak akan ditanami lagi.
D. Tebangan lain terdiri atas :
D.1. Tebangan pembersihan atau tebang limbah ialah penebangan pohon- pohon merana, condong, dan rebah yang berada di hutan alam, baik
terdapat pada lapangan yang baik untuk tebang habis maupun pada lapangan yang tidak baik untuk tebang habis. Dalam golongan ini
termasuk juga tebang penerang atau tebang rawat ialah pemotongan pohon-
pohon yang masak tebang di hutan “Masak Tebang” atau “Sekunder Tua” untuk memperbaiki hidupnya pohon-pohon yang
muda. D.2. Tebangan tak tersangka ialah penebangan yang berasal dari lapangan-
lapangan yang mengalami kerusakan oleh angin atau dibuat jalan dan sebagainya.
E. Tebangan E tebangan penjarangan ialah penebangan yang berasal dari
hutan-hutan yang dijarangkan, hasil yang diperoleh dari tebang penjarangan diartikan pula sebagai hasil pendahuluan.
Bentuk tebangan A-D diartikan pula dengan tebangan eksploitasi yaitu pemungutan hasil akhir dari satu bidang hutan.
2.5 Sortimen Kayu Bundar Jati
Hal yang paling penting dalam pembagian batang adalah dalam hal prioritas pembagian batang karena hal ini berkaitan dengan permintaan pasar dan
harga jual.Prioritas pembagian batang kayu bundar jati adalah sebagai berikut: 1.
Sortimen AI Diameter 4 cm, panjang batang ≥ 2,00 m
Diameter 7 cm, panjang batang ≥ 1,50 m Diameter 10 cm dan 13 cm, panjang batang ≥ 0,70 m
Diameter 16 cm dan 19 cm, panjang batang ≥ 0,40 m
2. Sortimen A II
Diameter 22 cm, 25 cm, dan 28 cm, panjang batang ≥ 0,40 m
3. Sortimen A III
Diameter 30 cm ke atas, panjang batang ≥ 0,40 m Untuk urutan prioritas pembagian batang kayu bundar jati adalah sebagai berikut :
1. Kayu Bundar Vinir Vi
Panjang 2,40 – 2,90 m, diameter 30 cm ke atas.
2. Kayu Bundar Hara H
A III : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 30 cm ke atas A II : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 25 - 28 cm
3. Kayu Bundar Lokal Industri IN
A III : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 30 cm ke atas A II : Panjang 0,70 – 2,90 m, diameter 22 - 28 cm
4. Kayu Bundar Besar A III Lokal
Panjang 0,40 – 4, 10 m ke atas, diameter 30 cm ke atas, dengan catatan
kayu doreng 5 diameter atau buncak-buncak 0,5 keliling. 5.
Kayu Bundar Sedang A II Lokal Panjang 0,40
– 4,00 m ke atas, diameter 22 – 28 cm, dengan catatan tidak mengandung dua sortimen.
6. Kayu Bundar Kecil A I
Diameter 0,70 - 4,00 m ke atas, diameter 16 – 19 cm Diameter 0,40 – 4,00 m ke atas, diameter 10 – 13 cm
Diameter 1,50 – 4,00 m ke atas, diameter 4 – 7 cm
7. Kayu Bahan Parket KBP
Diameter 0,40 – 1,90 m, diameter 16 – 19 cm Diameter 0,40 – 1,90 m, diameter 22 – 28 cm
Diameter 0,40 – 1,90 m, diameter 30 cm ke atas
8. Kayu Bundar Limbah KBL Kayu Bakar
Diameter 0,50 m, diameter 9 – 15 m Diameter 0,50 m, diameter 5 – 8 cm
Diameter 1,00 m, diameter 2 – 4 cm
9. Brongkol
Panjang 0,40 - 1,00, diameter 16 cm ke atas Perhutani 2005.
2.6 Dimensi Pohon
Beberapa hal yang termasuk dalam dimensi pohon adalah : 1.
Diameter, yaitu panjang garis antara dua buah titik pada lingkaran di sekeliling batang yang melalui titik pusat sumbu batang
2. Keliling, yaitu perkalian antara diameter pohon dengan nilai �
3,14 nya 3.
Tinggi pohon seluruhnya, yaitu jarak antara titik puncak pohon dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal.
4. Tinggi bebas cabang,yaitu jarak antara titik bebas cabang atau
permukaan tajuk dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal.
5. Luas bidang dasar,yaitu luas penampang lintang batang pohon
dengan asumsi bahwa penampang lintang batang pohon tersebut berbentuk lingkaran
2.7 Pendugaan Volume Pohon