Budaya Tionghoa Tentang Orang Tua.

Tionghoa yang lain. Istilah buat mereka disebut Cina Benteng. Keseniannya yang masih ada disebut Cokek, sebuah tarian lawan jenis secara bersama dengan iringan paduan musik campuran Cina, Jawa, Sunda dan Melayu. Menurut penjelasan Monalisa Agustinus dalam tesisnya “Orang Tionghoa di kota Medan dalam konteks Indonesia” bahwa orang Tionghoa yang ada di Indonesia, sebenarnya terdiri dari berbagai suku bangsa etnik yang ada di negeri China. Umumnya mereka berasal dari dua provinsi yaitu Fukien dan Kwantung, yang sangat terpencil daerah-daerahnya. Menurut seorang Antropolog ternama, Puspa Vasanty, setiap imigran Tionghoa ke Indonesia membawa kebudayaan suku bangsanya masing-masing bersama dengan bahasanya. Para imigran Tionghoa yang tersebar di Indonesia ini mulai datang sekitar abad ke-16 sampai kira-kira pertengahan abad ke-19, asal dari suku bangsa Hokkian. Mereka berasal dari Provinsi Fukien bagian selatan. Daerah ini merupakan daerah yang sangat penting dalam pertumbuhan dagang orang Tionghoa ke seberang lautan. Orang Hokkian dan keturunannya telah banyak berasimilasi dengan orang Indonesia di Manggarai, Kupang, Makassar, Kendari, Sulawesi Tengah, Manado, dan Ambon. Kantonis tersebar di Jakarta, Makassar dan Manado. Hokchia tersebar di Jawa terutama di Bandung, Cirebon, Banjarmasin dan Surabaya. Tiochiu tersebar di Sumatra Utara, Riau, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Barat khususnya di Pontianak dan Ketapang, repository.usu.ac.idbitstream...Chapter20II.pdf.

2.3. Budaya Tionghoa Tentang Orang Tua.

Budaya Tionghoa sangat dipengaruhi oleh filsafat Konfusianisme dan Taoisme. web.budaya-tionghoa.net. Alasan mengapa Konfusianisme dipilih menjadi filsafat negara Dinasti Han adalah: Universitas Sumatera Utara 1. Imbas balik dari tekanan Qin Shihuang atas Konfusianisme, kebencian rakyat atas rezim Dinasti Qin merupakan salah satu faktor penting mengapa Konfusianisme lebih dapat diterima daripada aliran lainnya, macam Legalisme yang dianut oleh Qin Shihuang dan Taoisme yang lebih merupakan nilai spiritual. Padahal, kaisar Han yang meletakkan dasar Konfusianisme sebagai filsafat itu seluruhnya sadar atau tidak sadar menganut legalisme dalam gaya pemerintahan mereka. 2. Konfusianisme lebih sekular, ritual-ritual dalam Konfusianisme sebenarnya bersifat sekular, tak ada kaitannya dengan nilai religius. Itu makanya banyak yang berpendapat Konfusianisme bukan agama dan tidak akan pernah menjadi agama. 3. Konfusianisme mengatur etika bagaimana hubungan antar manusia seharusnya diamalkan. Bagian ini kurang jelas dalam ajaran Taoisme. 4. Konfusianisme mementingkan pendidikan dan kaum terpelajar. Ini klop dengan sistem ujian negara yang kemudian diberlakukan untuk merekrut pejabat negara di zaman kekaisaran dulu. Kira2 faktor di ataslah yang menyebabkan Konfusianisme lebih dipilih menjadi filsafat dasar negara oleh kekaisaran Tiongkok selama 2200 tahun. Buddhisme belum populer dan merakyat di masa Han, sewaktu Dinasti Universitas Sumatera Utara Tang-pun, walau Buddhisme dianggap sebagai agama negara, Konfusianisme tetap jalan terus sebagai filsafat negara. Agama dan filsafat beda tipis, tergantung bagaimana cara seseorang mengamalkan dan memandangnya. http:groups.yahoo.comgroupbudaya_tionghuamessage20447 Dalam filsafat Konfusianisme, berbakti Chinese: Xiao adalah kebajikan menghormati orang tua dan leluhur. Bagi Konfusius, berbakti tidak hanya kesetiaan buta kepada orang tua. Dalam melayani orang tuanya, anak yang berbakti menjunjung mereka dalam kehidupan sehari-hari, ia membuat mereka bahagia sambil merawat mereka, dia mengurus disaat cemas mereka dalam keadaan sakit, ia menunjukkan kesedihan besar atas kematian mereka, dan ia mengorbankan kepada mereka dengan kesungguhan. Lebih penting daripada norma-norma xiao adalah norma-norma ren kebajikan dan Yi kebenaran. Dalam Keluarga, Berbakti Kepada Orang Tua dicontohkan dalam kalimat seperti : Ketika Orang Tua Sakit qīn y ǒu jí , yào xiān cháng bila orang tua mengalami penyakit , obat terlebih dahulu dirasakan zhòu yè shì , bù lí chuáng http:blog.budaya-tionghoa.netkisah20120116ketika-orang-tua-sakit.UQc3oPLNTFw Sepanjang hari sepanjang malam menjaga , tidak berpisah dari ranjang Ketika orang tua sakit, rasakan dulu obatnya di ujung lidah sebelum memberikan obat itu kepada mereka; Rawat dan jagalah mereka sepanjang hari, jangan tinggalkan mereka sendirian. Tionghoaa tradisional meyakini bahwa berbakti adalah akar perilaku yang baik dan tanpa hao, anak-anak akan memberontak, tidak jujur dan tidak disiplin. Dengan belajar berbakti akan Universitas Sumatera Utara menanamkan pentingnya menjaga perdamaian dan harmoni dalam keluarga, menegakkan perdamaian dan harmoni dalam masyarakat dan negara, karena keluarga merupakan unit utama dari masyarakat dalam budaya Tionghoa. Namun, Xiao memiliki konotasi lain dalam kebudayaan tradisional Tiongkok. Ini berkaitan dengan perbudakan orang tua seseorang dan tugas anak untuk melanjutkan garis keturunan keluarga dengan memproduksi keturunan. Hal ini juga mengacu pada pemujaan leluhur dan penghormatan bagi semua orang yang lebih tua dari dirinya sendiri, cinta untuk saudara seseorang yang lebih tua dan perilaku yang baik agar tidak membawa aib dan malu keluarga.

2.4. Keluarga